Masih ingat dengan awal pelaksanaan kurikulum 2013? Salah satu permasalahan yang timbul adalah kurangnya motivasi siswa untuk mencari tahu terhadap materi yang diberikan. Hal ini sebagai dampak dari perubahan paradigma pembelajaran dimana guru bukan lagi sebagai fokus pembelajaran atau sebagai satu-satunya sumber belajar tetapi hanya sebagai salah satu sumber belajar.
Pada kurikulum 2013, siswa dituntut lebih aktif berperan dalam pembelajaran. Siswa harus mampu memanfaatkan semua sumber belajar misalnya internet, buku dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang pola pikir kritis siswa, merangsang kemampuan menganalisis, mengamati, mengasimilasi, termasuk membuat laporan atas hasil kerjanya bahkan mempresentasikan laporan tersebut.
Model pembelajaran ini ternyata tidak mudah dilaksanakan, sebagian besar siswa terkendala oleh beberapa hal misalnya sumber belajar, kepercayaan diri, kompetensi dan sebagainya. Kendala ini cukup merepotkan bagi guru, sebab waktu yang tersedia sangat terbatas, disisi lain kompetensi yang harus dikuasai siswa sangat padat dan kompleks tentunya diikuti dengan materi yang cukup padat pula. Artinya target pencapaian standar kompetensi lulusan tidak akan bisa dicapai apabila beberapa kendala di atas terus mewarnai jalannya pembelajaran.
Olehnya itu, kehadiran kegiatan ekstrakurikuler misalnya pramuka sangat membantu terutama pembentukan karakter dan mental serta keberanian dalam menunjukkan dirinya. Pola pembinaan yang diterapkan pada kegiatan ekstrakurikuler khususnya pramuka dengan memaksimalkan peran para senior dalam membimbing dan memberikan pembelajaran kepada juniornya merupakan bagian dari pola tutor sebaya.
Ischak (1987:34) mendefinisikan tutor sebaya adalah teman sekelas yang telah tuntas terhadap bahan, yang memberikan bantuan pada siswa yang menemui kesulitan dalam memahami bahan yang dipelajari, tutor sebaya ini diharapkan siswa tidak malu dan takut bertanya pada temannya sendiri tentang bahan ajar yang belum dipahami.
Sedangkan menurut Winataputra (1999:380) pengajaran dengan tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep.
Nurul Ramadhani Makarao (2009: 127) menjelaskan bahwa tutorial sebaya adalah metode pengajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk mengajarkan dan berbagi ilmu pengetahuan atau ketrampilan pada siswa yang lain. Sedangkan Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 184) menjelaskan bahwa tutorial sebaya adalah metode pembelajaran dimana beberapa siswa ditunjuk atau ditugaskan untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar agar temannya tersebut bisa memahami materi dengan baik.
Untuk menunjuk siswa yang dipercayakan menjadi tutor bagi rekannya atau siswa lain, harus memperhatikan beberapa pertimbangan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 25), yaitu:
- Dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan bertanya kepadanya.
- Dapat menerangkan bahan yang diperlukan oleh siswa yang akan dibimbing.
- Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.
- Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.
Mengapa harus metode tutorial sebaya? Neila Ramdhani (2012: 43) menjelaskan pembelajaran dengan metode tutorial sebaya memungkinkan seorang tutor memperoleh pemahaman materi yang lebih kuat, karena pada saat tutor menjelaskan materi yang belum dipahami oleh temannya, tutor juga menjelaskan pada dirinya sendiri (self explanatory). Selain itu harga diri (self esteem) dan efikasi diri (self eficacy) tutor juga akan meningkat karena merasa dirinya mampu membantu temannya yang kurang memahami materi pelajaran. Sedangkan menurut Abu Ahmadi & Widodo Supriyono (2004: 184) kebaikan dari metode tutorial sebaya yaitu memberi hubungan yang lebih dekat dan lebih akrab antar siswa, menambah motivasi belajar siswa, serta meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.
Tidak semua dapat menerapkan pembelajaran ini, namun memperhatikan kondisi yang ada di Indonesia, pembelajaran dengan metode tutor sebaya sangat cocok diterapkan dengan kondisi pendidikan kita, menurut Conny Semiawan (1985: 69), ada beberapa alasan mengapa metode ini sangat cocok untuk diterapkan dalam pendidikan di Indonesia, alasan tersebut antara lain:
- Pada umunya jumlah siswa pada suatu kelas terlalu besar. Ada yang mencapai 55 orang;
- Kebanyakan sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil, menghadapi kekurangan guru;
- Kekurangan alat pelajaran;
- Siswa perlu mendapat kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dan memperoleh umpan balik padahal waktu guru terbatas.
Akan tetapi, sebaik apapun metode pembelajaran, guru harus pula memperhatikan beberapa kelemahan dari diterapkannya metode pembelajaran. Khusus metode tutor sebaya, Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2006: 26-27) menjelaskan bahwa kelemahan dari metode pembelajaran ini antara lain:
- Siswa yang dibantu sering belajar kurang serius, karena hanya berhadapan dengan kawannya, sehingga hasilnya kurang memuaskan.
- Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya, karena takut rahasinya diketahui kawannya.
- Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan, karena perbedaan kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan.
- Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang tepat bagi seorang atau beberapa orang siswa yang harus dibimbing.
- Tidak semua siswa yang pandai atau cepat waktu belajarnya dapat mengerjakannya kembali kepada kawan-kawannya.
Mengingat kepribadian siswa masih dalam tahap pencarian jati diri yang selalu merasa tidak puas atas hasil kerjanya, siswa membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru selama mereka berusaha mencari tahu terhadap materi dan perubahannya atau sumber-sumber lain yang berkaitan dengan materi termasuk teori-teori yang mendasari materi tersebut, selain itu akan lahir pula upaya menemukan inovasi dan informasi terbaru sehingga berdampak pada proses pembimbingan dan pembelajaran kepada juniornya. Ini bisa terjadi apabila mulai terbangun kepercayaan diri siswa.
Kepercayaan diri siswa lahir melalui pembiasaan, akan sangat tepat jika proses pembelajaran diperkuat dengan pembinaan kepramukaan dimana peran para seniornya dimaksimalkan untuk bertindak sebagai tutor sebaya, dampaknya tentu saja akan meningkatkan kepercayaan diri siswa itu sendiri. Tingginya motivasi siswa untuk melakukan pencarian materi atau pengetahuan, diharapkan dapat mengatasi kendala yang dihadapi pada saat pengimplementasian kurikulum 2013 sebagai akibat dari pergeseran paradigma berpikir dan proses pembelajaran, dimana siswa sebagai fokus pembelajaran dapat terlaksana dengan baik karena telah melalui pembiasaan di kegiatan ekstrakurikuler pramuka.
Belum ada tanggapan untuk "Pengaruh tutor sebaya terhadap pembentukan dan peningkatan kepercayaan diri siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah"
Post a Comment