Ada guru yang berusaha mendisiplinkan siswanya, namun niat baik itu ditanggapi lain oleh sebagian orang tua siswa. Sehingga tindakan yang dilakukan oleh guru dianggap sebagai penganiayaan atau merendahkan martabat anak oleh orang tua siswa. Kasus ini berujung dengan ditahannya guru atas laporan orang tua siswa.
Kasus seperti di atas banyak terjadi, guru selalu di posisi salah di mata orang tua siswa. Tidak sedikit guru masuk penjara akibat ulah orang tua siswa. Padahal dalam bertindak, guru semata-mata mengharapkan terjadi perubahan sikap dan prilaku siswa, terjadi peningkatan prestasi belajar siswa.
Kalaulah orang tua siswa paham betapa pentingnya pendidikan pada anak maka pastilah tidak akan ada ketidakadilan bagi guru, namun kenyataan tetaplah guru pada posisi serba salah.
Bertindak mendapat masalah, tidak bertindak dianggap tidak memiliki kepedulian. Inilah dilema yang dihadapi oleh guru, akibatnya guru saat ini lebih memilih menyelesaikan materi pelajarannya ketimbang melakukan pembinaan mental dan pembentukan karakter siswa.
Apabila kondisi ini terus berlanjut tanpa ada upaya perlindungan terhadap profesi guru maka segala rencana dan program pembentukan karakter dan pengembangan kurikulum tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Tentunya, ini menjadi kerugian besar bagi siswa dan orang tua siswa itu sendiri dan dunia pendidikan secara umum.
Kita mengharapkan pendidikan yang maju, output yang berkualitas. Akan tetapi, unsur utama dunia pendidikan yakni guru tidak memiliki jaminan keselamatan takkala menjalankan profesinya. Guru selalu kalah ketika dihadapkan pada persoalan HAM anak, sementara disisi lain sikap dan prilaku anak melebihi batas-batas kenormalan atau tidak bisa dikontrol secara persuasif sehingga perlu didisiplinkan dengan cara yang lebih keras.
Keras sebenarnya boleh dilakukan, yang tidak bisa adalah kasar. Saat ini banyak orang tua siswa yang tidak dapat membedakan tindakan yang keras dan tindakan yang kasar. Akibatnya, guru semakin berhati-hati dalam bertindak, bahkan banyak guru masa bodoh atas ketimpangan prilaku siswa. Kembali lagi yang rugi adalah siswa, orang tua siswa dan dunia pendidikan secara umum.
Haruskah kita terjebak pada ketidaksadaran orang tua siswa dalam memahami persoalan dunia pendidikan? Apakah kita ingin mendudukkan siswa sebagai raja bukan sebagai yang perlu di bina? Kalaulah guru belum mendapatkan perhatian terutama jaminan keselamatan atas profesinya maka dunia pendidikan kita akan terus merosot secara kualitas. Dunia pendidikan hanya melahirkan generasi-generasi parasit, generasi yang tidak memiliki masa depan. Maukah kita menitipkan bangsa dan negara ini kepada mereka?
Belum ada tanggapan untuk "Dilema seorang guru yang harus dipahami"
Post a Comment