Beranda · Artikel · Motivasi · Merdeka Belajar · Bahan Ajar · PTK · Pembelajaran

5 Cara menghadapi anak yang malas mengikuti pelajaran

Anak yang malas mengikuti pelajaran di kelas bukan berarti mereka malas belajar. Usia remaja memiliki segudang masalah dan keinginan yang hanya bisa mereka ungkapkan melalui penolakan, hal inilah mesti dipahami oleh orang dewasa terutama guru dan orang tua siswa.

Kesimpulan terhadap anak yang malas hanya bisa diputuskan apabila sudah melakukan 5 cara berikut:

1. Memenuhi Keinginan atau kebutuhan siswa sesuai bakat dan minat
Mengungkapkan keinginan atau kebutuhan, bagi anak menjadi tantangan tersendiri, mengingat pengalaman menunjukkan bahwa orang tua lebih mementingkan pekerjaan dan mengutamakan kebutuhan rumah tangga ketimbang memenuhi keinginan anak. Begitu pula dengan guru karena semua kegiatan dan aktivitas di sekolah termasuk penyediaan sarana dan prasarana sekolah senantiasa mempertimbangkan kebutuhan prioritas, apalagi sekolah yang memiliki dana terbatas.
Keinginan atau kebutuhan siswa merupakan jelmaan bakat dan minat yang dimilikinya, jika wadah penyalurannya terbatas bahkan tidak ada maka jiwa anak akan melakukan pemberontakan sehingga timbullah rasa malas, nakal dan sebagainya.

2. Pemberian Motivasi
Motivasi sangat diperlukan oleh siswa mengingat usia mereka sedang berjuang menemukan jati dirinya. Usia sekolah adalah usia pembentukan karakter sehingga segala bentuk dorongan semangat dan bimbingan menjadi kebutuhan yang paling mendasar bagi siswa. Jangan biarkan mereka menyimpulkan sendiri tetapi bimbinglah mereka untuk menarik keputusan yang benar. Tunjukkan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah.  Apresiasi sekolah kepada siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri, apresiasi diberikan pada saat siswa melakukan kebaikan misalnya memungut sampah, meraih prestasi terbaik dan selalu datang tepat waktu, bahkan jika perlu apreasiasi atau penghargaan diberikan kepada siswa yang mengalami perubahan prilaku menjadi lebih baik setelah menjalani proses displin dan bimbingan melalui pengamatan yang dilakukan oleh guru dan teman sejawatnya. Dan yang lebih penting lagi adalah ketika siswa berubah dari malas menjadi rajin mengikuti pelajaran.

3. Pendikan Keluarga
Pondasi utama keberhasilan siswa berawal dari keluarga, jika perhatian dan pengawasan dari keluarga lemah maka dapat dipastikan anak akan melangkah bebas tanpa kendali. Mereka melakukan sesuai kemauannya, sekolah dianggap sebagai beban dan masalah karena dinilai menghambat kebebasannya. Memperhatikan hal ini, maka pihak sekolah sebaiknya memulai inisiatif untuk melakukan sesuatu yang positif, wajib bekerja sama dengan orang tua siswa guna menemukan solusi tepat, saling mengingatkan tugas masing-masing dan pengertian kedua belah pihak dalam melakukan pembinaan, pembimbingan, pendisiplinan dan pengawasan siswa baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

4. Bimbingan konseling Pribadi
Beban yang terlalu berat, masalah yang terpendam tanpa solusi dan keinginan yang tidak terwujud menjadi penghambat dari dalam diri siswa sehingga berdampak pada redupnya sifat ceria yang dimiliki anak usia sekolah. Siswa cenderung menjadi pendiam karena sulit keluar dari masalah pribadinya, mereka tidak tahu harus kemana dan mereka pun tidak tahu harus berbuat apa agar terbebas dari masalahnya. Siswa yang tiba-tiba malas pada hakikatnya butuh pendampingan, jika ada masalah maka tunjukkan jalan keluarnya, bimbing mereka hingga keluar dari masalah yang dihadapinya. Upayakan tindakan ini dikerjakan bersama orang tua siswa, tetapi ingat jangan dimarahi melainkan buka logika berpikirnya sehingga mereka merasa dihargai dan dihormati bukan merasa dihakimi atas masalahnya.

5. Pengawasan Lingkungan 
Faktor lingkungan yang tidak bernilai pendidikan merupakan masalah yang paling banyak terjadi di kalangan siswa. Butuh kerja ekstra keras dari orang tua dan guru untuk melakukan pengawasan pergaulan siswa, mendorong siswa menarik diri dari pergaulan adalah tindakan yang salah. Mengawasi siswa secara melekat juga menimbulkan pemberontakan jiwanya karena kebebasannya terganggu. Yang terbaik adalah jangan henti-hentinya untuk memberikan nasihat dan petuah serta memperkenalkan dampak negatif pergaulan bebas adalah tindakan yang paling arif sebab sentuhan yang diberikan menyasar mental dan jiwanya bukan fisiknya.

Apabila baik orang tua siswa maupun guru sudah melakukan kelima tindakan di atas, selanjutnya ikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi. Jangan berlepas diri dari masalah yang dihadapi siswa yang tidak mau berubah. Karena pada prinsipnya, hal ini terjadi karena kesadaran diri belum lahir, masih dipenuhi oleh pergolakan mental dan jiwa kanak-kanak dan remajanya.

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "5 Cara menghadapi anak yang malas mengikuti pelajaran"

Post a Comment