Alangkah indahnya memang kalau menjadi guru, banyak tantangan yang kita hadapi, banyak memori yang kita dapatkan, banyak pelajaran hidup yang kita peroleh, ada duka dan ada suka menghiasi indahnya perjalanan hidup kita. Tiada terpaksa, tiada mengandung tipu-tipu, senyum yang kita dapat nilainya sangat tulus karena mereka belum tahu bagaimana menyenangkan orang lain.
Ratusan bahkan ribuan anak akan terus mengingat kita, walaupun nama-nama mereka tumpang tindih di memori kita, karena kita telah menanam kebaikan yang memberi cahaya kalbu berupa ilmu pengetahuan. Bahkan setiap kali mereka berbuat kebaikan, nama dan bayangan kita akan muncul dan mendorong mereka untuk terus berbuat baik.
Sudah banyak guru yang pernah merasakan bagaimana orang-orang yang pernah dididiknya memperlakukan mereka. Seorang pejabat selalu disambut oleh rakyatnya setiap kunjungan kerjanya, itu pula yang dialami oleh sebagian guru takkala bertemu siswanya. Saya tidak akan menyebutnya “mantan siswa” karena selama kita masih menerapkan ilmu yang diperoleh dari para guru, maka selama itu pula kita adalah siswa.
Suatu hari saya sedang antri di bank, disamping kiri saya duduk seorang lelaki separuh baya, saya perkirakan kalau dia pegawai maka dia sudah pensiun. Biasanya jikalau guru sudah pensiun, bawaannya selalu cerewet, apa saja dikomentarinya, ceritanya selalu panjang lebar. Benar saja setelah saya tanyakan perihal riwayatnya, dia ternyata pensiunan guru.
Singkat cerita, beliau pernah mau menyeberang ke suatu tempat. Transportasi yang digunakan adalah kapal very, berhubung waktu itu kapal very lagi berhalangan untuk menyeberang maka alternatifnya adalah perahu motor milik nelayan yang hanya dapat memuat maksimal 6 orang penumpang. Jumlah transportasi ini sangat terbatas karena sebagiannya sedang melaut, keadaan ini membuat para penumpang berebutan naik ke perahu motor itu, karena kondisi beliau tidak lagi memungkinkan untuk berebutan, maka beliau pun memutuskan untuk menunggu sampai hanya sedikit penumpang sehingga ada ruang untuk beliau naik.
Selagi sedang duduk, tiba-tiba pemilik perahu datang kepada beliau, “Pak, mau menyeberang juga?” begitu pemilik perahu motor ini bertanya kepada beliau, “iya pak, tapi saya tidak kuat lagi untuk berebut naik jadi saya tunggu saja sampai keadaan sudah lowong” jawab beliau. “Kalau bapak mau naik, perahu saya itu siap mengantar bapak. Sengaja saya sisakan satu tempat kalau sekiranya bapak mau menyeberang juga, bapak masih ingatkah saya? Walaupun bapak sudah lupa tetapi saya masih ingat dengan bapak, bapak adalah guru saya yang telah mengajarkan saya kebaikan, bapak pulalah yang membuka hati saya bahwa setiap pekerjaan apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas maka Insya Allah akan mendapatkan hasil yang melebihi apa yang kita harapkan. Berkah nasehat bapak sekarang saya sudah memiliki 8 perahu motor, tapi kalau bapak tidak mau juga naik di situ, masih ada perahu motor saya yang kebetulan tidak keluar melaut, yang itu biar teman yang bawa sedangkan yang satu itu saya pakai untuk mengantar bapak saja”.kata pemilik perahu.
Akhirnya, dengan penuh rasa senang dan bahagia, beliau mengucapkan terima kasih banyak walaupun direspon dengan kata “saya yang harus berterima kasih” oleh pemilik motor. Beliau memutuskan untuk mengisi tempat yang sudah disiapkan oleh pemilik motor, pada saat beliau naik diperahu itu tampak dipelabuhan banyak sekali yang menunggu, mereka mungkin mengharapkan kebaikan dari para pemilik motor namun sepengetahuan beliau, hanya beliaulah yang diperlakukan secara istimewa apalagi kata beliau pemilik motor yang tidak lain adalah siswa beliau tidak mau menerima uang sewa yang diberikan, beliau memang tidak mengharapkan untuk digratiskan namun karena dia menolak maka beliau pun gratis naik perahu motor tersebut.
Cobalah kalau beliau tidak pernah punya murid demikian, mungkin beliau akan menunggu dan menunggu sampai keadaan sudah lowong, sampai bunyi bedug berkumandang, sampai ayam-ayam kembali ke peraduannya. Atau bahkan mungkin harus mencari tempat agar terlindung dari embun malam, tempat menikmati mimpi indah, menunggu esok hari dimana fajar kembali menyapa makhluk bumi untuk memberitahukan bahwa hari telah terang dan waktunya untuk memulai aktivitas baru.
Belum ada tanggapan untuk "Memori seorang guru 2"
Post a Comment