Guru secara individu bukanlah seorang manusia yang sempurna,
guru juga dipengaruhi oleh faktor psikologi kejiwaan, sehingga guru memiliki
kelebihan dan kekurangan. Guru memiliki keterbatasan, dengan demikian, dalam
melaksanakan tugasnya, guru dapat melenceng dari tugas dan fungsinya sebagai
guru profesional.
Selama pelaksanaan proses belajar mengajar dikelas, guru
dituntut untuk berbuat secara maksimal memberikan pelajaran kepada siswanya,
namun seperti penjelasan pada paragraf di atas, kesalahan selalu saja terjadi.
Berikut 3 kesalahan yang sering dilakukan oleh guru didalam kelas.
1. Merasa berhasil
karena siswa tidak bertanya.
Biasanya guru menganggap bahwa setelah proses belajar
mengajar selesai, ketika tidak ada siswa yang bertanya terhadap materi yang
disampaikan maka kesimpulan guru selalu mengarah pada ‘berhasil mengajar”.
Anggapan ini bisa saja ada benarnya, namun yang sering kita jumpai adalah siswa
tidak bertanya menandakan siswa di kelas yang di ajar belum memahami materi
yang disampaikan. Bukankah yang membuat orang bertanya adalah karena dia paham
dengan apa yang akan ditanyakan? Misalnya anda mencari rumah si Fulan, anda
mungkin akan bertanya kepada seseorang pada saat tiba ditempat yang dituju
dengan pertanyaan dimana rumahnya si Fulan. Akan berbeda apabila tidak paham
dengan tujuan anda, maka anda pasti tidak akan bertanya di mana rumahnya si
Fulan. Hal ini mengakibatkan guru selalu menyalahkan siswa karena tidak belajar
setelah mengetahui hasil evaluasi siswa yang tidak tuntas.
2. Merasa jengkel
dengan siswa yang sering bertanya
Kalau ada siswa yang sering bertanya, guru selalu merasa
sedang diuji atau dipermainkan. Inilah kesalahan yang sering dilakukan oleh
guru. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan, siswa memiliki rasa ingin tahu
terlalu tinggi, semakin mereka tahu sesuatu maka semakin besar pula keinginan
untuk mengetahui kebenarannya. Pada saat seperti ini, guru harus lebih banyak
bersabar dengan terus menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Makanya dalam
undang-undang guru dan dosen, dijelaskan bahwa kompetensi yang harus dikuasai
oleh guru adalah kompetensi pedagogik dan akademik. Dengan kompetensi ini
diharapkan dapat menguasai materi yang diajarkannya. Bagaimana cara
menyampaikan, membuat ilustrasi, dan bagaimana menempatkan cara berpikir guru
agar mudah dipahami oleh siswa. Menghadapi siswa yang sering bertanya sama
dengan menghadapi anak usia 3-5 tahun, pertanyaan-pertanyaan seperti apa itu,
kanapa begitu, berapa itu, dimana itu, dan lain sebagainya, oleh orang tua
selalu dijawabnya dengan sabar karena orang tua merasa anaknya sedang belajar
“ingin tahu” sesuatu.
3.Mengabaikan siswa
yang bertanya
Biasanya situasi ini sering dilakukan oleh guru pada saat
sedang mengejar keterlambatan materinya. Padahal inti proses belajar mengajar
adalah terjadinya perubahan pada siswa. Akan percuma apabila materi yang
diberikan tuntas namun tidak satupun yang dapat dipahami oleh siswa. Harapan
capaian kompetensi tidak sesuai dengan kenyataan yang dimiliki oleh siswa. Cara
berpikir siswa belum bisa disamakan dengan cara berpikir mahasiswa apalagi bila
dibandingkan dengan guru, siswa masih butuh bimbingan, siswa masih perlu
dipahamkan melalui panduan dari guru walaupun guru dituntut pula untuk
bertindak bukan menjadi satu-satunya sumber belajar siswa.
Ketiga kesalahan ini selalu menjadi faktor utama menurunnya
motivasi belajar siswa, akan tetapi selalu ditutupi dengan ketidak-obyektifnya pengamatan
peneliti sehingga kebanyakan penelitian yang berkaitan dengan prestasi belajar
siswa selalu mengabaikan faktor ini. Kemungkinan lainnya adalah karena pada
umumnya peneliti adalah guru itu sendiri sehingga hasil penelitian terlalu
subyektif.
Belum ada tanggapan untuk "3 Kesalahan yang sering dilakukan oleh guru menanggapi pertanyaan siswa"
Post a Comment