Ibarat pohon, dimana ranting-rantingnya menjadi tempat bernaung bagi daun-daun. Pada waktu tertentu, daun mengalami musim gugur hingga tampaklah batang-batang pohon seperti kehilangan harapan. Akan tetapi itu hanya sebentar saja, karena daun baru akan tumbuh kembali, menghiasi pohon tersebut.
Sekolah bukanlah pohon, sekolah harus berperan sebagai tempat anak didik menemukan jati dirinya, tempat mencari ilmu, tempat sosialisasi diri guna menyongsong masa depan yang lebih cerah. Untuk itulah peran sekolah diperlukan menjaga anak didik untuk tidak berguguran selama menempuh pendidikan.
Ranting sekolah adalah guru, guru menjadi tempat bernaung bagi siswanya. Guru selain sebagai pengajar juga bertindak sebagai orang tua, tugas guru adalah menjaga anak didiknya. Dengan demikian berilah motivasi, semangat bahkan harapan kepada siswa untuk senantiasa mencintai statusnya sebagai peserta didik. Ciptakan suasana menyenangkan, menarik, dan buatlah inovasi yang bisa membuat anak didik menjadi betah dan selalu merindukan sekolah.
Ingatlah selalu bahwa dimasa sekarang harapan siswa memperbaiki hidupnya ditangan guru, memang masih ada yang lain seperti orang tua, namun dengan berkembangnya peradaban masyarakat, telah merubah mereka menjadi manusia super sibuk, tanggung jawab pendidikan anak seakan telah diserahkan sepenuhnya kepada guru. Guru menjadi sosok utama dalam dunia pendidikan, guru menjadi fokus dari semua perhatian atas perbaikan kualitas dan mutu hidup seseorang.
Begitu beratnya tanggung jawab guru maka sebagai ranting sekolah, guru harus mampu mengikat siswanya lebih dari sekedar tugas guru sebagai pendidik maupun pengajar. Empat kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh guru tidaklah cukup mengingat tantangan kehidupan semakin kompleks, aspek-aspek penunjang pendidikan menghadapi persoalan pelik yang tentunya berimbas pada dunia pendidikan secara keseluruhan.
Jepang pasca bom atom di hiroshima dan nagasaki, kaisar Jepang hanya bertanya “berapa guru yang masih hidup?”. Padahal Jepang sedang menghadapi perang melawan sekutu, seharusnya sang Kaisar bertanya “berapa tentara yang masih hidup?”. Ternyata pemikiran sang Kaisar jauh diatas rata-rata pemimpin saat itu bahkan pemimpin sekarang, Lihatlah Jepang masa kini, Jepang menjadi negara maju, Jepang menjadi raksasa ekonomi asia. Bukan karena kekuatan militernya tetapi karena peran guru membangun generasi bangsanya.
Kita saat ini berada dimasa tenang, masa penuh kedamaian. Tidak perlu takut dengan desingan peluru karena kita berada didaerah aman, tidak perlu takut dengan jatuhnya bom dari pesawat-pesawat tempur karena para prajurit kita sudah menjaganya. Ketika masa perjuangan merebut kemerdekaan, kita sudah bisa mencetak generasi jenius seperti Habibie, masa disaat sekarang kita tidak mampu melahirkan banyak Habibie muda.
Kalaupun kita belum mampu mencetak kembali Habibie muda, maka cukuplah menjaga anak didik kita tidak berhenti ditengah jalan. Bukalah jalan mereka, jangan lagi diberatkan dengan segala macam pungutan, atau tugas-tugas yang membuat mereka harus mengeluarkan uang untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Sebab dimasa sulit seperti saat ini, dimana ekonomi mengalami perlambatan, banyak orang tua siswa mengalami kesulitan ekonomi sebagai dampaknya.
Disinilah diharapkan guru dan sekolah berperan untuk menjaga dan mempertahankan keberlangsungan pendidikan anak didik kita. Kalau sebelumnya kita selalu mengejar kualitas dengan jalan menerapkan metode dan model pembelajaran yang membutuhkan pengorbanan dari anak didik maka rubahlah dengan metode dan model pembelajaran lain yang memanfaatkan media yang sudah ada tetapi tetap menjaga kualitas pembelajaran. Kalau orang tua siswa mengalami kesulitan menyekolahkan anaknya maka guru dan sekolah harus bertindak meringankan beban itu. Tujuannya adalah untuk tetap mempertahankan anak didik kita sebagai generasi penerus bangsa memperoleh haknya sesuai dengan Undang-undang dasar negara kita.
Belum ada tanggapan untuk "Ketika daun berguguran, apa sikap kita?"
Post a Comment