Beranda · Artikel · Motivasi · Merdeka Belajar · Bahan Ajar · PTK · Pembelajaran

4 tahapan belajar yang harus diketahui

Belajar bertujuan untuk merubah siswa sehingga sesuai dengan yang diharapkan. Perubahan itu terdiri atas tiga aspek yakni sikap, keterampilan dan pengetahuan. Kalau saya mencoba sederhanakan maka tujuan belajar adalah merubah siswa dari tidak tahu menjadi tahu, apakah dalam keadaan sadar atau tidak sadar. Dalam hal ini, para ahli telah mengelompokkan dalam 4 tahapan belajar.

Keempat tahapan belajar itu adalah :

1. Inkompetensi bawah sadar
Inkompetensi bawah sadar, yaitu tidak sadar bahwa ia tidak tahu. Pada tahapan ini, orang tidak mengetahui kalau dirinya ternyata tidak tahu sesuatu, mereka pada umumnya memiliki keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman. Biasanya mereka lebih cenderung berani mengambil resiko karena ketidaktahuannya terhadap sesuatu, apakah dapat merugikan dirinya atau tidak yang penting mereka melakukannya tanpa mereka sadari. Kaum muda paling banyak terjebak pada situasi inkompetensi bawah sadar.

2. Inkompetensi sadar
Inkompetensi sadar, yaitu sadar bahwa ia tidak tahu. Biasanya tahapan ini, terjadi pada mereka yang dengan sadar mengakui kekurangannya. Orang seperti ini mudah belajar, berusaha untuk menutupi kekurangannya karena memiliki keberanian yang tampaknya sesuatu yang bodoh dilakukan dan yang tidak mungkin dilakukan oleh orang lain tetapi itulah letak keberhasilannya menguasai kompetensi tertentu.

3. Kompetensi sadar
Kompetensi sadar yaitu sadar bahwa ia tahu. Tahap ini orang menyadari bahwa ia memiliki ilmu pengetahuan atau keahlian atas sebuah obyek. Karena didasari oleh pengetahuan yang dimilikinya sehingga setiap tindakan dan keputusan dilaksanakan secara sadar. Berbagai pertimbangan menghiasi pikirannya agar hasil yang diharapkan bisa maksimal, namun kekurangannya adalah lamban dalam mengambil keputusan atau tindakan.

4. Kompetensi bawah sadar
Kompetensi bawah sadar yaitu tidak sadar bahwa ia tahu. Pada tahap ini hanya dapat dilakukan oleh seorang ahli yang sekedar melakukannya atau orang yang terbiasa melakukannya tetapi tidak menyadarinya. Kondisi sebenarnya yang terjadi adalah ia tahu apa yang dilakukannya dan juga tahu apa saja yang tidak dapat dilakukannya. Baginya, yang dilakukannya tampak mudah walaupun bagi orang lain sangat beresiko, hal ini karena dia memiliki pengetahuan dan pengalaman terhadap apa yang dilakukannya.

Artikel keren lainnya:

2 hal yang harus terpenuhi dalam proses pembelajaran

Pembelajaran atau dapat disebut pula dengan belajar adalah upaya menciptakan perubahan dalam bentuk prilaku atau potensi prilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan. Keberhasilan pembelajaran tergantung bagaimana kegiatan belajar berproses. Siswa telah tuntas mengikuti pembelajaran apabila terdapat perubahan terhadap diri siswa itu sendiri terutama pada tiga aspek yakni sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Bagaimana sebaiknya pembelajaran atau belajar berproses? Belajar dibangun berdasarkan interaksi antara guru dan siswa. Dua hal yang menjadi inti dari proses pembelajaran adalah stimulus dan respon.  Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respons adalah reaksi siswa sebagai dampak dari stimulus yang diberikan. Penilaian dan pengukuran tidak terletak pada proses pemberian stimulus dan proses respons siswa tetapi pada sesuatu yang diberikan oleh guru dan yang diterima oleh siswa.

Secara umum stimulus dalam belajar dapat berupa materi yang diberikan oleh guru atau sesuatu yang harus dikuasai oleh siswa. Penilaian tentu saja terletak dari hasil yang diperoleh atas stimulus yang diberikan misalnya tes formatif atau tes lainnya yang dapat diukur.

Artikel keren lainnya:

Pembelajaran berbasis psikologi

Munculnya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dapat mengganggu keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Menghadapi berbagai karakter dengan latar belakang sosial yang berbeda-beda dan dari lingkungan keluarga yang berbeda pula yang melahirkan beragam masalah membutuhkan kemampuan guru untuk mengenal perkembangan prilaku dan mental peserta didik. Untuk itulah sehingga pendekatan yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik disarankan menggunakan pendekatan psikologis.

Pengaruh beban psikologis peserta didik menuntut guru bertanggung jawab penuh dalam membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik, melakukan transfer ilmu dan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta membentuk kepercayaan diri peserta didik. Proses ini disebut dengan pembelajaran, jadi pembelajaran berbasis psikologi adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dengan memperhatikan perkembangan prilaku dan mental peserta didik.

Setiap masalah dapat berdampak pada pembentukan prilaku, karakter dan kejiwaan peserta didik serta berpengaruh terhadap proses pembelajaran di kelas. Upaya guru dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi peserta didik dapat mengurangi beban psiklogis peserta didik. Sehingga mendorong peserta didik lebih fokus pada pelajaran.

Ada empat hal yang dapat dilakukan oleh guru terhadap peserta didik.

  1. Pengendalian kejiwaan, tujuannya adalah untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
  2. Pembinaan mental, pada umumnya beban psikologis yang dihadapi oleh peserta didik adalah akibat perlakuan yang diperoleh dari orang dewasa. Dalam hal ini peserta didik adalah korban, sehingga membutuhkan perhatian dari guru.
  3. Pengawasan/kontrol. Dalam usia perkembangan, mental peserta didik masih labil, berubah-ubah. Mereka masih membutuhkan bimbingan dan arahan orang dewasa guna menemukan jati dirinya karena pada usia sekolah masih dalam proses pencarian jati dirinya.
  4. Terapi kognitif. Bagi siswa yang bermasalah, lakukan tindakan berupa terapi kognitif. Terapi kognitif bertujuan untuk membangkitkan kembali kepercayaan diri peserta didik sehingga selalu berpikir positif. Jika diperlukan sanksi maka sanksi yang dianjurkan adalah sanksi psikologis yang ditujukan semata-mata untuk menghindarkan peserta didik mengalami kejatuhan mental lebih dalam.


Namun demikian, karena sumber masalah yang menjadi beban peserta didik pada umumnya berasal dari lingkungan sosial dan lingkungan keluarga maka guru membutuhkan kerjasama dengan semua unsur atau elemen lainnya. Semuanya harus komitmen untuk melakukan tindakan pengendalian sosial secara menyeluruh.


Artikel keren lainnya:

Setiap tetes air hujan yang jernih berasal dari awan yang gelap

Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar tujuannya  agar terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (wikipedia).

Peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran masih buta dengan materi yang diajarkan. Belum terbayang sama sekali seperti apa materi yang diberikan oleh guru. Mereka memandang sekolah tampak gelap, tetapi mereka memiliki keyakinan mendapatkan ilmu pengetahuan dari sekolah. 

Bagi guru, menciptakan peserta didik yang kompetitif yang menguasai kompetensi adalah tantangan nyata, guru harus memahami bahwa peserta didik baru membutuhkan motivasi dan dorongan moril agar mereka optimis, dibalik ketidakmampuannya terdapat tangan-tangan mulia yang akan melakukan bimbingan, binaan, didikan, dan arahan.

Persepsi yang salah, yang selama ini berkembang didunia pendidikan menyatakan bahwa input yang baik akan melahirkan output yang baik pula. Membenarkannya berarti guru hanya barharap pada durian yang jatuh, semakin mengukuhkan guru tidak memahami tugasnya. Sebenarnya adalah terjadinya perubahan pada diri peserta didik karena peran guru, jadi keberhasilan pembelajaran tidak bergantung pada input, tetapi keberhasilan pembelajaran adalah bukti kerja keras dan kemampuan guru dalam memanajemen kelasnya.

Keberhasilan merubah peserta didik sehingga memiliki kompetensi sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa patut diapresiasi. Merubah peserta didik tidaklah mudah, harus dilakukan setahap demi tahap, membutuhkan waktu yang cukup lama dan dibarengi dengan kesabaran para guru. Tidak ada kata putus asah, tantangan adalah potensi yang mendorong keberanian guru untuk melakukan tindakan pasti dengan harapan setelah peserta didik menyelesaikan pendidikannya mengalami peningkatan sikap, pengetahuan dan keterampilan.


Artikel keren lainnya:

Guru harus bisa mengidentifikasi cara orang tua mendidik anaknya

Membuat anak berbudi pekerti memerlukan tindakan guru yang bijaksana, karena pendidikan merupakan cara untuk membentuk anak supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna dalam pergaulannya, memiliki rasa kemanusiaan, memiliki mata pencaharian, serta mencintai persaudaraan dan kemerdekaan masing-masing individu.

Pendidikan anak bermula dalam rumah tangga, masing-masing orang tua memiliki cara sendiri dalam mendidik anaknya, ada dua cara yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anaknya. Yang pertama dengan jalan menurut keinginan orang tuanya sedangkan yang kedua dengan jalan membiarkan anaknya tumbuh menurut bakatnya.

Orang tua yang mendikte anaknya untuk mengikuti keinginannya dapat menghilangkan kebebasan anak, anak ibarat kepunyaan orang tuanya. Apapun yang dilakukan anak harus sesuai dengan keinginan orang tuanya, baik bergerak, diam, berjalan, duduk, memilih jodoh, pendidikan, cita-cita harus atas kehendak orang tuanya. Anak yang di didik dengan cara ini dapat menghancurkan masa depannya sebab tidak sesuai dengan bakat yang sudah ada sejak ia dilahirkan.

Selain itu pendidikan anak dengan memberi kebebasan pada anak seluas-luasnya menurut bakatnya dapat kehilangan arah, anak masih harus dituntun, anak masih membutuhkan pedoman hidup. Pengalaman hidup orang tua sangat dibutuhkan oleh anak agar tidak terjebak oleh gelombang tsunami kehidupan yang disebut dengan pergaulan bebas. Biasanya anak yang dididik menurut bakatnya atau menurut kemauannya akan melahirkan anak yang sombong, congkak dan manja bahkan tidak menghormati orang lain termasuk orang tuanya sendiri. Pada akhirnya akan membentuk anak menjadi anak pemalas karena semua kemauannya diperturutkan oleh orang tuanya.

Masa depan anak tergantung bagaimana kita mendidiknya sejak usia dini dan usia sekolah. Karena tuntutan jaman dan gaya hidup membuat orang tua lebih memperhatikan karir dan pekerjaannya daripada pendidikan anaknya. Hal ini akan berdampak pada keberhasilan pendidikan di sekolah, guru akan kesulitan membimbing, mengarahkan, membina dan mendidik anak yang dibesarkan dalam rumah tangga dengan cara didikan seperti diatas.

Olehnya itu, guru harus bisa mengidentifikasi kehidupan rumah tangga anak didiknya, tugas ini lebih diutamakan kepada para wali kelas, wali kelas harus kerja keras untuk menemukan bagaimana cara anak didiknya memperoleh pendidikan didalam rumah tangganya. Solusi yang tepat haruslah diperoleh agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, model dan metode yang digunakan sesuai dengan perkembangan anak. Sehingga harapan pendidikan dapat terwujud melalui tangan-tangan guru yang bijaksana tanpa memandang status sosial anak.


Artikel keren lainnya:

Guru yang baik adalah guru yang jujur pada dirinya sendiri

Inilah tantangannya! Pernahkah anda memanipulasi nilai siswa? Guru yang sering memanipulasi nilai siswa bukanlah guru yang baik. Tindakan yang seharunya adalah dengan memperbaiki kompetensi siswa untuk mendapatkan nilai yang baik. Dalam hal ini guru harus jujur pada dirinya sendiri, adanya nilai siswa yang kurang berarti terdapat kekurangan yang anda harus perbaiki.

Sebagian guru merasa malu kalau siswanya tidak tuntas dan memang seharusnya demikian, ketuntasan diukur berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru. Semakin banyak siswa yang tidak tuntas maka semakin banyak pula yang harus diperbaiki oleh guru. Bagaimana metode, model, pengelolaan kelas, materi dan aspek lainnya. Guru harus berani jujur mengakui bahwa kelemahan ada pada dirinya. Dan sebagai catatan jangan hanya sebatas mengakui tetapi harus dibarengi dengan tindakan perbaikan menyeluruh. Jangan pernah menyalahkan siswa sebab siswa hanya bertindak sebagai penerima, manajemen gurulah yang diperlukan untuk mendapatkan solusi ketidaktuntasan siswa.

Akan sangat berbahaya apabila guru tidak mampu menemukan kekurangannya, karena bisa jadi kekurangan itu membuat siswa tidak mampu menemukan jati dirinya, bahkan kekurangan yang dimiliki oleh guru berimbas pada kompetensi yang harus dimiliki siswa. Kompetensi yang dimiliki akan berpengaruh pada masa depan siswa dimana semakin hari persaingan semakin kompetitif. Janganlah menjadi bagian dari kehancuran siswa anda tetapi jadilah background dari keberhasilan siswa anda.

Keberhasilan peserta didik membutuhkan dukungan dan dorongan guru yang baik. Guru tidak hanya memperhatikan waktu dan penyelesaian materi tetapi lebih dari pada itu. Bagaimana perhatian guru pada masalah yang dihadapi siswa, bagaimana tindakan guru dalam menegakkan disiplin, bagaimana cara guru membentuk karakter siswa dan bagaimana guru menemukan kekurangan dan kelemahan siswa menerima materi pelajaran serta bagaimana mengarahkan siswa untuk menghargai potensi yang dimilikinya dengan jalan berkarya dan berkreasi.

Hanya guru yang baiklah yang bisa melakukannya. Dan saya yakin anda termasuk guru yang baik terutama menjadi guru pada diri pribadi kita sendiri.

Artikel keren lainnya:

Memori seorang guru 1

Seorang guru senior, umurnya sekitar 60-an tahun. Di usianya selama mengajar sudah tidak terhitung banyaknya siswa yang merasakan didikannya, saya termasuk salah satu murid beliau. Selama mengajar, beliau sangat disiplin, disiplin waktu, materi, pakaian dan lain-lain. Beliau mendidik kami dengan menunjukkan dirinya sebagai yang patut di teladani.

Kini beliau sudah pensiun, energi yang dulunya menjadi motivasi bagi siswanya sudah mulai menurun, hanya kata-katanya yang masih menyiratkan semangat dan kepeduliannya terhadap dunia pendidikan. Mungkin karena faktor usia dan wadahnya yang tidak ada sehingga kepeduliannya tidak tersalurkan. Namun demikian kami sangat menghormati beliau, kami menjadikan contoh dan suri teladan selama kami bekerja. 

Pada suatu hari beliau ingin mengambil gaji pensiunnya di Kantor Pos. Karena banyaknya pensiunan mulai dari guru sampai pegawai lainnya sehingga beliau harus berjibaku dengan panas dan pengapnya ruang antrian. Seolah apa yang telah diperbuatnya tidak lagi bernilai, seharusnya mereka yang telah berjasa pada bangsa dan negara mendapatkan perlakuan yang istimewa.   

Akan tetapi anda hidup di negeri 1001 macam persoalan, 1001 macam perlakuan, dan 1001 macam mimpi yang sudah dibeli oleh demokrasi. Beliau salah satu orang yang berjasa yang kini mendapatkan ketidakadilan negeri ini.

Pada saat selagi menunggu, tiba-tiba ada seorang pegawai mengajak beliau ke ruang kerjanya. Ruangan yang ber-AC, sudut ruangan terdapat kursi sofa. Di dekat jendela terdapat meja kerja yang sangat indah, selama beliau menjadi guru belum pernah sekalipun merasakan suasana ruangan seperti ini. Terlintas di benak beliau, seandainya para guru diperlakukan seperti ini, beliau yakin dunia pendidikan tidak akan menjadi tempat kumpulan orang-orang stres. Dimana guru harus memikiran materi pelajaran, masalah siswa, kenaikan pangkat, model, metode, penilaian, dan lain sebagainya.

“Apakah bapak mau terima pensiunnya?” kata pegawai yang mengajak beliau ke ruang kerjanya.
“Iya, tetapi sementara menunggu antrian” jawab beliau.
“Lain kali langsung ke ruangan saya ini, mari pak kertasnya biar bawahan saya yang uruskan” kata pegawai tersebut meminta secarik kertas yang dipakai untuk menerima uang pensiunnya.

Kemudian pegawai yang tidak lain adalah kepala kantor itu menyuruh bawahannya mengurus pensiunnya beliau. Lalu kembali duduk disamping beliau.

“Pak, saya yakin bapak mungkin sudah lupa dengan saya, dari sekian ribu orang siswa bapak, salah satunya kini telah menjadi kepala kantor dan orang itu adalah saya pak!. Saya sangat bersyukur karena didikan bapak sehingga saya bisa menjadi seperti sekarang, karena kedisiplinan bapak terhadap kami sehingga saya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja di kantor ini, karena pesan-pesan moral bapak sehingga saya bisa memberi motivasi kepada para bawahan saya. Saya tidak akan memaksa bapak untuk mengingat saya, ini namaku (rahasia), dan sambil menunggu uang pensiun bapak diterimakan oleh bawahan saya tadi, saya berharap supaya bapak kembali memberikan nasehat kepada saya, oh iya pak, jikalau bapak bersedia, saya mengharapkan kehadiran bapak, ada acara syukuran dirumah, alamatku ini pak . . . . . .” kata pegawai itu.

Begitulah sepenggal cerita beliau, sampai kini karena kepala kantor masih mantan didikan beliau sehingga beliau selalu menerima pensiunnya di ruang kerja kepala kantor. Apa yang engkau tanam maka engkau pula yang akan menikmatinya. Jadilah guru semata-mata karena Allah kelak engkau pula yang akan merasakan manfaatnya.

Artikel keren lainnya:

Wahai guru honorer, engkau kurang pencitraan

Keberadaan guru honorer di sekolah-sekolah tidak dapat dipandang sebelah mata, banyak sekolah justru bergantung kepada guru honorer. Bila dibandingkan dengan guru PNS, kualitas guru honorer sebagian besar justru melampaui kualitas guru PNS. Guru honorer banyak menguasai kegiatan eskul disekolah, namun kenyataannya justru mereka diperlakukan tidak adil baik pihak sekolah maupun pemerintah.

Kalau pemerintah hanya mengandalkan guru-guru PNS, pendidikan di Indonesia sulit untuk berkembang. Rata-rata guru PNS telah memasuki usia di atas 50-an, kebanyakan dari mereka mulai mengalami penurunan kinerjanya. Pengalaman tidak bisa dijadikan dasar untuk menggerakkan pendidikan tanpa dibarengi dengan kerja keras. Disinilah keberadaan guru honorer yang rata-rata masih berusia muda diperlukan terutama dalam melakukan pembinaan. Usia muda juga menjadi jaminan perubahan yang sulit dilakukan oleh guru-guru PNS usia lanjut.

Keseriusan guru honorer mengajar dan membina berbagai kegiatan di sekolah sebagai bukti bahwa mereka bekerja dengan hati nurani, rasa tanggung jawab, dan optimisme yang tinggi guna menciptakan karya-karya terbaik di dunia pendidikan. Bayangkanlah, honor tidak berbanding dengan volume kerja. Mereka lebih banyak menyumbang tenaga dan pikirannya, sementara penghargaan terhadap mereka sangat kurang. Belum lagi sikap diskriminasi sebagian guru yang memandang guru honorer tidak memiliki kemampuan mengajar dan membina seperti mereka.

Kondisi yang terjadi sebenarnya adalah kita lupa dan tidak mengakui kekurangan kita, ada banyak guru honorer yang memiliki prestasi luarbiasa baik sebagai pengajar dan pembina di berbagai kegiatan sekolah. Sebagian besar guru honorer lebih disiplin dan bertanggung jawab pada tugasnya ketimbang guru-guru PNS, kualitasnya juga setara bahkan banyak yang memiliki keahlian yang tidak dimiliki guru-guru PNS, Uji Kompetensi Guru (UKG) sebagai buktinya, hampir semua guru honorer menguasai IT, sedangkan guru PNS kebanyakan buta dengan IT terutama guru yang sudah berusia lanjut. 

Namun itu selalu terkubur oleh ketidakmampuan guru honorer mencitrakan dirinya, mereka selalu memandang dirinya rendah dibandingkan dengan guru-guru PNS. Sehingga jangankan berjuang memastikan statusnya kepada pemerintah tentang pengangkatannya menjadi PNS, untuk merubah besaran honor yang diterimanya sulit diwujudkan padahal hanya pada level kebijakan sekolah. Guru honorer harus mulai bersatu, jangan memperbanyak faksi-faksi karena mudah disusupi oleh kepentingan dari luar, kepentingan yang membuat citra guru honorer menjadi buruk dan lemah.

Kepada guru honorer, buatlah satu portal tentang keberhasilan kerja guru honorer. Tunjukkan kepada publik bahwa itulah hasil kerja guru honorer karena selama ini anda yang bekerja namun nama baiknya dinikmati guru-guru PNS yang hanya memanfaatkan keberadaan dan keberhasilan guru honorer. Kemudian jangan pernah mengendurkan perjuangan menuntut pemerintah untuk melakukan perbaikan nasib ribuan guru honorer di seluruh Indonesia karena kalau bukan anda yang berjuang, pemerintah kini tutup mata, sekolah hanya fokus pada pencitraan sebab kepsek saat ini ditentukan melalui “kedekatan” dengan penguasa bukan “karir/kompetensi”.

Artikel keren lainnya:

Buatlah pembelajaran menjadi berkesan, kunci utama keberhasilan pendidikan dekade 60-70an

Cobalah anda bertanya pada orang-orang yang menempuh pendidikan pada dekade dari 60-70-an, mulai dari materi pelajaran, guru sampai dengan lingkungan sekitarnya. Mereka akan menjelaskan dengan rinci dan terstruktur berdasarkan riwayat kejadiannya. Nama, tempat, hari dan tahun bahkan jamnya akan disebut tanpa terlewatkan.

Cobalah pula anda bertanya pada siswa sekarang, semuanya akan dijawab dengan “lupa” atau “tidak tahu”. Kemampuan siswa sekarang dengan jaman dulu sangat bertolak belakang, padahal mulai dari makanan, pakaian, sampai dengan fasilitas jauh melebihi siswa pada jaman dulu. Secara logika seharusnya pendidikan sekarang sudah lebih maju. 

Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Kurikulum sudah lengkap, fasilitas semua ada, buku referensi tersedia, internet menyuguhkan berbagai informasi dan lain sebagainya. Apakah karena semuanya sudah tersedia sehingga membuat siswa sekarang tidak tertantang untuk meningkatkan kompetensinya?

Saya mencoba menggali (hanya cerita-cerita dengan guru yang sudah pensiun) bagaimana pembelajaran pada dekade 60-70an, bagaimana guru, bagaimana lingkungan, bagaimana dengan buku, bagaimana dengan kurikulumnya sampai dengan bagaimana dengan kebijakan pemerintah pada saat itu. Kemudian semua instrument tersebut saya bandingkan dengan masa pendidikan saat ini. 

Berdasarkan perbandingan itu, pendidikan sekarang sebenarnya lebih unggul dibanding pendidikan jaman dulu. Yang berbeda adalah “kesan” kalau istilah sekarang adalah “pencitraan”. Pembelajaran dulu lebih berkesan dibandingkan dengan pembelajaran sekarang. Pendidikan yang berkesan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, mampu meningkatkan daya ingat siswa karena sesuatu yang berkesan biasanya tidak mudah dilupakan. Dan pembelajaran berkesan inilah yang sebenarnya kunci utama keberhasilan pendidikan pada dekade 60-70an.

Pembelajaran dekade 60-70-an sangat memperhatikan beberapa hal seperti kedisiplinan, penampilan guru, tulisan guru, gaya bicara, hubungan guru dan siswa, hubungan guru dan masyarakat sekitarnya. Pada prinsipnya guru adalah seorang patut di gugu dan ditiru.

Bandingkan dengan sekarang, gaya bicara guru tidak menggambarkan seorang pendidik, tulisan guru tidak menarik, penampilan membosankan bahkan ada yang cenderung berlebihan, hubungan guru dan siswa seperti teman kost, hubungan dengan masyarakat sekitar seperti hidup ditengah hutan sendirian bahkan memperlihatkan kesombongan dan keangkuhan. Ada sebagian guru memaksakan dirinya untuk tampak berwibawa padahal sebenarnya wibawa akan datang dengan sendirinya tanpa dipaksakan. Artinya tidak ada kesan yang patut diingat, tidak ada sesuatu yang menarik minat siswa untuk belajar walaupun sudah menggunakan pembelajaran yang mengintegrasikan PAIKEM.

Pembelajaran berkesan inilah yang hilang dari dunia pendidikan saat ini, semua unsur hanya mengejar unsur akademik tanpa berusaha untuk melakukan pencitraan dan advokasi kepada siswa, orang tua dan lingkungannya. Pendidik hanya memenuhi tanggung jawabnya tanpa berusaha untuk membangun citra yang berkesan kepada peserta didiknya. Yang berbahaya sebenarnya adalah pendidik menerapkan metode dan model pembelajaran yang tidak dikuasainya. Sehingga  pembelajaran mengarah pada situasi kaku, menegangkan dan tidak kreatif. Dampaknya sangat serius, siswa cenderung memberontak karena tidak mendapatkan kepuasan di sekolah, tidak menemukan daya tarik disekolah, tidak menemukan jawaban atas pertanyaan yang menghalanginya untuk maju dan selalu bersikap acuh terhadap pendidikannya akibat tidak adanya kesan dari lingkungan sekolah

Untuk membangun dunia pendidikan, ditengah sarana dan prasarana pendidikan sudah menunjang seperti sekarang akan mudah dilakukan apabila semua unsur pendidikan termasuk guru menciptakan kesan kepada siswa, melakukan pencitraan dan advokasi sebelum membawa siswa menguasai kompetensi akademik yang harus dikuasainya.

Artikel keren lainnya:

Buatlah spanduk ucapan selamat kepada siswa berprestasi

Bagi siswa, piala hanyalah benda yang tidak dapat dimiliki. Piala yang diperoleh biasanya akan menjadi milik sekolah, piala pada umumnya disimpan di lemari sekolah sehingga kebersamaan siswa berprestasi dengan piala hasil juara yang diraihnya hanya sebentar saja. Kalau ada piagam penghargaan maka itulah milik siswa, selembar kertas piagam tidak membuat mereka bangga karena setahu mereka hanya piala yang paling berharga, sedangkan kertas piagam tidak dapat dipajang.

Situasi ini dengan terpaksa harus diterima oleh siswa, mau atau tidak, sekolah sudah memiliki aturan bahwa piala hasil lomba harus disimpan di sekolah sebagai pajangan bukti bahwa sekolah tersebut berprestasi. Piala-piala hasil lomba pada umumnya mengendap dilemari kaca yang disimpan ruang tertentu, ruang tidak mudah diakses oleh siswa. 

Karena ini sudah terjadi secara turun temurun, berlaku pada semua sekolah baik TK, SD, SMP dan SMA maka tidak ada yang menuntut, tidak menuntutnya siswa bukan berarti mereka tidak menginginkan. Bagaimana bentuk penghargaan sekolah kepada siswa peraih juara? Biasa ada hadiah berupa uang, hadiah itu kadangkala diserahkan pada saat upacara bendera. Apakah ini sudah merupakan bentuk rasa terima kasih sekolah? Bagi siswa belumlah lengkap karena selepas upacara hanya tinggal kenangan.

Ucapan terima kasih dapat dilakukan dalam berbagai cara, salah satunya adalah melalui spanduk. Spanduk cukup efektif, bisa dipajang berhari-hari sampai pudar, bisa menampilkan foto siswa peraih juara, dan terdapat kalimat yang sangat memotivasi siswa untuk kembali berbuat yang terbaik. Kebanyakan siswa ingin diperlakukan demikian, dipajang fotonya, dan mendapat ucapan terima kasih dari sekolah, dibaca oleh semua orang bahwa dia termasuk salah satu berprestasi.

Mereka sebenarnya sangat tertarik dengan spanduk yang ada dipinggir jalan, yang menampilkan orang-orang yang siap menjadi pemimpin. Mereka membayangkan jika suatu saat dia tampil dispanduk itu sambil memegang piala, tertulis besar-besar “Juara 1 Olimpiade Matematika”, disusul namanya. Mereka bukan berstatus calon juara tetapi sudah terbukti sebagai juara. Adakah sekolah melakukan cara ini, memberi penghargaan yang sebesar-besarnya pada siswa yang berprestasi? Yang tidak hanya menantikan kehadiran piala untuk menghiasi lemari kacanya?

Artikel keren lainnya:

Kegiatan eksrakurikuler adalah hak siswa

Minat dan bakat siswa harus digali sejak usia dini. Sekolah memiliki kewajiban untuk mendorong siswa mengekspresikan minat dan bakatnya, dengan demikian sekolah wajib menyediakan wadah yang tepat misalnya kegiatan eskul. Kagiatan eskul sangat bermanfaat dan bernilai positif mengingat eskul berkembang bersama siswa. 

Kegiatan eskul tidak terlepas dari keterlibatan guru, guru dalam hal ini berkewajiban memberikan pedoman, bimbingan dan tuntunan kepada siswa sehingga jiwa enterpreneur siswa dapat tersalurkan dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Inilah yang harus dipahami oleh guru, bahwa guru bukan hanya sebatas mengajar namun memiliki misi sebagai fasilitator bagi siswa menemukan jati dirinya sebagai generasi penerus bangsa yang bertanggung jawab.

Kurangnya sekolah memberi ruang pada kegiatan eskul, memberi dampak negatif bagi perkembangan siswa. Sebagai bukti bahwa sekolah yang berada di perkotaan jauh berkembang dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang berada didaerah pedesaan. Baik prestasi akademik maupun prestasi non akademik sangat mencolok perbedaannya. Hal ini karena keterbatasan wadah sebagai tempat menyalurkan bakat dan minat yang dimiliki oleh sekolah-sekolah di pedesaan.

Siswa berprestasi lebih tertarik dengan kegiatan eskul

Ada sekolah yang hanya memprioritaskan bidang akademik dalam program kerjanya, sekolah demikian selalu berkerja keras memenuhi harapannya. Mereka biasanya menemui hambatan seperti input siswa yang kurang berkualitas. Akibatnya, mereka selalu kalah bersaing dengan sekolah lain yang membuka ruang selebar-lebarnya bagi kegiatan eskul.

Dari hasil pengalaman saya selama ini, siswa berprestasi cenderung memilih sekolah yang sangat menonjol prestasinya di bidang non akademik. Hal ini terjadi karena terdapat keterkaitan antara prestasi akademik dan minat bakat siswa. Siswa berprestasi sangat tertarik dan menyukai kegiatan eskul seperti pramuka, pmr dan seni. Kegiatan-kegiatan eskul ini menjadi primadona bagi siswa yang berprestasi tentunya tidak lain adalah untuk menyalurkan bakat dan minatnya.

Sehingga biasanya sekolah yang berprestasi dibidang non akademik selalu diikuti dengan prestasi akademik, sebaliknya sekolah yang tidak berprestasi dibidang non akademik juga tidak akan berprestasi dibidang akademik. Pada dasarnya adalah siswa berprestasi lebih memilih sekolah yang menyediakan wadah lebih luas kepada pengembangan bakat dan minat melalui kegiatan eskul.

Olehnya itu, bagi sekolah yang ingin mendapatkan peserta didik berprestasi, sebaiknya benahi dan prioritaskan wadah-wadah tempat berekspresi dan berkreasi, tingkatkan program kegiatan eskul karena daya tarik sebenarnya bagi siswa berprestasi adalah kegiatan eskul itu sendiri bukan prestasi akademiknya.

Itulah sehingga kurikulum 2013 lebih menitikberatkan pengembangan diri, guru hanya sebagai fasilitator, siswa menjadi fokus dalam proses pendidikan. Sekolah diwajibkan mengadakan kegiatan kegiatan eskul terutama pramuka, pemerintah banyak membuat iven-iven yang berkaitan dengan bakat dan minat misalnya FLS2N. Semua ini ditujukan untuk mendorong sekolah menyediakan wadah bagi siswa menyalurkan bakat dan minatnya. Dengan demikian, siswa semakin tertarik dan kompetitif menyelesaikan pendidikannya dengan baik sebagaimana amanah pendidikan nasional.

Karena atas dasar itu pulalah maka, pengelolaan dana BOS mengikat sekolah. Guru tidak diperkenankan menerima honor lebih dari 15% dari total anggaran selama satu tahun. Semua pengelolaan dana BOS dipaksa hanya untuk kepentingan siswa. Maka agar guru memperoleh bagian dari dana BOS, satu-satunya jalan adalah dengan memperbanyak kegiatan eskul, melalui kegiatan eskul guru bisa menambah kesejahteraannya. Tentunya dengan harapan kegiatan eskul semakin variatif, kreatif dan ekspresif. Yang pada gilirannya siswa dapat memperoleh haknya secara holistik atau menyeluruh.

Artikel keren lainnya: