Beranda · Artikel · Motivasi · Merdeka Belajar · Bahan Ajar · PTK · Pembelajaran

3 Elemen kunci yang harus dimiliki sebelum memutuskan untuk menjadi guru

Dunia pendidikan penuh tantangan dan masalah baik secara internal maupun eksternal. Secara internal dapat berupa kenakalan siswa, pengelolaan kelas, dokumen mengajar dan sebagainya, sedangkan secara eksternal dapat berupa peran orang tua siswa, kebijakan dan lain sebagainya.

Dibutuhkan kematangan seorang guru dalam menyikapinya, olehnya itu sebelum menjadi guru maka pastikan terlebih dahulu untuk memiliki tiga elemen kunci berikut:

1. Kepemimpian yang kuat dan visioner
Seorang guru wajib memiliki jiwa pemimpin karena dalam pelaksanaan pembelajaran, guru ibarat seorang pemimpin bagi siswanya. Mengelola sejumlah siswa dengan beragam latar dan karakter membutuhkan keteguhan yang kuat dan selalu memperbaiki visi agar setiap perubahan yang terjadi dapat dijadikan sebagai potensi dan kapasitas demi perbaikan pembelajaran.

2. Bekerjasama dalam tim
Disekolah terdapat beberapa rumpun mata pelajaran, masing-masing rumpun mata pelajaran terdiri dari beberapa orang guru, olehnya itu setiap guru mata pelajaran diharapkan dapat menyatukan visi dan misi sehingga pembelajaran dapat berjalan bersama khususnya guru yang memiliki mata pelajaran serumpun. Biasanya kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), dalam MGMP dibahas berbagai persoalan yang timbul, materi pelajaran, dan perencanaan administrasi lain yang mendukung proses pembelajaran. 

3. Kompetensi dan Keahlian
Dalam Undang-undang sisdiknas dan undang-undang guru dan dosen secara nyata dijelaskan bahwa guru harus memiliki empat kompetensi yakni pedagogik, akademik, sosial dan profesional. Kompetensi ini selain harus dimiliki juga harus selalu diperbaharui agar memudahkan dalam menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran. Untuk melengkapi kompetensi dimaksud, seorang guru harus ahli dalam bidangnya. Keahlian ini ditujukan untuk membangun kepercayaan siswa terhadap gurunya, penilaian dan kepercayaan siswa dapat membantu upaya peningkatan motivasi belajar siswa yang nantinya akan bermuara pada prestasi belajar siswa dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa baik secara kuantitas maupun kualitas.

Artikel keren lainnya:

Pentingnya keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan siswa sehari-hari

Peningkatan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai upaya diberlakukan termasuk penyempurnaan kurikulum yang terdiri atas empat domain yakni standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian.

Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Olehnya itu, tiap warga belajar harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Perubahan yang diinginkan oleh segenap bangsa adalah perubahan yang positif dalam upaya mencapai mutu pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu sumberdaya manusia sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kualitas pendidikan.

Salah satu faktor utama keberhasilan pendidikan adalah materi pelajaran. Materi pelajaran merupakan inti dari pembelajaran. Berdasarkan standar isi, materi pelajaran telah dipetakkan menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus di tuntaskan oleh siswa. Didalamnya terdapat target pencapaian, target ini dibutuhkan peran maksimal dari guru untuk melakukan transfer ilmu pengetahuan sesuai dengan standar kompetensi lulusan.

Mengingat betapa beratnya tugas guru, maka guru harus memiliki kompetensi yang mumpuni sebagai dampak dari beragamnya masalah dalam dunia pendidikan termasuk kemampuan siswa menerima materi pelajaran. Daya serap siswa yang berbeda-beda membutuhkan model dan metode yang tepat, menarik dan variatif sehingga dapat merangsang respon siswa untuk belajar dan mengembangkan kompetensinya.

Materi pelajaran sebaiknya dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan pemahaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting agar proses refleksi siswa berjalan bersamaan dengan materi yang diberikan. Tentunya, proses refleksi dapat membantu dan memudahkan siswa melakukan proses mengingat, mengamati dan, menganalisis.

Akan berbeda halnya dengan pemberian materi yang jauh dari kehidupan nyata siswa, keadaan dimana siswa belum pernah mengalaminya. Motivasi untuk memecahkan informasi yang diterima terhalang oleh ketidakmampuan memahami dan mengolah informasi tersebut. Hal ini akan berdampak pada minimnya perolehan hasil belajar siswa akibat kurangnya pengetahuan yang dikuasai terhadap obyek materi yang diberikan.

Pendidikan saat ini, sebagian besar pembelajaran menggunakan metode ceramah yang bersifat dominatif dimana segala sesuatunya ditentukan sepenuhnya oleh guru, dan peserta didik tinggal menyesuaikan dengan ketentuan guru. Sehingga pola pembelajaran semacam ini akan menyebabkan siswa pasif dan kehilangan otonominya untuk berfikir atas inisiatifnya sendiri. Untuk itu perlu pembenahan, metode pembelajaran yang dilakukan harus ditinjau kembali. Sebagaimana apa yang dijelaskan oleh Zamroni (2000 : 26) guru harus melakukan tiga hal yaitu (1) Menggerakkan, membangkitkan dan menggabungkan semua kemampuan yang dimiliki siswa. (2) Menjadikan apa yang ditransfer menjadi suatu yang menantang diri siswa. (3) Mengkaji secara mendalam materi yang ditransfer sehingga menimbulkan keterkaitan dengan pengetahuan yang lain. 

Atas dasar itulah, sehingga paradigma pembelajaran kurikulum 2013 mengalami perubahan. “dari diberi tahu menjadi mencari tahu”, guru bukan lagi sumber belajar satu-satunya melainkan salah satu sumber belajar. Diharapkan siswa lebih aktif melakukan proses penemuan, pemecahan masalah, analisis sampai penarikan kesimpulan.

Metode pembelajaran lebih ditekankan pada metode discovery learning, inquiry based learning, problem basic learning dan project basic learning. Metode ini dinilai mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa, karena pemberian pembelajaran dilakukan dengan pendekatan pemanfaatan potensi dan kapasitas siswa dan lingkungan sekitar.

Dengan demikian, materi pelajaran selalu memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, proses pembelajaran berjalan sesuai dengan kemampuan siswa. Langkah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, proses memaksimalkan hasil belajar siswa, capaian keberhasilan pembelajaran dan upaya peningkatan prestasi belajar siswa serta proses peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilaksanakan dengan mudah sehingga akan sejalan dengan proses pencapaian standar kompetensi lulusan yang telah dirumuskan melalui kurikulum 2013.

Artikel keren lainnya:

Langkah-langkah kerja pelaksanaan audit proses pembelajaran yang sesuai dengan implementasi kurikulum 2013

Untuk memastikan ketersediaan dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam mendukung keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Saintifik sesuai implementasi  kurikulum 2013, maka dibutuhkan audit internal. Audit ini bisa dilaksanakan oleh kelompok mata pelajaran atau langsung oleh kepala sekolah.
Adapun langkah-langkah kerjanya dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penutup. Apa yang harus dikerjakan pada setiap tahap tersebut? Berikut langkah-langkah kerjanya.

1. Perencanaan
  • Menyiapkan Form Audit Internal, Alat Bantu Audit, panduan wawancara (bila diperlukan)
  • Memastikan cara menggunakan/mengisi tiap dokumen atau Form audit internal

2. Pelaksanaan
  • Dapatkan Regulasi pendukung  tentang  Standar Proses
  • Dapatkan Dokumen prosedur tentang penyusunan RPP
  • Dapatkan dokumen RPP
  • Lakukan wawancara dengan guru mata pelajaran terkait dokumen RPP yang telah dimiliki/disusun
  • Lakukan verifikasi terkait dengan kesesuaian langkah-langkah pembelajaran apakah sudah memuat/ mengintegrasikan pendekatan saintifik (5M)
  • Buat catatan tentang hal-hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang perlu ditindak lanjuti (dalam bentuk form)
  • Komunikasikan hasil  verifikasi dengan guru mata pelajaran baik kekuatan maupun hal-hal yang perlu ditindaklanjuti dari RPP yang telah disusun
  • Lakukan Kesepakatan waktu penyelesaian rencana tindak dengan Guru mata pelajaran

3. Penutup
  • Komunikasikan kepada Kepala Sekolah tentang rencana tindak lanjut dan waktu penyelesaian
  • Meminta tandatangan Kepala Sekolah pada Form Tindak lanjut atau rekomendasi


Artikel keren lainnya:

Tujuan penilaian hasil belajar siswa bagi guru dalam proses belajar mengajar

Hasil belajar berbeda dengan prestasi belajar. Hasil belajar mencakup perubahan yang dialami oleh siswa dalam hal sikap dan perbuatan atau terbentuknya karakter yang diharapkan. Sedangkan prestasi belajar mencakup kemampuan pengetahuan yang dikuasai oleh siswa terhadap materi yang diberikan.

Baik hasil belajar maupun prestasi belajar siswa perlu dilakukan tindakan penilaian. Khusus hasil belajar siswa, tujuan tindakan penilaian dilakukan menurut Zainal Arifin (2012) bahwa :
  1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan. 
  2. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap program pembelajaran. 
  3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. 
  4. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat dijadikan dasar bagi guru untuk memberikan pembinaan dan pengembangan lebih lanjut, sedangkan kelemahannya dapat dijadikan acuan untuk memberikan bantuan atau bimbingan. 
  5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis pendidikan tertentu. 
  6. Untuk menentukan kenaikan kelas. 
  7. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya


Selain itu, dalam melakukan tindakan penilaian hasil belajar perlu memperhatikan hal-hal berikut:

  1. Penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi yang akan dinilai, alat penilaian dan interpretasi hasil penilaian. 
  2. Penilaian harus menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran. 
  3. Untuk memperoleh hasil yang objektif, penilaian harus menggunakan berbagai alat (instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non-tes. 
  4. Pemilihan alat penilaian harus sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan. 
  5. Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreatifitas peserta didik, seperti : tes tertulis esai, tes kinerja, hasil karya peserta didik, proyek, dan portofolio. 
  6. Objek penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. 
  7. Penilaian harus mengacu kepada prinsip diferensiasi, yaitu memberikan peluang kepada peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui, apa yang dipahami dan apa yang dapat dilakukan. 
  8. Penilaian tidak bersifat diskriminatif. Artinya, guru harus bersikap adil dan jujur kepada semua peserta didik, serta bertanggung jawab kepada semua pihak. 
  9. Penilaian harus diikuti dengan tindak lanjut. 
  10. Penilaian harus berorientasi kepada kecakapan hidup dan bersifat mendidik.

Artikel keren lainnya:

Kriteria penilaian proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran atau tingkat ketuntasan pembelajaran perlu dilakukan tindakan penilaian. Mengukur penilaian proses dan hasil belajar siswa menggunakan alat penilaian. Alat penilaian dapat menggunakan tes maupun non tes. Guna memperoleh hasil yang akurat dan valid maka perlu memperhatikan beberapa kritaria diantaranya kesesuaian dengan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator; kesesuaiannya dengan tujuan dan fungsi penilaian, unsur-unsur penting dalam penilaian, aspek-aspek yang dinilai, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, jenis dan alat penilaian.

1. Kesesuaian dengan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator
Kompetensi dasar merupakan hal yang harus dicapai oleh siswa, diharapkan hasil belajar siswa akan terjadi perubahan karakter dan mental siswa sesuai dengan kompetensi dasar. Untuk itu dalam merumuskan indikator perlu dibuat semata-mata guna mencapai kompetensi dasar.

2. Kesesuaian dengan tujuan dan fungsi penilaian
Dalam melaksanakan penilaian, terlebih dahulu menentukan tujuan dilaksanakannya penilaian. Tujuan itu akan mengarahkan proses pelaksanaannya agar lebih fokus pada aspek yang akan dinilai. 

3. Kesesuaian dengan unsur penilaian
Sebelum melaksanakan penilaian, unsur-unsur yang menunjang proses penilaian harus diperhatikan agar menghasilkan data dan informasi yang akurat, valid dan obyektif. 

4. Kesesuaian dengan aspek-aspek yang dinilai
Data seperti apa yang ingin anda peroleh? Aspek-aspek penilaian akan menjawab kebutuhan tujuan dilaksanakannya penilaian. Olehnya itu, aspek yang akan dinilai harus dipertegas sehingga dapat diperoleh data yang diharapkan.

5. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didik merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan pembelajaran karena berkaitan erat dengan kompetensi yang dimiliki. Olehnya itu dalam menyusun alat atau instrumen penilaian baik tes maupun non-tes, tingkat perkembangan peserta didik menjadi salah satu yang harus dipertimbangkan.

6. Kesesuaian dengan jenis dan alat penilaian
Mengukur proses dan hasil belajar siswa tergantung alat dan jenis penilaian yang digunakan baik tes maupun non-tes. 

Artikel keren lainnya:

Evaluasi, Penilaian, Pengukuran dan Tes. Apakah mengandung arti yang berbeda?

Bagi guru, selalu dihadapkan dengan keempat istilah di atas, Evaluasi, Penilaian, Pengukuran dan Test atau Non Test. Keempat istilah ini selalu berkaitan dengan pembelajaran, akan tetapi apakah keempat istilah ini mengandung arti yang sama? Sebagian orang justru menganggap ini adalah sama, tetapi jika diteliti lebih jauh maka ternyata keempatnya memiliki arti yang berbeda.

Apa itu Evaluasi?
Guba dan Lincoln (1985 : 35), mendefinisikan evaluasi sebagai “a process for describing an evaluand and judging its merit and worth”. (suatu proses untuk menggambarkan evaluan (orang yang dievaluasi) dan menimbang makna dan nilainya). Sax (1980 : 18) juga berpendapat “evaluation is a process through which a value judgement or decision is made from a variety of observations and from the background and training of the evaluator”. (evaluasi adalah suatu proses dimana pertimbangan atau keputusan suatu nilai dibuat dari berbagai pengamatan, latar belakang serta pelatihan dari evaluator). Dari dua rumusan tentang evaluasi ini, dapat kita peroleh gambaran bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu untuk membuat suatu keputusan.

Apa itu penilaian ? 
Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment, bukan dari istilah evaluation. Dalam proses pembelajaran, penilaian sering dilakukan guru untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai peserta didik. Artinya, penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi bersifat menyeluruh yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Sementara itu, Anthony J.Nitko (1996 : 4) menjelaskan “assessment is a broad term defined as a process for obtaining information that is used for making decisions about students, curricula and programs, and educational policy”. (penilaian adalah suatu proses untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk membuat keputusan tentang peserta didik, kurikulum, program, dan kebijakan pendidikan).

Apa itu pengukuran ? 
Ahmann dan Glock dalam S.Hamid Hasan (1988 : 9) menjelaskan ‘in the last analysis measurement is only a part, although a very substansial part of evaluation. It provides information upon which an evaluation can be based… Educational measurement is the process that attempt to obtain a quantified representation of the degree to which a trait is possessed by a pupil’. (dalam analisis terakhir, pengukuran hanya merupakan bagian, yaitu bagian yang sangat substansial dari evaluasi. Pengukuran menyediakan informasi, di mana evaluasi dapat didasarkan ... Pengukuran pendidikan adalah proses yang berusaha untuk mendapatkan representasi secara kuantitatif tentang sejauh mana suatu ciri yang dimiliki oleh peserta didik). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Wiersma dan Jurs (1985), bahwa “technically, measurement is the assignment of numerals to objects or events according to rules that give numeral quantitative meaning”. (secara teknis, pengukuran adalah pengalihan dari angka ke objek atau peristiwa sesuai dengan aturan yang memberikan makna angka secara kuantitatif).

Apa itu tes ? 
Istilah tes berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piring atau jambangan dari tanah liat. Istilah tes ini kemudian dipergunakan dalam lapangan psikologi dan selanjutnya hanya dibatasi sampai metode psikologi, yaitu suatu cara untuk menyelidiki seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan mulai dari pemberian suatu tugas kepada seseorang atau untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Sebagaimana dikemukakan Sax (1980 : 13) bahwa “a test may be defined as a task or series of task used to obtain systematic observations presumed to be representative of educational or psychological traits or attributes”. (tes dapat didefinisikan sebagai tugas atau serangkaian tugas yang digunakan untuk memperoleh pengamatan-pengamatan sistematis, yang dianggap mewakili ciri atau aribut pendidikan atau psikologis).

Jika pemahaman disederhanakan, dapatlah dikatakan bahwa evaluasi menyangkut keseluruhan sistem pembelajaran, penilaian hanya pada aspek tertentu, pengukuran merupakan tindakan untuk mendapatkan data berupa proses atau hasil belajar dalam bentuk kuantitatif, sedangkan tes merupakan alat untuk melakukan pengukuran.

Artinya, evaluasi mencakup penilaian, pengukuran dan tes. Penilaian mencakup pengukuran dan tes. Pengukuran mencakup tes. Sedangkan tes alat untuk melakukan pengukuran.

Bagaimana penggunaannya?
  1. Jika anda ingin menilai pembelajaran, maka tepatnya disebut evaluasi pembelajaran
  2. Jika anda ingin menilai proses pembelajaran atau hasil belajar, maka tepatnya disebut penilaian.
  3. Jika ingin mengetahui proses atau hasil belajar secara kuantitatif (angka/skor) maka tepatnya disebut dengan pengukuran.
  4. Jika ingin mengukur proses atau hasil belajar tersebut menggunakan istrumen atau alat maka alat atau instrumen disebut dengan alat ukur (tes)


Artikel keren lainnya:

Fungsi ulangan terhadap prestasi belajar siswa dan hasil belajar siswa

Ulangan pada umumnya digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, sehingga ulangan menggunakan alat ukur berupa tes karena hasil yang diharapkan berupa data yang bersifat kuantitatif. 

Itulah yang kita pahami selama ini, sehingga pelaksanaannya tidak dilakukan secara kontinyu atau secara periodik atau hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Ulangan pada umumnya dilaksanakan setelah selesai pemberian materi pelajaran, apakah per standar kompetensi (SK) atau per kompetensi dasar (KD). Padahal jika hanya untuk mengukur prestasi belajar siswa per SK dan KD dapat menggunakan sistem penilaian lain.

Pada prinsipnya, ulangan tidak ditujukan untuk mengukur prestasi belajar siswa, ulangan dilaksanakan untuk memantapkan penguasaan siswa terhadap materi.  Ulangan dapat dilaksanakan dalam bentuk review, latihan, pengembangan keterampilan dan konsep-konsep. Tes yang digunakan tidak dituntut harus memiliki kesulitan tinggi tetapi lebih pada bagaimana siswa mampu mengerjakan setiap tes yang diberikan dengan harapan motivasi siswa meningkat dan semakin memantapkan pengetahuan yang mereka miliki.


Ketika aspek pengetahuan menjadi mantap, artinya siswa menguasai setiap SK dan KD yang diajarkan maka akan berpengaruh pada hasil belajar siswa dalam bentuk perubahan sikap dan karakter siswa dalam kehidupan nyata.

Artikel keren lainnya:

SMS Group dari Telkomsel Fasilitas Terbaik Buat Informasi Sekolah kepada seluruh Warga Sekolah

Saya pernah menulis tentang SMS Gateway, tulisan saya pada saat itu mengulas keuntungan dan kerugian yang diperoleh sekolah menggunakan fasilitas SMS Gateway. Pada ulasan saya tersebut, biaya termasuk masalah yang dihadapi sekolah, sehingga hanya sekolah-sekolah tertentu yang mampu menggunakan SMS gateway.

Telkomsel sebagai salah satu operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, mencoba menawarkan salah satu paket programnya yang bisa dimanfaatkan oleh sekolah. Program yang dimaksud adalah SMS Group, biaya yang dikeluarkan juga cukup sedikit yakni Rp. 55/SMS, belum lagi bonus SMS yang bisa digunakan oleh semua anggota group. 

SMS yang dikirim dapat dibaca oleh semua anggota group, semua anggota group juga dapat mengirim SMS yang juga dapat dibaca oleh semua anggota group lainnya. Jumlah anggota group tidak terbatas. Kelebihan lainnya adalah dapat mensuport semua jenis dan merek HP, karena pesan yang muncul hanya bersifat SMS biasa.

Intinya, sekolah dapat memanfaatkan SMS Group untuk kepentingan advokasi, pesan motivasi, informasi sekolah, pengumuman, laporan penggunaan dana jika orang tua siswa juga didaftar dalam group, komunikasi guru dan siswa, dan lain sebagainya. 

Membuat group di SMS Group Telkomsel tidak membutuhkan biaya, anda cukup mengetik

*500*8118#  

Kemudian kirim, anda akan diminta memasukkan nama anda dan nama group anda. Selanjutnya tinggal mendaftarkan nomor HP siswa dan guru disekolah anda dengan cara: Andi 0852xxxxxxxx, Sulmi 0853xxxxxxxx dan seterusnya. Nomor yang didaftarkan akan mendapatkan SMS, tinggal dijawab Ya maka mereka akan tergabung dalam group.  Jika anda sebagai admin group maka sebaiknya anda mempunyai daftar nomor anggota group, hal ini diperlukan untuk menghapus nomor siswa yang sudah tamat atau sudah pindah dari sekolah anda sehingga anggota group benar-benar adalah siswa di sekolah anda.

Selamat mencoba

Artikel keren lainnya:

Tujuh langkah kepemimpinan pembelajaran lengkap dengan indikatornya

Tugas utama yang diemban oleh seorang kepala sekolah adalah memimpin jalannya proses belajar mengajar di sekolah menuju pencapaian hasil belajar yang maksimal. Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah bertanggung jawab atas prestasi atau hasil belajar siswa di sekolah yang dipimpinnya.

Dengan demikian, demi kelancaran tugas sebagai kepala sekolah, maka McEwan tahun 2002 menyusun konsep kepemimpinan dengan tujuh langkah kepemimpinan pembelajaran yang efektif. Ketujuh langkah dimaksud adalah:

1. Menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas
  • Melibatkan guru-guru dalam mengebangkan dan menerapkan tujuan dan sasaran pembelajaran sekolah.
  • Mengacu kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah/system pendidikan dalam mengembangkan program pembelajaran.
  • Memastikan aktivitas sekolah dan kelas konsisten dengan tujuan pembelajaran.
  • Mengevaluasi kemajuan pencapaian tujuan pembelajaran

2. Menjadi Nara sumber bagi staf
  • Bekerjasama dengan guru untuk untuk memperbaiki program pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan kebutuhan siswa
  • Membuat program pengembangan pembelajaran yang didasarkan atas hasil penelitian dan praktik yang baik
  • Menerapkan prosedur formatif yang baik dalam mengevaluasi program pembelajaran

3. Menciptakan Budaya dan iklim sekolah yang kondusif bagi pembelajaran
  • Menciptakan kelas-kelas inklusif yang memberi kesan bahwa di dalamnya semua siswa boleh belajar
  • Menyediakan waktu yang lebih panjang untuk belajar (dalam kelas tersebut) bagi siswa-siswa yang membutuhkannya
  • Mendorong agar guru berperilaku positif dalam kelas sehingga membuat iklim pembelajaran baik dan tertib dalam kelas
  • Menyampaikan pesan-pesan kepada siswa dengan berbagai cara bahwa mereka bisa sukses
  • Membuat kebijakan yang berkaitan dengan kemajuan belajar siswa pekerjaan rumah, penilaian, pemantauan kemajuan belajar, remediasi, laporan hasil belajar, kenaikan/tinggal)


Pertama, Menetapkan sasaran prestasi siswa yang akan dikomunikasikan secara langsung kepada siswa, guru dan orang tua.
Kedua, Menetapkan aturan yang jelas mengenai waktu penggunaan kelas untuk
pembelajaran dan monitor waktu efektif penggunaannya.
Ketiga, Menetapkan, laksanakan, dan evaluasi prosedur dan aturan untuk menangani dan menegakkan masalah-masalah disiplin bersama dengan guru
dan siswa (sebagaimana mestinya).

4. Mengkomunikasikan visi dan misi sekolah ke staf
  • Melakukan komunikasi dua arah secara sistimatis dengan staff tentang tujuan dan sasaran lembaga (sekolah)
  • Menetapkan, mendukung, dan melaksanakan aktivitas yang mengkomunikasikan kepada siswa tentang nilai dan arti belajar
  • Mengembangkan dan gunakan saluran-saluran komunikasi dengan orang tua untuk menyampaikan tujuan-tujuan sekolah yang telah ditetapkan

5. Mengkondisikan staf untuk mencapai cita-cita profesional tinggi.
  • Melibatkan diri Anda mengajar secara langsung di kelas
  • Membantu guru-guru dalam mengupayakan dan mencapai keinginan profesionalnya yang berkaitan dengan pembelajaran sekolah dan pantau apakah keinginannya itu terwujud
  • Melakukan observasi terhadap semua kelas secara teratur, baik secara informal atau formal
  • Melibatkan diri Anda dalam persiapan observasi kelas
  • Melibatkan diri Anda dalam rapat-rapat yang membahas hasil observasi terutama yang menyangkut perbaikan pembelajarani.
  • Melakukan evaluasi yang mendalam, bertanggungjawab, mengarahkan,dan memberi rekomendasi bagi pengembangan pribadi dan profesi sesuai dengan kebutuhan individu

6. Mengembangkan kemampuan profesional guru
  • Membuat jadwal, rencana, atau fasilitasi berbagai rapat (perencanaan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau pelatihan dalam jabatan) guru yang membicarakan isu-isu pembelajaran.
  • Memberi kesempatan guru untuk mengikuti pelatihan tentang kolaborasi, membuat keputusan bersama, coaching, mentoring, pengembangan kurikulum, dan presentasi
  • Memberi motivasi dan suberdaya pada guru untuk berpartisipasi dalam aktivitas pengembangan profesional

7. Bersikap positif terhadap siswa, staf, dan orang tua.
  • Melayani siswa dan berkomunikasilah dengan mereka mengenai berbagai aspek kehidupan sekolah mereka
  • Berkomunikasi dengan dengan semua staff dilakukan secara terbuka dengan menghormati perbedaan pendapat yang ada
  • Menunjukan perhatian terhadap masalah-masalah siswa, guru, dan staf dan libatkan diri dalam pemecahan masalah mereka seperlunya
  • Menunjukkan kemampuan hubungan interpersonal dengan semua pihak
  • Selalu menjaga moral yang baik
  • Selalu tanggap terhadap apa yang menjadi perhatian staf, siswa, dan orang tua
  • Mengakui/memuji keberhasilan/kemampuan orang lain


Artikel keren lainnya:

Cara menentukan skor nilai pada soal esay dengan benar berdasarkan tingkat kesulitannya.

Menentukan skor nilai pada soal pilihan ganda sangat mudah, namun bagaimana dengan soal esay? Tentunya membutuhkan analisis guru setiap soal. Soal esay terbagi atas tiga yakni soal dengan tingkat kesulitan rendah, soal dengan tingkat kesulitan menengah dan soal dengan tingkat kesulitan tinggi. Ketiga bentuk soal ini memiliki perbedaan untuk menentukan skor nilai, dasarnya adalah tingkat kesulitan soalnya.

Pemberian skor nilai pada soal esay dapat diselesaikan dengan menggunakan instrument penilaian soal. Instrumen itu memuat No, Nomor Soal, Kegiatan, dan Skor. Misalnya:
  1. Jelaskan perbedaan antara iklim dan cuaca
  2. Sebutkan 4 Alasan mengapa Belanda menjajah Indonesia

Skor nilai pada soal di atas dapat ditentukan dengan cara berikut (sebaiknya diselesaikan menggunakan tabel):
a. Soal nomor 1, deteksi kemungkinan jawaban siswa dengan pernyataan berikut:
  • Jika siswa menjawab benar pengertian iklim dan cuaca maka skornya adalah 3
  • Jika siswa menjawab benar pengertian iklim dan menjawab salah pengertian cuaca maka skornya adalah 2
  • Jika siswa menjawab salah pengertian iklim dan menjawab benar pengertian cuaca maka skornya adalah 2
  • Jika siswa menjawab salah, baik pengertian cuaca maupun iklim maka skornya adalah 1
  • Jika  siswa tidak menuliskan satu katapun maka skornya adalah 0

b. Soal nomor 2, deteksi kemungkinan jawaban siswa dengan pernyataan berikut:
  • Jika siswa menuliskan 4 alasan dengan benar maka skornya adalah 5
  • Jika siswa menuliskan 3 alasan dengan benar maka skornya adalah 4
  • Jika siswa menuliskan 2 alasan dengan benar maka skornya adalah 3
  • Jika siswa menuliskan 1 alasan dengan benar maka skornya adalah 2
  • Jika siswa menuliskan alasan tetapi salah maka skornya adalah 1
  • Jika siswa tidak menuliskan satu alasan pun maka skornya adalah 0

(Catatan, skor maksimal diberikan pada setiap nomor tergantung jumlah kemungkinan jawaban siswa.)

Kemudian tentukan berapa nilai yang dicapai oleh siswa berdasarkan contoh soal di atas, caranya:

Sebelum memeriksa lembar jawab siswa, terlebih dahulu hitung jumlah skor maksimal. Pada contoh di atas jumlah skor maksimal adalah 8, diperoleh dari skor maksimal pada soal nomor 1 yakni 3 dan skor maksimal pada nomor 2 yakni 5.

Misalnya:

Setelah memeriksa hasil ulangan siswa ditemukan si Andi memperoleh skor nilai pada soal nomor 1 adalah 2 karena hanya bisa menjawab benar pengertian cuaca sementara pengertian iklim salah, sementara pada soal nomor 2 memperoleh skor nilai sebesar 5 karena dapat menuliskan 4 alasan mengapa Belanda menjajah Indonesia dengan benar. Jadi jumlah skor yang diperoleh si Andi adalah 2 + 5 = 7. Kemudian konversi nilai yang diperoleh si Andi menggunakan rumus berikut:

    Nilai perolehan = (Skor yang dicapai : Skor maksimal) X 100

Nilai si Andi adalah:

   (7 : 8) x 100 = 87,5

Ket: 7 = jumlah nilai yang diperoleh si Andi, 8 = jumlah skor nilai maksimal dari nomor 1 sampai nomor 2.

Jadi nilai yang diperoleh si Andi adalah 87,5

Artikel keren lainnya: