Beranda · Artikel · Motivasi · Merdeka Belajar · Bahan Ajar · PTK · Pembelajaran

5 Cara menulis di papan tulis yang harus diperhatikan oleh guru

Menulis catatan di papan tulis tidak dapat dilakukan dengan sembarangan, ada caranya juga. Salah dalam melakukannya akan berdampak pada situasi dan kondisi di kelas, dapat menurunkan fokus perhatian siswa mengikuti proses belajar mengajar. Bahkan dapat membuat siswa tidak menulis catatan yang diberikan oleh guru.

Adapun cara terbaik ketika menulis catatan kepada siswa di papan tulis adalah:
  1. Uraian catatan harus singkat, padat dan sistematis. Materi yang dicatatkan adalah pokok-pokok materi yang mesti dihafal oleh siswa, sedangkan deskripsi lainnya sudah menjadi tugas guru untuk menerangkannya dengan tujuan memahamkan siswa tentang materi yang diberikan tersebut.
  2. Dalam menulis di papan, posisi guru tidak boleh membelakangi siswa. Hal ini tujuannya agar selama menulis catatan di papan tulis, guru tidak kehilangan waktu memantau dan memperhatikan siswa. Ini merupakan salah satu bagian dari kemampuan mengelola kelas. Sedikit saja guru mengalihkan perhatiannya dari siswa, akan menimbulkan kegaduhan yang dapat mengganggu jalannya pembelajaran di kelas.
  3. Diupayakan untuk tidak banyak waktu pelajaran habis untuk menulis di papan tulis, harus ada keberimbangan antara menulis dan menerangkan. Saat guru menerangkan, siswa mendapatkan kesempatan untuk istrahat sejenak, siswa yang mengalami kelelahan akibat mencatat berdampak pada menurunnya fokus dan perhatian siswa mengikut pelajaran.
  4. Catatan khusus point-point yang paling penting, diupayakan menggunakan spidol warna lain atau dengan menambahkan garis bawah atau dengan menebalkan hurufnya. Hal ini agar memancing perhatian siswa untuk mengetahui lebih jauh tentang maksud dan makna dari tulisan yang diberi tanda atau yang berbeda dengan yang lainnya tersebut. Rasa penasaran dari siswa untuk mengetahui hal itu, dapat meningkatkan prestasi belajar dan motivasi belajar siswa.
  5. Tulisan harus jelas, besar dan mudah dibaca. Pemenggalan tulisan harus sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. 

Itulah beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru pada saat menulis di papan tulis.

Artikel keren lainnya:

Kasih buku, minta siswa mencatat sampai akhir pelajaran bukanlah metode mengajar yang baik

Sehubungan dengan judul di atas, fenoma menarik yang banyak terjadi di sekolah saat ini adalah meminta siswa mencatat dari awal pelajaran sampai dengan akhir pelajaran berdasarkan buku sumber yang diberikan oleh guru. Inilah cara guru yang salah, karena siswa pada prinsipnya butuh pemahaman dan pendalaman materi bukan menyalin sesuatu untuk dipelajari.

Jika ada guru yang selalu memberi catatan kepada siswa tanpa menjelaskan semua yang dicatat oleh siswa maka kompetensi guru dimaksud perlu dipertanyakan. Catatan memang sangat diperlukan oleh siswa, namun kalau hanya berupa catatan yang diberikan akan berdampak pada tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.

Catatan sangat penting bagi siswa, catatan merupakan rekaman yang berisi ilmu pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa. Catatan harus berupa poin-poin penting yang merupakan ringkasan semua materi yang diberikan. 

Berdasarkan catatan tersebut, ringkasan materi diuraikan dan dideskripsikan oleh guru, guru harus menjelaskan ringkasan tersebut sehingga menjadi luas. Hal ini dapat membuka wawasan siswa secara benar dan terukur, mengarahkan pola pikir siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Akan berbeda jika siswa sendiri yang menguraikannya, kemungkinan kesalahan arti dan makna sangat terbuka lebar sebagai dampak dari keterbatasan pengetahuan dan wawasan siswa termasuk sumber belajar yang dimiliki.
Oleh karena itu, guru harus menghindari metode pemberian catatan secara berlebihan atau catatan-catatan yang diberikan tidak pernah dijalaskan kepada siswa. Jangan sampai, kemalasan kita (guru) dalam menjelaskan dan menguraikan materi yang diberikan menghancurkan masa depan anak didik kita, mereka butuh bimbingan, mereka butuh pendidikan, mereka butuh konseling dari para guru, mereka butuh ilmu pengetahuan yang dipahami dan dimengerti, sehingga mereka sangat mengharapkan sesuatu yang lebih dari para guru bukan sesuatu yang malah membingungkan apalagi mengantarkan mereka pada pemahaman dan pengertian yang salah terkait ilmu pengetahuan yang mereka peroleh selama menempuh pendidikan disekolah. 

Artikel keren lainnya:

Cara terbaik dalam membahas soal-soal ujian nasional bersama siswa dan yang perlu dihindari oleh guru

Menghadapi ujian nasional, hampir semua sekolah melaksanakan program pengayaan. Program yang dilaksanakan untuk mengulang kembali materi yang diajarkan selama menempuh pendidikan di sekolah. Menghadapi ujian nasional, pengayaan yang diberikan pada umumnya membahas mengenai soal-soal yang pernah keluar di ujian nasional. Soal-soal yang dibahas umumnya mewakili SKL yang akan diujikan oleh siswa dalam ujian nasional.

Pada saat guru bersama siswa membahas contoh soal ujian nasional, guru harus menerangkan bagaimana soal-soal tersebut diselesaikan. Guru diharapkan mampu menguraikan soal tersebut agar siswa kembali mengingat bagaimana langkah-langkah menyelesaikan soal ujian yang dibahas.

Soal ujian nasional pada umumnya menggunakan soal “pilihan ganda”. Soal seperti ini, mengandung daya pengecoh yang sangat kompleks, siswa mesti berhati-hati menyelesaikan soal pilihan ganda, karena apapun hasil yang diperoleh siswa, jawabannya selalu tersedia dalam option pilihan ganda tersebut dan jawabannya belum tentu benar.

Dalam membahas soal pilihan ganda, yang harus dihindari oleh guru adalah hanya menyebut jawaban benarnya saja tanpa berusaha untuk menemukan mengapa option jawaban tersebut yang dipilih. Biasanya suasana  kelas akan gaduh, siswa hanya berteriak “A….B….C…D…”, artinya dalam hal ini siswa hanya menebak-nebak jawaban yang benar.

Bila ini terjadi, maka program pengayaan tersebut akan bernilai gagal, karena siswa tidak mendapatkan tambahan ilmu melainkan hanya huru hara di dalam kelas selama mengikuti pengayaan.

Jadi, pada intinya dalam memberikan pengayaan yang ditujukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menghadapi ujian nasional, baik guru maupun siswa harus bekerja sama, contoh soal yang dibahas harus diuraikan dengan jelas sehingga jawaban benarnya ditemukan. Hindari membahas contoh soal ujian nasional tersebut dengan hanya menyebut pilihan benar salahnya tanpa mengemukakan alasannya, bila contoh soalnya adalah membutuhkan perhitungan maka uraikan langkah-langkahnya sehingga hasilnya ditemukan.

Artikel keren lainnya:

Pengaruh minat belajar siswa terhadap proses belajar di sekolah yang harus diperhatikan oleh guru

Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya cenderung aktif mempersiapkan dirinya menghadapi setiap pelajaran yang diberikan. Segala hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran akan dipersiapkan sebelum pelajaran dimulai. Sumber-sumber belajar yang mendukung pelajaran akan dipersiapkan jauh hari, kemudian akan dipelajarinya secara lebih baik sehingga pada saat proses belajar berlangsung, siswa dimaksud mampu mengelola kegiatan proses belajar yang terjadi.

Sebaliknya bagi siswa yang memiliki minat belajar rendah terhadap pelajarannya cenderung pasif, selalu mengabaikan kesiapannya untuk belajar. Siswa ini biasanya ditandai dengan seringkalinya tidak mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Fokus dan perhatiannya terhadap pelajaran baik sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan maupun selama dan sesudah proses belajar mengajar dilaksanakan sangat rendah.

Kedua situasi ini merupakan masalah bagi guru. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan selalu menuntut lebih pada gurunya. Mereka selalu mengharapkan materi pelajaran disampaikan tanpa diulang-ulang, semakin cepat materi pelajaran diberikan semakin tinggi minat belajarnya terhadap pelajaran yang diberikan. Jika guru mengikuti keinginan siswa yang memiliki minat tinggi, maka siswa yang memiliki minat belajar rendah akan semakin terpuruk.

Sementara bagi siswa yang memiliki minat belajar rendah, cara guru dalam menyampaikan materi secara berulang-ulang atau lambat sangat diinginkan, kurangnya persiapan yang dilakukannnya membutuhkan sumber belajar dan informasi yang lebih agar dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Dalam situasi ini, siswa yang memiliki minat belajar tinggi dapat berpengaruh negatif terhadap minat belajarnya, kemungkinan akan terjadi penurunan motivasi belajar yang dimilikinya karena dinilai sangat menjenuhkan dan membosankan.

Artikel keren lainnya:

Waspadai penurunan motivasi belajar, prestasi belajar dan hasil belajar anak khususnya pada usia 16 tahun ke atas

Semua aktivitas yang dikerjakan oleh manusia mulai dari menyimak, mengamati, menganalisis, menelusuri, sampai dengan mengevaluasi yang terjadi baik dipahami maupun tidak dipahami, dikerjakan secara sendiri-sendiri maupun bekerja dalam kelompok, disadari maupun tidak disadari yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan atau aktivitas dari belajar.

Belajar pada hakikatnya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dimana manusia melepas diri dari kegiatan belajar. Belajar pula tidak mengenal batasan usia, tempat dan strata sosial karena terjadinya aktivitas belajar tidak pernah berhenti selama dalam keadaan manusia itu hidup.

Belajar merupakan kegiatan yang sangat penting bagi manusia, pengaruh belajar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas manusia baik itu pola pikir yang dimiliki maupun sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. 

Hasil survey yang dilakukan oleh para ahli menjelaskan bahwa 82 persen anak yang sekolah pada usia 5 atau 6 tahun memiliki citra diri positif tentang kemampuan belajarnya. Angka ini akan mengalami penurunan signifikan menjadi 18 persen yang memiliki citra diri positif tentang kemampuan belajarnya ketika anak memasuki usia 16 tahun . (Nochol, 2002:37)

Berdasarkan hasil survey di atas, menunjukkan bahwa usia 6 tahun ke atas sangat membutuhkan perhatian, motivasi dan semangat dari orang dewasa khususnya guru. Tugas ini sangat berat, namun jika dihadapi dengan bijaksana, terprogram dengan baik, dan dilaksanakan secara kontinyu atau terus menerus maka penurunan citra diri positif anak tentang kemampuan belajarnya dapat dicegah.

Dengan memperhatikan hasil survey di atas pula, siswa usia sekolah khususnya pada jenjang SD, SMP dan SMA merupakan kelompok anak yang di satu sisi terjadi proses mencari tahu atas sesuatu obyek atau informasi yang baru diterimanya dan disisi lain merupakan usia yang sangat rentan terhadap penurunan citra diri positif. Artinya, di usia ini, anak sangat mudah putus asa atau kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Maka dengan demikian, penanaman budi pekerti dan karakter anak harus lebih ditingkatkan, upaya membangun kesadaran atas kemampuannya harus selalu didorong sehingga setiap perubahan dan kegagalan dapat mereka pandang sebagai sesuatu yang positif. Tentunya, kehadiran orang dewasa termasuk guru dalam kehidupan sehari-hari mereka sangat diperlukan.

Bagi guru, harus ada langkah yang jelas. Suatu tindakan yang ditujukan untuk mendorong anak agar senantiasa tumbuh kepercayaan dirinya. Guru harus lebih terbuka kepada siswanya, setiap permasalahan dan faktor-faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar, prestasi belajar dan hasil belajar siswa harus menjadi prioritas tindakan sehingga nantinya tidak terlalu berpengaruh kepada penurunan kemampuan belajar siswa dalam kehidupan sehari-hari termasuk pada aktivitas belajar siswa selama menempuh pendidikan di sekolah.

Artikel keren lainnya:

6 Cara memotivasi siswa agar senantiasa tabah apabila menemui kegagalan

Dinamis mungkin itulah yang tepat apabila kita mencoba menggambarkan kondisi psikologis siswa. Mereka setiap saat mengalami perubahan sikap dan prilaku serta cara pandang terhadap situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya. Kadang kala mereka akan condong bersikap dan berperilaku mengikuti arus dominan walaupun jauh dari nilai-nilai karakter yang positif, kadang pula timbul pemberontakan dalam jiwanya jika situasi yang dihadapinya tidak sesuai dengan harapan dan keinginannya, hal ini merupakan sesuatu yang wajar sebagai akibat dari perkembangan usianya.

Diusia yang masih membutuhkan perhatian dan bimbingan, peran guru sebagai orang tua di dunia pendidikan sangat diharapkan. Kehadiran guru tidak sebatas sebagai pengajar tetapi lebih dari itu. Berikut beberapa langkah yang bisa dikerjakan oleh guru dalam rangkan membangun kembali kepercayaan diri siswa setelah menemui kegagalan.

1. Membimbing siswa untuk menemukan sumber kagagalannya 
Pada saat siswa menemui kegagalan, rasa putus asa selalu menjadi pilihan pertama. Semangat mereka akan memudar bahkan hilang, akibatnya semua rencana yang ingin dikerjakan atau tugas-tugas yang diberikan dipandang sebagai musuh yang meruntuhkan motivasi belajar siswa. Hal ini berimplikasi terhadap menurunnya prestasi belajar dan hasil belajar siswa. Agar siswa terhindar dari rasa putus asa, guru sebaiknya melakukan pendampingan. Kedewasaan berpikir guru dapat menuntun siswa menemukan perihal-perihal yang menyebabkan kegagalan siswa.

2. Membimbing siswa untuk menemukan solusi terhadap sumber masalahnya
Setelah siswa bersama guru menemukan masalah yang mengakibatkan kegagalan siswa, guru bersama siswa menganalisis masalah tersebut, bisa berupa refleksi atau dengan cara-cara lainnya. Tujuannya adalah berusaha menemukan solusi yang tepat, efektif dan mampu dijalankan atau masih dalam batas kesanggupan siswa maupun guru.

3. Membimbing siswa untuk merencanakan tindakan selanjutnya
Langkah selanjutnya adalah merumuskan rencana tindak lanjut berdasarkan hasil refleksi atau analisis guru bersama siswa. Setiap rencana yang dirumuskan harus merupakan hasil dari sumber kegagalan yang dialami oleh siswa sehingga tindakan yang dikerjakan tidak melebar kemana-mana atau tidak menambah masalah baru. 

4. Membimbing siswa untuk memulai melaksanakan setiap rencana tindakan
Siswa masih dalam tahap belajar, guru sebaiknya terus melakukan pendampingan  terbatas dengan tetap memberi kebebasan kepada siswa. Artinya dalam melaksanakan setiap tindakan, siswa harus lebih dominan sedangkan guru hanya mengarahkan siswa agar tetap bekerja sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan bersama.

5. Memberikan pengawasan, evaluasi terhadap setiap tindakan siswa
Walaupun siswa menjadi dominan, tetapi pengawasan dan evaluasi yang selalu dijalankan oleh guru. Hal ini demi memastikan bahwa yang dikerjakan oleh siswa sesuai dengan rencana tindak lanjut.

6. Membimbing siswa untuk selalu siap menghadapi dampak dari setiap tindakannya
Bagaimanapun juga, jiwa siswa masih labil. Kadang ke kiri, kadang pula ke kanan, maka dari itu diharapkan peran guru untuk member motivasi dan pemahaman yang bersifat positif, dan dorong siswa untuk tidak menyalahkan diri sendiri apalagi terhadap orang lain

7. Memberi stimulus atas setiap hasil kerjanya 
Sering-seringlah guru memberi pujian atas setiap perkembangan dan perubahan yang dialami oleh siswa. Jika diperlukan beri mereka hadiah sebagai bentuk penghargaan terhadap kemauan dan keinginan mereka untuk melakukan dan mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan.

Artikel keren lainnya:

Proses belajar mengajar yang terbaik bagi guru dan siswa

Pengalaman adalah guru besar bagi kehidupan manusia, melalui berbagai macam pengalaman, manusia dapat menemukan fitrahnya sebagai manusia seutuhnya. Pengalaman akan mengajarkan manusia pada dua hal yakni kebaikan dan keburukan. Jika dikaitkan dengan dunia guru maka pengalaman akan menuntun guru untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses pembelajaran, membelajarkan guru menemukan solusi atas permasalahan-permasalahan yang terjadi yang dapat menghambat proses belajar bagi guru dan siswa.

Guru dan siswa ibarat dua kutub yang berbeda, masing-masing memiliki poros dan prosesnya sendiri, sehingga dibutuhkan cara atau teknik untuk menyambung perbedaan itu, membuat ikatan dengan jalan menemukan titik temu antara keduanya. Proses untuk menemukan titik temu dimaksud hanya dapat dicapai dengan jalan belajar dari pengalaman terdahulu. Apakah pengalaman dari diri sendiri atau pengalaman dari guru-guru lainnya. 

Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator dan mediator kegiatan belajar mengajar harus selalu belajar dari pengalaman karena langkah itu merupakan suatu model atau metode yang tepat untuk menyempurnakan kapasitas diri dalam rangka memberikan pembelajaran di kelas.

Disisi lain, siswa juga harus belajar dari pengalamannya sendiri, belajar dari nasehat atau motivasi yang diberikan oleh guru atau belajar dari sumber-sumber lain yang sesuai karena itulah cara terbaik untuk meningkatkan prestasi belajar dan hasil belajar.

Artikel keren lainnya: