Beranda · Artikel · Motivasi · Merdeka Belajar · Bahan Ajar · PTK · Pembelajaran

Menapak jalan menuju ufuk

Pekerjaan yang tidak ada ujungnya adalah mendidik, namun demikian pendidik harus terus berjalan mengantarkan peserta didik menuju ufuk.  Tidak ada kata menyerah, tidak ada kata bosan, teruslah bekerja dan berusaha untuk membuka lapak-lapak sebagai pijakan anak didik meraih masa depannya.

Jangan memandang peserta didik hanya karena tugas dan tanggung jawab, tetapi bawalah mereka karena keimanan dan ketulusan hati, cinta, kasih sayang dan keiklasan sebagai bagian dari pengabdian kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Merekalah estafet masa depan, merekalah yang akan meneruskan buah karya kita saat ini. Merekalah yang akan menuliskan bait dan syair yang akan membawa kita pada kedamaian menuju hari tua, hari dimana kita tidak mampu lagi untuk berbagi pengetahuan.

Bentuklah peserta didik dengan bentuk yang paling sempurna agar kedepan mereka tidak melahirkan generasi-generasi palsu, kelihatan memiliki kemampuan tetapi kenyataan jauh dari harapan. Jangan sampai jalanpun tidak nampak di depan mata, karena ilmu tidak terkorelasi dengan jalan stapak yang harus mereka lalui, akibat dari hilangnya keaslian ilmu pengetahuan yang mereka miliki.

Sebagai pendidik, kembangkan kreatifitas peserta didik, tanamkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang nantinya dipakai untuk menggapai ufuk. Di jaman sekarang, tantangan semakin kompleks baik dari dalam maupun dari luar, butuh kesiapan untuk menghadapinya. Apalagi arus informasi yang semakin cepat,  tidak terbatas pada kalangan tertentu tetapi sudah menjadi kebutuhan semua manusia.

Menuju ufuk tidaklah mudah, belum ada satupun manusia yang bisa mencapai ufuk, namun perlu dipahami bahwa siapa yang langkahnya lebih jauh maka merekalah yang paling berpengetahuan. Menuju ufuk bagaikan para kabilah arab, mereka bukanlah orang-orang  yang tidak berpengetahuan, mereka merupakan orang-orang terpandang, semakin jauh mereka berjalan maka semakin dalam pula ilmu pengetahuan yang mereka miliki, para kabilah adalah moyang para penguasa arab. Artinya kalau peserta didik hanya diberi pengetahuan tetapi asal memenuhi tugas dan tanggung jawab saja maka kedepan mereka akan dilindas oleh kabilah-kabilah penguasa informasi saat ini.

Menarik untuk di telaah, bahwa banyak pendidik yang hanya menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik, apakah siswa paham atau tidak, mereka hanya bersandar pada waktu, yang terpenting siklus pembelajaran berjalan sesuai yang direncanakan, masalah hasil terserah yang empunya(orang tua) untuk diperbaiki. Maka lahirlah lembaga-lembaga bimbingan belajar, kursus, privat dan lain sebagainya.

Bila kita perbandingkan dengan pendidik dimasa lalu, maka kita akan menemukan kesenjangan motivasi pendidik. Saat ini pekerjaan mendidik sudah disemangati oleh pemikiran liberal, pemikiran yang mengedepankan kebebasan berpikir, pemikiran yang hanya memandang materi sebagai tujuan utama sehingga jangan heran apabila semangat undang-undang guru dan dosen lebih pada pemenuhan ambisi dan egoisme pribadi, sebagai wujudnya adalah sertifikasi guru. Program yang menguntungkan pendidik tetapi telah meracuni dunia pendidikan, demi alasan ekonomi, pendidik melakukan berbagai cara agar terpenuhi syarat sebagai pendidik profesional. Maka kemudian berbagi jam untuk memenuhi tatap muka 24 jam di kelas, walaupun kompetensi yang dimiliki tidak sesuai dengan pengertian profesional itu sendiri, yang rugi adalah peserta didik, jalannya semakin buram karena mendapatkan pelita yang redup. Olehnya itu, kepada pendidik yang telah mendapatkan sertifikat pendidik sebagai predikat profesional untuk terus meningkatkan empat kompetensi anda yakni kompetensi pedagogik, sosial, profesional dan akademik.

Akan sangat berbahaya apabila peserta didik melampaui kemampuan pendidik, karena mereka akan mudah tersesat, sebab jalannya dibuka dengan meraba-raba tanpa petunjuk. Pengetahuan mereka hanya berfungsi sebagai alat pembuka jalan bukan penunjuk arah. Karakter usia muda yang selalu mencoba sesuatu yang baru dapat merusak tatanan yang sudah terencana jauh hari, akibatnya timbullah kecelakaan dimana-mana, program rehabilitasi menunjukkan terdapatnya masalah di dunia pendidikan, hukum, sosial dan budaya.

Jika demikian kenyataannya, apakah arah kompas masih menunjuk ufuk dengan tepat?

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Menapak jalan menuju ufuk"

Post a Comment