Ada kebiasaan anak didik yang terabaikan dari perhatian kita, kebiasaan yang sesungguhnya kecil tetapi memberi efek negatif pada mental anak. Kebiasaan ini berdampak kepada timbulnya arogansi dan individualis anak, yang pada gilirannya menghilangkan sifat tenggang rasa, sifat kebersamaan bahkan membawa anak kepada kurangnya kemampuan bersosialisasi.
Hampir semua anak di daerah perkotaan memperlihatkan kebiasaan yang tidak ingin berbagi, misalnya beli roti dan dimakan sendiri tanpa berbagi dengan temannya. Memang tidak ada yang salah dengan kebiasaan ini, namun dapat mempengaruhi karakter anak. Untuk mengarahkan anak yang demikian supaya bekerja dalam kelompok tidak semudah yang diharapkan.
Bandingkan dengan anak yang berasal dari pedesaan utamanya daerah terpencil, mereka selalu berbagi termasuk sebiji roti. Nilai kebersamaannya sangat tinggi karena terbentuk sejak usia dini. Sehingga anak yang demikian sangat mudah diarahkan untuk bekerja dalam kelompok.
Pertanyaannya adalah siapakah yang salah? Dalam kondisi ini siapapun dapat dikatakan salah, ini adalah bentuk kelalaian kita semua, baik orang tua, guru, dan masyarakat sosial telah melakukan pembiaran tanpa ada upaya untuk mengarahkan, membimbing, dan melakukan pencerahan kepada anak.
Akankah kita terus berdiam diri tanpa melakukan perubahan dalam sistem pembinaan? Kalau melihat sistem pembinaan sekarang, membangun kembali jiwa kebersamaan dalam diri anak mungkin tidak akan maksimal, guru lebih kepada posisi membaca dan melihat, tidak ada inisiatif untuk mempengaruhi, bahkan cenderung vakum akibat ketakutan terhadap benturan dengan pandangan sosial yang lebih liberal.
Namun demikian kehadiran kurikulum 2013 patut disyukuri, kurikulum 2013 dapat menjadi solusi karena menerapkan pembelajaran dengan metode kooperative learning. Pembelajaran ini mengedepankan bekerja dalam kelompok, sehingga diharapkan dapat tertanam jiwa kebersamaan dalam pribadi peserta didik. Marilah kita dukung penuh penerapan kurikulum 2013, jangan ada lagi bahasa-bahasa sumbang, kekurangan kurikulum 2013 kita sempurnakan melalui praktek pelaksanannya.
Belum ada tanggapan untuk "Hilangnya kebersamaan anak akibat kelalaian kita"
Post a Comment