Cobalah anda bertanya pada orang-orang yang menempuh pendidikan pada dekade dari 60-70-an, mulai dari materi pelajaran, guru sampai dengan lingkungan sekitarnya. Mereka akan menjelaskan dengan rinci dan terstruktur berdasarkan riwayat kejadiannya. Nama, tempat, hari dan tahun bahkan jamnya akan disebut tanpa terlewatkan.
Cobalah pula anda bertanya pada siswa sekarang, semuanya akan dijawab dengan “lupa” atau “tidak tahu”. Kemampuan siswa sekarang dengan jaman dulu sangat bertolak belakang, padahal mulai dari makanan, pakaian, sampai dengan fasilitas jauh melebihi siswa pada jaman dulu. Secara logika seharusnya pendidikan sekarang sudah lebih maju.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Kurikulum sudah lengkap, fasilitas semua ada, buku referensi tersedia, internet menyuguhkan berbagai informasi dan lain sebagainya. Apakah karena semuanya sudah tersedia sehingga membuat siswa sekarang tidak tertantang untuk meningkatkan kompetensinya?
Saya mencoba menggali (hanya cerita-cerita dengan guru yang sudah pensiun) bagaimana pembelajaran pada dekade 60-70an, bagaimana guru, bagaimana lingkungan, bagaimana dengan buku, bagaimana dengan kurikulumnya sampai dengan bagaimana dengan kebijakan pemerintah pada saat itu. Kemudian semua instrument tersebut saya bandingkan dengan masa pendidikan saat ini.
Berdasarkan perbandingan itu, pendidikan sekarang sebenarnya lebih unggul dibanding pendidikan jaman dulu. Yang berbeda adalah “kesan” kalau istilah sekarang adalah “pencitraan”. Pembelajaran dulu lebih berkesan dibandingkan dengan pembelajaran sekarang. Pendidikan yang berkesan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, mampu meningkatkan daya ingat siswa karena sesuatu yang berkesan biasanya tidak mudah dilupakan. Dan pembelajaran berkesan inilah yang sebenarnya kunci utama keberhasilan pendidikan pada dekade 60-70an.
Pembelajaran dekade 60-70-an sangat memperhatikan beberapa hal seperti kedisiplinan, penampilan guru, tulisan guru, gaya bicara, hubungan guru dan siswa, hubungan guru dan masyarakat sekitarnya. Pada prinsipnya guru adalah seorang patut di gugu dan ditiru.
Bandingkan dengan sekarang, gaya bicara guru tidak menggambarkan seorang pendidik, tulisan guru tidak menarik, penampilan membosankan bahkan ada yang cenderung berlebihan, hubungan guru dan siswa seperti teman kost, hubungan dengan masyarakat sekitar seperti hidup ditengah hutan sendirian bahkan memperlihatkan kesombongan dan keangkuhan. Ada sebagian guru memaksakan dirinya untuk tampak berwibawa padahal sebenarnya wibawa akan datang dengan sendirinya tanpa dipaksakan. Artinya tidak ada kesan yang patut diingat, tidak ada sesuatu yang menarik minat siswa untuk belajar walaupun sudah menggunakan pembelajaran yang mengintegrasikan PAIKEM.
Pembelajaran berkesan inilah yang hilang dari dunia pendidikan saat ini, semua unsur hanya mengejar unsur akademik tanpa berusaha untuk melakukan pencitraan dan advokasi kepada siswa, orang tua dan lingkungannya. Pendidik hanya memenuhi tanggung jawabnya tanpa berusaha untuk membangun citra yang berkesan kepada peserta didiknya. Yang berbahaya sebenarnya adalah pendidik menerapkan metode dan model pembelajaran yang tidak dikuasainya. Sehingga pembelajaran mengarah pada situasi kaku, menegangkan dan tidak kreatif. Dampaknya sangat serius, siswa cenderung memberontak karena tidak mendapatkan kepuasan di sekolah, tidak menemukan daya tarik disekolah, tidak menemukan jawaban atas pertanyaan yang menghalanginya untuk maju dan selalu bersikap acuh terhadap pendidikannya akibat tidak adanya kesan dari lingkungan sekolah
Untuk membangun dunia pendidikan, ditengah sarana dan prasarana pendidikan sudah menunjang seperti sekarang akan mudah dilakukan apabila semua unsur pendidikan termasuk guru menciptakan kesan kepada siswa, melakukan pencitraan dan advokasi sebelum membawa siswa menguasai kompetensi akademik yang harus dikuasainya.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Buatlah pembelajaran menjadi berkesan, kunci utama keberhasilan pendidikan dekade 60-70an"
Post a Comment