Beranda · Artikel · Motivasi · Merdeka Belajar · Bahan Ajar · PTK · Pembelajaran

Dimanakah pelabuhan pendidikan sebenarnya?

Mengulas tentang pendidikan memang tidak pernah berhenti, semakin dibahas maka semakin banyak menemukan kelemahan dan kekurangan. Pendidikan seperti sebuah obyek yang terus bergerak, kita hanya bisa mengejar dan mengejar ibarat roda belakang yang terus mengejar roda depan. Pertanyaannya adalah seberapa cepatkah kita bergerak?

Sebuah pergerakan akan berhenti ketika mencapai tujuan, namun dunia pendidikan sepertinya tidak akan pernah berhenti karena tekanan dan tantangan global semakin kompleks, membutuhkan segala daya dan energi agar bisa menggerakkan dunia pendidikan secara terus menerus, apalagi kita berada pada dunia pendidikan yang hanya berputar-putar pada titik yang sama. 

Beberapa negara terutama negara maju sangat menyadari betapa pentingnya peran pendidikan dalam menopang pembangunan. Sementara negara yang tidak telalu fokus pada dunia pendidikan akan bergerak lambat, mengalami kesulitan ketika menghadapi persaingan yang sangat ketat dan kompetitif. Negara seperti ini memandang pelabuhan atau tempat berhentinya pergerakan bagaikan ilusi atau fatamorgana. Akibatnya sumber daya manusia yang dihasilkan hanya berkualitas sebagai pekerja yang memutar dan menjaga roda pendidikan agar tidak berhenti bergerak.

Harus diakui bahwa dunia pendidikan kita mengalami penurunan kualitas. Lahirnya beberapa kebijakan merupakan indikasi bahwa kita masih mencari formula yang tepat agar dunia pendidikan menemukan gairahnya kembali. Namun sampai kapankah kita melakukan pencarian formula sementara sebagian negara telah menambatkan perahunya pada pelabuhan tujuan dan sebagian lagi mulai menemukan iramanya sehingga jauh meninggalkan kita?

Indonesia adalah negara yang kaya akan kebijakan, setiap terjadi pergantian pemerintahan selalu diikuti dengan lahirnya berbagai kebijakan. Dalam dunia pendidikan, pergantian kebijakan mengakibatkan kembalinya pergerakan pendidikan pada titik nol. Intinya pendidikan kita hanya maksimal berumur sepuluh tahun. Bandingkan dengan negara lain, pergerakan dunia pendidikan memakan waktu minimal 25 sampai 30 tahun. Berdasarkan ini, apa yang telah kita capai? Belum tuntas generasi pada masa kebijakan tersebut sudah muncul kebijakan baru. Kondisi ini membuat orientasi pergerakan dikalangan generasi muda terutama pelajar menganggap pendidikan bukan sesuatu yang istimewa karena tujuan selalu berubah. Bagaimanakah kita menghadapi pergerakan yang berubah-ubah? Siapapun dia pasti akan kebingungan, bahkan pergerakan pendidikan akan dipandang sebagai sesuatu yang membosankan dan menjenuhkan.

Tidak ada yang istimewa dalam dunia pendidikan kita dan tidak ada yang perlu dibanggakan karena dunia pendidikan kita tidak memiliki identitas yang jelas, pendidikan kita tidak memiliki roh sebagai mesin penggerak. Pendidikan akan tampak hasilnya apabila telah mencapai kedewasaan, lahirnya beberapa kebijakan seiring pergantian pemerintahan telah menghambat dunia pendidikan. Perubahan kebijakan malah memudarkan identitas yang menjadi jembatan menuju kedewasaan. Padahal kedewasaan adalah pelabuhan yang harus dituju oleh dunia pendidikan, ditempat inilah proses pematangan dilaksanakan, ditempat ini pula segala inovasi menemukan jati dirinya, dan disinilah dunia pendidikan akan memiliki grafik menanjak naik. Itulah pelabuhan yang harus dituju.

Artikel keren lainnya:

Membangun sekolah tanpa pagar

Sekolah adalah institusi pendidikan, sebuah lembaga yang berisi kaum intelektual, sekelompok kaum terdidik, yang mengenal paham baik dan buruk. Sekolah tempat menimba ilmu pengetahuan termasuk pelajaran soal hidup. Sekolah tempat kumpulan berbagai karakter yang disatukan oleh motivasi perubahan, perubahan dalam hal pengetahuan dan perubahan dalam hal sikap dan prilaku.

Indikator keberhasilan sekolah adalah terbangunnya kesadaran semua elemen sekolah mulai dari guru, TU dan siswa, adanya dorongan dan dukungan penuh dari orang tua siswa serta pemerintah tentang betapa pentingnya peran pendidikan. Output yang dihasilkan bernafaskan dan bersandar pada nilai-nilai luhur bangsa yang berorientasi pada kearifan lokal.

Jika mencermati tujuan pendidikan, maka semua elemen harus memahami nilai-nilai ketaatan. Komitmen pada peningkatan mutu, serta mendorong adanya inovasi kreatif sebagai bentuk dari perubahan.

Akan tetapi pada kenyataannya, terdapat rentang yang cukup jauh antara teori dan kehidupan yang sebenarnya. Sekolah mengutamakan pembangunan pagar yang tinggi dan kokoh, ketimbang memperkokoh kesadaran setiap warga sekolah. Warga sekolah diperlakukan bagaikan terpidana, tidak ada ruang dan waktu bagi setiap individu untuk menunjukkan nilai moral yang dimilikinya, ditambah lagi tidak adanya kesadaran masyarakat, masyarakat sibuk dengan aktivitasnya, masyarakat lebih individual sehingga tanggung jawab dan kerjasamanya tidak tampak mendukung pembelajaran dengan membiarkan anak didik yang meninggalkan area sekolah bahkan beberapa orang justru menebar pesona didalam wilayah sekolah sehingga mengganggu fokus belajar siswa.

Kapankah kita bisa menyaksikan sekolah tanpa pagar? Pagar adalah bentuk ketidakpercayaan terhadap warga sekolah dan masyarakat sekitar. Sekolah tanpa pagar hanya bisa dapat ditemukan pada komunitas masyarakat yang memiliki ketaatan pada  nilai-nilai moral. Jadi, pada prinsipnya selama sekolah masih mempertahankan pagar yang kokoh dan tinggi maka selama itu pula gambaran kesadaran masyarakat terhadap pendidikan masih sangat kurang termasuk sekolah yang berada di komunitas yang memiliki tingkat intelektual tinggi.

Pembangunan pagar sekolah sangat bertolak belakang dengan konsep pendidikan, pendidikan seharusnya tidak memiliki jarak antara pembelajaran di kelas dengan realitas. Sekolah harus menjadi roh bagi perubahan yang terjadi dimasyarakat. Sekolah harus memberi pengaruh bukan menerima pengaruh, inilah salah salah satu alasan kehadiran kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada pendidikan karakter.


Mungkinkan sekolah tanpa pagar bisa terwujud?

Artikel keren lainnya:

Hilangnya hak guru sebagai pendidik

Tugas guru bukan hanya mengajar, tetapi masih terdapat beberapa deretan tugas yang harus diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Kalau guru hanya bertindak sebagai pengajar, maka jangan pernah kita mengharapkan perubahan prilaku seperti yang diharapkan. Perubahan sikap dan prilaku membutuhkan kehadiran guru sebagai pendidik.

Guru sebagai pendidik berkewajiban untuk membawa anak didiknya berperilaku dan bersikap sesuai dengan norma dan nilai-nilai kepribadian bangsa. Dalam tindakannya, kadang keras dan kadang pula lemah lembut tetapi masih dalam situasi pendidikan. Artinya, guru berupaya melakukan tindakan disiplin terhadap anak didiknya.

Apakah tugas guru sebagai pendidik sudah maksimal? Bila melihat kenyataan yang terjadi dimasyarakat, belum lagi di media sosial menggambarkan bahwa fungsi guru sebagai pendidik mulai luntur. Perilaku para pelajar jauh dari yang diharapkan, berkembang perbuatan-perbuatan anormal namun tidak mendapatkan perhatian. 

Tanggung jawab guru sebagai pendidik mengalami degradasi, kejadian demi kejadian yang melibatkan guru membuat guru lebih memilih aman. Guru mulai menanggalkan tugasnya sebagai pendidik, tindakan disiplin yang harus ditegakkan menjadi lemah karena tidak adanya jaminan kenyamanan dalam melaksanakan tugasnya.

Tentunya ada yang salah dengan pendidikan kita, kebebasan berpendapat yang tiada batasnya, keputusan-keputusan yang tidak berpihak pada dunia pendidikan, penegakan hukum yang terlalu jauh menyentuh sistem pendidikan, dan adanya undang-undang perlindungan anak yang tidak mengatur lebih spesifik pada pembinaan sikap dan mental anak didik membuat guru selalu berada diposisi salah. Segala niat baik yang ditujukan untuk memperbaiki  sikap dan mental siswa diterjemahkan sebagai suatu bentuk pelanggaran HAM.

Hak guru telah hilang, para pengambil kebijakan hanya berorientasi pada metode dan model pembinaan, namun tidak pernah memikirkan tekanan yang dihadapi oleh guru. Tekanan yang membuat guru mengalami keraguan untuk bertindak demi perbaikan dan perubahan sikap dan prilaku anak didik, penegakkan disiplin dan aturan sebagai suatu pembelajaran terhadap anak didik tidak memiliki batasan yang jelas. Keragu-raguan yang dialami oleh guru telah mendorong guru hanya melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan mengesampingkan tugasnya sebagai pendidik.

Agar generasi muda masa depan bangsa kembali bersinar, memiliki akhlak dan tingkat kedisiplinan yang tinggi, taat pada aturan, memiliki sikap dan prilaku yang tidak bertentangan dengan moral dan nilai-nilai luhur bangsa, kepribadian bangsa kembali menjadi kebanggaan dan identitas maka kembalikan hak guru sebagai pendidik, berilah ruang untuk melaksanakan fungsinya sebagai pendidik dibawah jaminan perlindungan hukum yang jelas sehingga membawa kenyamanan dalam membentuk kembali sikap dan perilaku menyimpang dari anak didik.

Artikel keren lainnya:

15 Atribut dari inovasi pendidikan

Zaltam, Duncan, dan Holbek menemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu Inovasi dapat merupakam kombinasi dari berbagai macam atribut (Zultam, 1973). Untuk memperjelas inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi). Berikut 15 atribut dari inovasi:

  1. Pembiyaan, Pembiayaan menentukan cepat lambatnya penerimaan masyarakat atas program inovasi. Biaya itu sendiri tergantung pada kualitas inovasi yang diajukan.
  2. Balik modal, Di dalam inovasi pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan, karena pada intinya pendidikan merupakan investasi jangka panjang melalui pengorbanan langsung dan tidak langsung sebagaimana terdapat dalam teori pembiayaan pendidikan. Balik modal hanya berlaku pada inovasi perusahaan.
  3. Efesiensi, Inovasi pendidikan harus mencerminkan efisiensi, baik waktu maupun biaya.
  4. Resiko dari ketidak pastian, jika resiko yang ditimbulkan kecil, maka program akan cepat diterima.
  5. Mudah di komunikasikan, Inovasi akan cepat diterima jika mudah dikomunikasikan.
  6. Kompatibilitas, artinya konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
  7. Kompleksitas, artinya mudah untuk dipelajari dan dipahami.
  8. Status ilmiah, Kadar ilmiah yang dimiliki sebuah inovasi akan cepat diterima dari pada yang tidak memiliki kadar ilmiah.
  9. Kadar keaslian, Ini artinya inovasi diluncurkan dalam bentuknya sebagai sesuatu yang asli, tidak meniru, bukan jiplakan.
  10. Dapat dilihat kemanfaatannya, artinya manfaat dari inovasi itu jelas, mudah dilihat, dan mudah dipahami, sehingga mudak pula untuk dilaksanakan
  11. Dapat dilihat batas sebelumnya, inovasi akan dapat diterima jika batas-batas sebelumnya jelas terlihat.
  12. Keterlibatan sasaran perubahan, Inovasi akan mudah diterima jika warga masyarakat diikutsertakan dalam proses yang dijalankan
  13. Hubungan interpersonal, inovasi membutuhkan adanya hubungan antar semua persenil yang terlibat. Saling memberitahu dan saling mempengaruhi.
  14. Kepentingan umum atau pribadi
  15. Penyuluhan inovasi.



Artikel keren lainnya:

Karakteristik Inovasi pendidikan

Negara yang maju pada umumnya menempatkan pendidikan sebagai skala prioritas pembangunan. Tingginya tingkat kualitas pendidikan suatu negara dapat membawa negara tersebut bersaing dengan negara lain, negara itu lebih kompetitif sehingga melahirkan berbagai inovasi yang pada gilirannya akan membawa kemandirian dalam segala aspek kehidupan karena didasari oleh kesiapan dan kompetensi masyarakatnya terhadap semua perubahan yang terjadi.

Untuk menjaga iklim inovasi di dunia akademik, diperlukan perhatian yang serius dari pemerintah. Pemerintah didorong untuk bisa mengelola dan mengembangkan berbagai inovasi serta menyiapkan berbagai instrumen yang bisa meningkatkan motivasi para akademisi dan ilmuwan menemukan inovasi-inovasi baru. Kehadiran inovasi baru sangat dibutuhkan guna meningkatkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta menjamin kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sebagai teknologi, inovasi adalah suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidakteraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.

Everett M. Rogers (1983) dalam diffusion of innovasion dipengaruhi oleh 5 (lima) karakteristik  inovasi yaitu :

1. Relative advantage (Keunggulan relatif)
Penilaian terhadap suatu inovasi, apakah relatif menguntungkan atau lebih unggul atau tidak. Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik dan unggul dari yang pernah ada. Pengukurannya dapat memperhatikan semua aspek agar menghasilkan hasil penilaian yang sempurna.

2. Compatibility (Kompatibilitas/Konsisten)
Konsistensi dari nilai-nilai inovasi, pengalaman dan kebutuhan.

3. Complexity (Kompleksitas/kerumitan)
Suatu inovasi tergantung pada kompleksitas atau kerumitannya, semakin mudah dipahami dan dikuasai maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi. Kesulitan tentunya sangat berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam menguasai istilah-istilah yang dipergunakan.

4. Trialability (Kemampuan untuk dapat diuji)
Inovasi yang sesungguhnya adalah suatu inovasi yang dapat di uji cobakan, tujuannya untuk melihat keunggulan dan mengurangi keraguan terhadap suatu inovasi.

5.  Observability (Kemampuan untuk dapat diamati)
Untuk meyakinkan orang lain terhadap suatu inovasi maka inovasi harus bisa diamati. Proses ini ditujukan untuk membuktikan bahwa suatu inovasi memiliki keunggulan relatif atau tidak, apakah inovasi yang diperkenalkan dapat menjawab kebutuhan atau tidak. Semakin mudah dilihat orang lain maka semakin besar kemungkinan inovasi tersebut diterima.


Vanterpool (1990) mengatakan bahwa karakteristik inovasi sebagai berikut:
  1. Relative advantage (compare with what exists), artinya relatif berguna dibandingkan dengan yang telah ada sebelumnya.
  2. Compatibility (consistent with values, xperiences, needs), artinya apakah inovasi tersebut akan konsisten terhadap nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhan.
  3. Testability (can be tried on an experimental basis), artinya seberapa jauh inovasi tersebut bisa diujicobakan.
  4. Observability (can be seen in action), artinya apakah inovasi tersebut dapat diperlihatkan secara nyata hasilnya.
  5. Complexity (ease of use), artinya apakah memerlukan pelatihan untuk mengaplikasikan inovasi tersebut.


Artikel keren lainnya:

Biarkan anak memilih jenis ekstrakuriler yang diminatinya

Bukan jamannya lagi kalau guru memilihkan siswa jenis ekstrakurikuler yang harus diikutinya. Kita harus sadar bahwa minat dan bakat seseorang berbeda-beda, terhadap sejumlah siswa, minat dan bakat mereka juga pasti bervariasi. Keadaan ini harus dipahami oleh guru agar siswa merasa senang sehingga dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan keinginan dan seleranya masing-masing.

Kehadiran guru hanya memfasilitasi bakat dan minak anak didiknya, proses pemilihan jenis ekstrakurikuler diserahkan sepenuhnya kepada siswa, tanyakan pada anak didik jenis kegiatan ekstrakurikuler apa yang mereka inginkan, jangan memaksa siswa untuk mengikuti selera guru, selera orang tua atau selera dari pihak lainnya. Memaksakan kehendak kepada anak didik akan berdampak pada hasil yang dicapai, kreativitas anak didik tidak dapat tereksploitasi dengan sempurna apabila tidak berdasarkan minat dan bakat yang dimilikinya.

Pemberian kebebasan memilih pada anak didik tidak semata dilakukan tanpa alasan. Keadaan jaman selalu berubah, perubahan itu berbuntut pada perubahan pola pikir dan gaya hidup anak didik. Perilaku jaman dulu sangat berbeda dengan perilaku jaman sekarang dan tentu saja akan berbeda pula dengan perilaku dijaman yang akan datang.

Untuk itu dibutuhkan keterbukaan kita semua terutama guru, guru yang kreatif dan inovatif sangat dibutuhkan kehadirannya. Hal ini demi merangsang minat dan bakat anak didik, guru harus memiliki terobosan, guru juga diwajibkan untuk memanfaatkan potensi yang tersedia. Hanya guru yang terbuka pemikirannya yang bersedia memahami perubahan perilaku jaman. 

Ki Hajar Dewantara telah memberi konsep yang sangat berharga dalam dunia pendidikan. Di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan. Inilah yang termaktub dalam semboyang Tut Wuri Handayani yang sangat terkenal.



Artikel keren lainnya:

Waspadai pengaruh UN terhadap motivasi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar

Bagi siswa-siswi yang telah selesai melaksanakan UN, tahap selanjutnya adalah menunggu hasil atau pengumuman kelulusan. Karena aturan sekarang memberikan kewenangan penentuan kelulusan kepada setiap satuan pendidikan, maka dapat dipastikan bahwa persentase kelulusan masing-masing sekolah diatas 90%, bahkan memungkinkan menjadi 100%. Yang tidak lulus merupakan siswa-siswi yang tidak lagi mengikuti proses pembelajaran dan UN namun masih terdaftar sebagai peserta UN.

Kemudian bagi siswa-siswi yang belum mengikuti UN, mereka masih harus menunggu lama untuk mengikuti ulangan semester genap. Rentang antara UN dan ulangan semester yang begitu lama ternyata mengganggu proses belajar mengajar bagi siswa yang belum mengikuti UN. Pembelajaran menjadi tidak maksimal, baik guru maupun siswa mengalami penurunan motivasi belajar mengajarnya karena dalam menghadapi UN, energi guru dan fokus siswa seluruhnya tercurahkan pada kegiatan tersebut. 

Selama kegiatan UN, siswa yang belum mengikuti UN di liburkan. Motivasi belajar yang sudah terbangun sekian lama harus meredup oleh liburan yang diberikan, sementara para guru harus mempersiapkan dirinya secara maksimal untuk menjadi pengawas silang. Tentu situasi ini harus melibatkan emosi, fisik dan mental yang juga maksimal, akibatnya para guru yang melakukan pengawasan ujian UN mengalami kelelahan setelah UN.

Meredupnya motivasi belajar siswa yang belum mengikuti UN dan kelelahan para guru setelah melaksanakan pengawasan silang berdampak pada proses belajar mengajar di sekolah. Sehingga waktu rentang antara UN dan ulangan semester tidak dapat dimaksimalkan untuk melaksanakan pembelajaran di kelas.

Kedepan diharapkan pelaksanaan UN dan ulangan semester genap tidak memakan waktu yang lama atau rentang waktu antara UN dan ulangan semester dibuat maksimal satu minggu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pengaruh UN bagi guru dan siswa.

Artikel keren lainnya:

12 Ciri-ciri utama karya tulis ilmiah

Ilmu akan berkembang apabila para peneliti terus mencari tahu sesuatu yang menjadi problem atau masalah. Proses pencarian dilaksanakan melalui penelitian, hasil dari penelitian disampaikan dan dipublikasikan dalam bentuk karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah memiliki ragam jenis misalnya Karya ilmiah publikasi, laporan, buku dan lain sebagainya.

Sebagai pembaca dan peneliti sebaiknya tahu bagaimana menyusun karya ilmiah, olehnya itu dalam pembaca maupun peneliti terlebih dahulu memahami ciri-ciri karya ilmiah. Berikut 12 ciri-ciri karya ilmiah yang harus diketahui.


  1. Mendalam atau tuntas. Penulisan karya ilmiah harus mengupas semua segi-segi masalah secara tuntas, masalah dibahas sampai ke akar-akarnya, dan topik harus diuraikan secara mendetail. Seringkali peneliti keluar dari obyek yang ditelitinya, akibatnya pembahasan tidak mendalam bahkan tidak tuntas. Olehnya itu agar pembahasan dapat dilakukan sampai tuntas maka peneliti harus membatasi masalah atau topik, jangan terlalu luas, kalau perlu diarahkan tetap fokus pada obyek penelitian. Peneliti harus memastikan ketersediaan buku-buku penunjang, hal ini berguna untuk memperkaya teori-teori yang berkaitan dengan topik atau masalah yang diteliti. Dalam pengambilan sampel harus tetap proporsional dan memperbanyak literatur sebagai sumber rujukan.
  2. Obyektif. Keterangan yang disampaikan harus dikemukakan apa adanya sesuai dengan data dan fakta yang diperoleh. Masalah disajikan tidak mengada-ada atau dibuat-buat dalam artian data yang disajikan tidak dimanipulasi atau direkayasa.
  3. Sistematis. Uraian disusun menurut pola tertentu sehingga jelas urutannya dan kaitan antara unsur-unsur tulisan dan berkesinambungan.
  4. Cermat. Berupaya menghindari kesalahan atau kekeliruan.
  5. Lugas. Pembicaraan langsung pada persoalan yang dikaji tanpa basa-basi
  6. Tidak emosional. Dalam menyampaikan pendapat tidak melibatkan perasaan
  7. Berlaku umum. Kesimpulan hasil penelitian harus berlaku bagi semua populasi dan berdasarkan kajian yang mendalam sehingga kebenarannya dapat di uji
  8. Logis. Segala keterangan yang disajikan memiliki dasar dan alasan yang masuk akal, tidak menghasilan pemahaman dan pengertian yang ambigu.
  9. Bernas. Walaupun dalam penyajiannya singkat namun isinya harus padat
  10. Jelas. Keterangan yang dikemukakan dapat mengungkap makna secara jernih sehingga mudah dipahami pembaca
  11. Terbuka. Hasil penelitian tidak menutup kemungkinan adanya pendapat baru
  12. Menggunakan bahasa yang baku, tepat, ringkas dan jelas


Artikel keren lainnya:

Meningkatkan Minat Siswa dalam Belajar Mengajar

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat yang timbul. Menurut Slameto (1988), suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Siswa yang minat terhadap objek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.

Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu yang dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut. Asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajari sesuatu (Slameto, 1988).

Mengembangkan minat siswa terhadap mata pelajaran Biologi pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa bahwa hasil dari pengalaman akan membawa kemajuan pada dirinya kemungkinan besar ia akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada (Slameto, 1988).

Di samping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner (1975, dalam Slameto, 1988) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri sendiri. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi kepada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang. Roijjakkers (1980, dalam Slameto, 1988) berpendapat bahwa untuk menimbulkan minat-minat baru, dapat dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.

Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik.

Studi-studi eksperintal menunjukkan bahwa siswa-siswa yang secara teratur dan sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena perbaikan dalam kualitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih baik daripada siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang buruk atau tidak ada kemajuan. Menghukum siswa karena hasil kerjanya yang buruk kurang efektif, bahkan hukuman yang terlalu kuat akan sering menghambat proses belajar tetapi hukuman yang ringan masih lebih baik daripada tidak perhatian sama sekali. Hendaknya para pengajar bertindak bijaksana dalam menggunakan insentif. Insentif apapun yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa masing-masing (Slameto, 1988). 

Artikel keren lainnya:

6 poin penting revisi kurikulum 2013

Pelaksanaan kurikulum 2013 yang menyisahkan banyak persoalan, kini mulai dibenahi. Pembenahan berdasarkan atas hasil evaluasi yang dilakukan oleh tim dari kementerian pendidikan dan kebudayaan nasional. Dari hasil evaluasi tersebut, diperoleh 6 poin yang penting revisi kurikulum 2013. Keenam poin dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan metode pembelajaran aktif
Guru berperan menjadi fasilitator pembelajaran yang membuat siswa menyenangi kegiatan belajar mengajar

2. Proses berpikir siswa tidak dibatasi
Tidak hanya SMA, kini anak SD boleh berpikir sampai tahap penciptaan sesuai kemampuannya.

3. Penyederhanaan aspek penilaian siswa oleh guru
Penilaian sosial dan keagamaan siswa cukup dilakukan oleh guru PKn dan guru pendidikan agama dan budi pekerti

4. Meningkatkan hubungan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD)

5. Penerapan teori 5 M
Teori 5 M dimaksud adalah mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis dan mencipta

6. Struktur mata pelajaran dan lama belajar di sekolah tidak mengalami perubahan.

Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hubungan KI dan KD hasil revisi pada poin 4 di atas dapat anda lihat pada alamat berikut.


Itulah keenam poin penting revisi kurikulum 2016 hasil evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 selama ini.


Artikel keren lainnya:

Kesempatan guru berpartisipasi dalam penulisan soal ujian Nasional

Peran guru mulai dihargai oleh pemerintah. Bagi guru yang memiliki kompetensi dalam menulis soal ujian Nasional, Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

Guru pada jenjang SMP/MTs yang mengajar mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Biologi, Pendidikan Kewarganegaraan. Jenjang SMA/MA yang mengajar mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Antropologi, Pendidikan Kewarganegaraan. Jenjang SMK yang mengajar mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris. Semua harus dibuktikan dengan surat keterangan kepala sekolah.

Selain itu, syarat lainnya adalah guru yang berpengalaman mengajar minimal 5 (lima) tahun, Minimal lulusan S1/D4 dari jurusan yang sesuai dengan bidang studi yang diampu, guru yang mampu menggunakan komputer, internet, dan program pengolah kata Microsoft Word, guru yang tidak mengajar dan berafiliasi dengan bimbingan belajar,  guru yang berkomitmen menulis soal berkualitas untuk peningkatan mutu pendidikan, guru yang berkomitmen menjaga kerahasiaan soal beserta seluruh perangkat terkait upaya mencapai penilaian yang berkualitas.

Untuk mendaftar sebagai penulis soal ujian Nasional silahkan klik alamat berikut!


Pendaftaran paling lambat tanggal 13 Mei 2016, pengumuman direncanakan tanggal 16 Mei 2016. 

Artikel keren lainnya: