Beranda · Artikel · Motivasi · Merdeka Belajar · Bahan Ajar · PTK · Pembelajaran

Hubungan antara kebiasaan belajar yang baik dengan disiplin siswa terkait sikap dan prilakunya

Seorang siswa yang mempunyai kebiasaan belajar yang baik dimungkinkan mempunyai disiplin belajar yang baik pula. Siswa yang memiliki disiplin akan menunjukkan ketaatan dan keteraturan terhadap perannya sebagai seorang siswa yaitu belajar secara terarah dan teratur. Pada akhirnya siswa yang berdisiplin akan lebih mampu mengarahkan dan mengendalikan perilakunya. 

Disiplin belajar merupakan salah satu sikap atau perilaku yang harus dimiliki oleh siswa. Tu’u (2004:93) menyatakan pencapaian hasil belajar yang baik selain karena adanya tingkat kecerdasan yang cukup, baik, dan sangat baik, juga didukung oleh adanya disiplin sekolah yang ketat dan konsisten, disiplin individu dalam belajar, dan juga karena perilaku yang baik. 

Disiplin sangatlah diperlukan bagi setiap orang, dimanapun dan kapanpun. Hal tersebut dikarenakan disiplin menentukan kelancaran seseorang di dalam menggapai tujuannya. Permasalahan disiplin jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka disiplin tersebut akan menentukan bagaimana proses pembelajaran di lingkungan pendidikan berjalan dengan baik. 

Menurut Rifa’i (2011:97) faktor – faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar siswa adalah kondisi internal dan eksternal siswa. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Beberapa faktor eksternal seperti antar lain variasi dan tingkat kesulitan materi (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar. 

Proses pembelajaran siswa terdapat hal-hal yang mempengaruhi disiplin belajar. Beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin belajar menurut Suradi (2011) adalah faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor yang pertama yaitu faktor instrinsik, meliputi faktor psikologi, seperti minat, motivasi, bakat, konsentrasi, dan kemampuan kognitif. Faktor fisiologis, yang termasuk dalam faktor fisiologis antara lain pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani, kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang diderita. Faktor yang kedua yaitu faktor ekstrinsik meliputi faktor non-sosial, seperti keadaan udara, waktu, tempat dan peralatan maupun media yang dipakai untuk belajar. Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. 

Artikel keren lainnya:

Ketahuilah bahwa tujuan belajar mengajar bukan untuk memperoleh hasil belajar siswa secara kuantitatif

Apabila pemahaman kita bahwa kegiatan belajar mengajar hanya untuk memperoleh hasil belajar secara kuantitatif, maka pemahaman itu perlu di perbaiki. Pemahaman inilah yang sebenarnya telah menjebak guru dan siswa selama ini, dampaknya tentu saja kurangnya hasil belajar siswa atau hasil belajar yang diharapkan tidak maksimal atau tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Tujuan kegiatan belajar mengajar sebenarnya adalah terjadinya perubahan dan peningkatan hasil belajar siswa baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hasil belajar dimaksudkan adalah perubahan sikap dan prilaku siswa selama mengikuti kegiatan proses belajar mengajar. Perubahan ini mengacu pada nilai karakter yang harus dikuasai oleh siswa. Intinya, siswa mengalami perubahan sikap dan prilaku menjadi lebih baik berdasarkan ilmu-ilmu yang diperolehnya.

Materi pelajaran yang dipelajari dikuasai oleh siswa untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana sikap dan prilaku siswa berpedoman pada apa yang telah dipelajari. Untuk itulah sehingga tugas guru adalah mendidik, mengarahkan, membina dan lain sebagainya.

Dampak yang terjadi akibat dari kesalahan pemahaman selama ini adalah meningkatnya kenakalan siswa. Baik etika maupun etiket yang sesuai dengan norma dan budaya bukan lagi menjadi landasan sikap dan prilaku siswa, nilai-nilai karakter yang diharapkan tidak menjadi prinsip yang harus dipegang teguh dan dilaksanakan.

Inilah permasalahan dunia pendidikan saat ini, sehingga jangan heran maka sistem penilaian kurikulum 2013 menitikberatkan pada tiga domain yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan. Khusus penilaian sikap, semua materi mengandung aspek Kompetensi Inti, mulai dari KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4. Semua ini ditekankan untuk menciptakan perubahan pada diri siswa, tentunya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang harus dicapai sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan yang telah ditetapkan.

Jadi, pada intinya proses belajar mengajar ditekankan pada perubahan sikap dan prilaku siswa. Dampak dari terjadi peningkatan hasil belajar siswa secara kualitatif akan berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa secara kuantitatif, hal ini terjadi karena baik hasil belajar siswa maupun prestasi belajar siswa ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan.

Artikel keren lainnya:

Pendidikan Indonesia setelah otonomi daerah; Antara kepentingan politik dan tujuan pendidikan nasional atau otonomi sekolah dan pejabat daerah

Otonomi daerah lahir bersamaan dengan pelaksanaan demokrasi secara langsung, otonomi daerah merupakan jawaban atas keterlambatan pembangunan di daerah, otonomi daerah merupakan solusi atas semua permasalahan pemerintahan yang bersifat sentralisasi, diharapkan pembangunan di daerah menjadi maksimal tetapi tetap mempertahankan kearifan lokal sebagai dasar dan nilai kepribadian bangsa.

Pendidikan sebagai salah satu faktor penting pembangunan, pengelolaannya diserahkan kepada daerah sebagai bagian dari semangat pelaksanaan otonomi daerah dengan tujuan agar nilai-nilai kearifan lokal dapat tereksploitasi secara maksimal dan mandiri. Dengan demikian, pemerintah daerah bertanggung jawab penuh atas peningkatan mutu dan kualitas pendidikan, peningkatan standar sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan, serta berbagai kebijakan dan regulasi terkait pendidikan yang bersifat kedaerahan. Praktis hanya kurikulum pendidikan yang tetap dipertahankan dan dikelola oleh pemerintah pusat, selebihnya adalah tanggung jawab pemerintah daerah.

Beberapa daerah mampu menciptakan perubahan di dunia pendidikan, perubahan dimaksud adalah terjadinya peningkatan mutu dan kualitas pendidikan, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan pengelolaan dan manajemen pendidikan, peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga pendidikan, dan lain sebagainya. Namun sebagian daerah justru mengalami penurunan kualitas pendidikan sebagai akibat dari politisasi dunia pendidikan. 

Sebutlah pengangkatan kepala sekolah, kepala sekolah tidak lagi mempertimbangkan kemampuan manajerial, kompetensi dan syarat-syarat sebagai sebagai kepala sekolah. Kepala sekolah kini diangkat berdasarkan pertimbangan politik, demikian pula halnya dengan tenaga pendidik dan kependidikan, akibatnya terjadi kesenjangan di satuan pendidikan. Ada sekolah yang mengalami kelebihan guru pada mata pelajaran tertentu, sementara disekolah lain justru kekurangan pada mata pelajaran tersebut. Ada sekolah yang membutuhkan sarana dan prasarana belajar, disisi lain ada sekolah yang kelebihan sarana dan prasarana belajarnya, hal ini terjadi karena program peningkatan sarana dan prasarana termasuk program lainnya di dunia pendidikan tidak melalui perencanaan yang mempertimbangkan aspek kebutuhan dan prioritas sebagai dampak dari politisasi dunia pendidikan di daerah.

Begitu besarnya pengaruh politisasi dunia pendidikan di daerah, mengakibatkan program-program yang terkait dengan dunia pendidikan seakan tidak mampu dilaksanakan. Hampir semua daerah, pembangunannya berorientasi pada fisik dan melupakan pembangunan SDMnya. Bentuk-bentuk pelatihan bagi tenaga pendidik dan kependidikan mengalami penurunan, yang sering dilaksanakan hanyalah KKG/MGMP, sedangkan pelatihan lainnya tenggelam oleh hegemoni politik di daerah.

Mencermati kondisi pendidikan saat ini, dunia pendidikan membutuhkan program penyelamatan, pemerintah pusat harus lebih intens menekan pemerintah daerah untuk memperhatikan pembangunan dunia pendidikan khususnya pembangunan SDMnya. Jika perlu, dunia pendidikan dikembalikan pengelolaannya kepada pemerintah pusat agar pengaruh-pengaruh negatif sebagai dampak dari demokrasi dan politik di daerah dapat diminimalkan. Sangat sulit bagi pemerintah daerah melakukan evaluasi dan pengawasan secara obyektif kepada tenaga pendidik dan kependidikan terutama yang terlibat dan yang berjasa pada saat pilkada. Penegakkan aturan hanya simbol semata, karena kepentingan mampu mengubur tujuan pendidikan yang sebenarnya. 

Semua unsur di satuan pendidikan harus dikembalikan ke kondisi pendidikan yang sebenarnya, betapa indahnya tenaga pendidik dan kependidikan masa sebelum otonomi daerah. Dalam melaksanakan tugasnya tidak terpengaruh oleh proses politik dan demokrasi, setiap satuan pendidikan menjadi tempat yang menyenangkan dan membahagiakan karena tidak ada faktor eksternal yang mengganggu independensi tenaga pendidik dan kependidikan. Riak-riak politik tidak mempengaruhi proses pendidikan di satuan pendidikan, semua itu terjadi karena tidak ada hubungan antara dunia pendidikan dengan proses demokrasi dan politik. Bandingkan dengan sekarang, pasca pelaksanaan pilkada, pergeseran kepala sekolah selalu terjadi, beberapa guru dipindahkan sebagai bentuk sanksi akibat berbeda arah politik dan lain sebagainya.

Dalam melakukan pembinaan kepada anak didik, guru selalu diperhadapkan kepada kepentingan dari para pejabat daerah. Nota dari para pejabat mampu merubah otonomi dan kemandirian sekolah dalam melaksanakan program kegiatannya, guru sangat tertekan dan terbebani sehingga untuk menciptakan keadilan dan kesamaan kesempatan kepada semua anak didik tidak mampu direalisasikan.

Jika kondisi ini terus terjadi, maka dapat dipastikan bahwa dunia pendidikan di Indonesia akan mengalami degradasi paradigma berpikir, mutu dan kualitas pendidikan akan terus tergerus oleh kepentingan, tenaga pendidik dan kependidikan akan mengalami frustrasi, secara khusus dampaknya adalah terjadi kesenjangan kompetensi anak didik, sedangkan secara umumnya dunia pendidikan di Indonesia mengalami penurunan kualitas generasi penerus bangsa.

Tindakan cepat pemerintah pusat untuk menyelesaikan masalah bangsa ini sangat ditunggu. Demi masa depan bangsa ini, pemerintah pusat harus mengambil alih pengelolaan dunia pendidikan agar pengaruh demokrasi dan politik didaerah tidak berimbas pada proses palaksanaan pendidikan di satuan pendidikan. 

Artikel keren lainnya:

Melatih kompetensi komunikatif siswa melalui pembinaan dengan pendekatan tematis bagi guru Bahasa Indonesia

Kompetensi komunikatif yang ada pada murid dapat tumbuh dengan sendirinya, atau dapat pula tumbuh dengan usaha pembinaan. Usaha pembinaan dapat dilakukan melalui sesuatu yang strategis berupa penerapan pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan tematis. Pendekatan tematis yang diterapkan oleh guru merupakan acuan yang bersifat aksiomatis, digunakan untuk mendasari pemilihan langkah- langkah pembelajaran yang dapat membina kompetensi komunikatif pada murid (Kaswanti Purwo, 1998).

Pendekatan tematis yang diterapkan dalam membina kompetensi komunikatif merupakan pendekatan pembelajaran yang disajikan dalam strategi yang berpola integrated. Strategi instruksional yang berpola integrated ditandai dengan; pengajaran berpusat pada murid memberikan pengalaman langsung kepada murid, tidak ada pemisahan dengan bidang studi lain, menyajikan konsep dari berbagai bidang studi di dalam sebuah unit proses pembelajaran, dan hasil belajar dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan murid. Hal ini berlawanan dengan strategi yang berpola fragmented. Adapun strategi instruksional yang berpola fragmented ditandai dengan; pengajaran berpusat pada guru sebagai model, tidak memberikan pengalaman langsung kepada murid, mengadakan pemisahan suatu bidang studi dengan bidang-bidang studi lain, dan hasil belajar murid merupakan hasil yang seragam (Fogarty, 1991).

Dalam hal ini, pendekatan tematis adalah sebuah model pengitegrasian dari berbagai keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, wicara dan menulis) yang selama ini disajikan guru secara terpisah-pisah (Andayani, 2008).

Reynold (1992) menyatakan adanya problema dalam hal keefektifan mengajar yang tidak diterapkan oleh guru di dalam pembelajarannya di sekolah lanjutan dan ditemukan juga adanya hubungan antara hasil belajar murid dengan gaya mengajar guru.

Kompetensi komunikatif yang ada pada murid sebenarnya berupa pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencirikan hasil-hasil yang artistik, idealis atau temuan-temuan lain (Nolan&Kagan, 1980).

Kompetensi komunikatif memiliki tiga aspek sebagai ciri penanda, yaitu kompetensi gramatikal, kompetensi sosiolinguistik dan kompetensi wacana (Tarigan, 1992).

Kompetensi gramatikal secara langsung memfokuskan diri pada pengetahuan dan keterampilan seseorang yang dibutuhkan untuk memahami dan mengekspresikan secara tepat makna dari bahasa. Dengan demikian, kompetensi gramatikal merupakan hal yang penting bagi pelaksana program pembelajaran bahasa (Canale, 1984). Adapun ciri-ciri kompetensi gramatikal berupa penguasaan terhadap kosakata, pembentukan kata dalam proses morfologis dan pembentukan kalimat.

Kompetensi sosiolinguistik adalah keluasan pemahaman ucapan-ucapan yang dihasilkan seseorang yang dipahami secara tepat dalam berbagai konteks. Ketepatan ucapan ini mengacu kepada ketepatan makna dan bentuk. Ketepatan tersebut berkaitan dengan wadah fungsi-fungsi komunikatif tertentu, misalnya perintah, tuntutan, undangan, dan juga sikap-sikap tertentu, seperti keramahan dan kewajaran dalam menempatkan gagasan tertentu. Hal ini dapat dilakukan seseorang secara kreatif dan spontan. (Andayani, 2008).

Kompetensi wacana berkenaan dengan penguasaan seseorang dalam menggabungkan bentuk-bentuk dan makna untuk mencapai pemahaman dan produksi bahasa dalam bentuk teks, dalam berbagai genre, yang di dalamnya mencakup: narasi, esei argumentatif, laporan ilmiah, dan surat menyurat (Little, 1993). Ciri-ciri kompetensi wacana yang dimiliki seseorang adalah adanya hal-hal berikut ini: ulangan makna untuk menandai kesinambungan, gerak maju  makna untuk menyatakan arah ide, nonkontradiksi untuk menandai kekonsistenandan relevansi makna untuk menandai kesesuaian (Laughlin & Moulton, 1990).

Pola lain dari pendekatan yang sering dijumpai pada pembelajaran bagi anak-anak selain integrated adalah fragmented. Hal demikian didasarkan pada anggapan bahwa siklus belajar pada anak yang meliputi, kesadaran – eksplorasi – inkuari – penerapan - dst. (Bredekamp&Rosegrant, 1992). Dari sinilah akhirnya banyak guru yang memisahkan berbagai bahasan pengajarannya ke dalam pokok-pokok bahasan yang sering dikenal dengan fragmented. Terhadap pembelajaran yang sasarannya anak-anak, ada hal-hal tertentu yang perlu disajikan dengan integrated, namun ada pula yang seharusnya diterapkan secara fragmented. (Andayani, 2008).

Kemudian, pendekatan yang berpola fragmented ini memiliki ciri-ciri; pengajaran berpusat pada guru sebagai model, tidak memberikan pengalaman langsung kepada murid, dan hasil belajar murid merupakan hasil yang seragam. (Andayani, 2008).

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan dengan pendekatan tematik integrated sangat penting diterapkan karena pengaruhnya dapat meningkatkan kompetensi komunikatif siswa, indikatornya siswa dapat:
  1. mengungkapkan ide dengan santai; 
  2. bertanya dan menjawab pertanyaan dengan air muka murid yang tampak gembira;
  3. menunjukkan hubungan interpersonal antar murid yang akrab, dan 
  4. menggunakan bahasa Indonesia dengan wajar dan ramah (Andayani, 2008)

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya tidak hanya berhenti pada instructional-objective berupa selesainya evaluasi yang ditandai dengan lulus ujian. Akan tetapi, sebenarnya pembelajaran Bahasa Indonesia juga bermaksud melahirkan nurturant-effect yang berupa kompetensi komunikatif dengan ciri penanda mahir secara gramatikal, mahir dalam wacana, dan juga mahir secara sosiolinguistik yang kesemuanya itu tidak mungkin tercapai jika di dalam kelas guru masih menerapkan cara lama dengan lebih banyak mengisi kegiatan belajar murid dengan membahas soal-soal yang terangkum di dalam buku paket dan LKS(Lembar Kerja Siswa) saja. (Andayani, 2008)

Artikel keren lainnya:

Pengaruh tutor sebaya terhadap pembentukan dan peningkatan kepercayaan diri siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah

Masih ingat dengan awal pelaksanaan kurikulum 2013? Salah satu permasalahan yang timbul adalah kurangnya motivasi siswa untuk mencari tahu terhadap materi yang diberikan. Hal ini sebagai dampak dari perubahan paradigma pembelajaran dimana guru bukan lagi sebagai fokus pembelajaran atau sebagai satu-satunya sumber belajar tetapi hanya sebagai salah satu sumber belajar. 

Pada kurikulum 2013, siswa dituntut lebih aktif berperan dalam pembelajaran. Siswa harus mampu memanfaatkan semua sumber belajar misalnya internet, buku dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang pola pikir kritis siswa, merangsang kemampuan menganalisis, mengamati, mengasimilasi, termasuk membuat laporan atas hasil kerjanya bahkan mempresentasikan laporan tersebut.

Model pembelajaran ini ternyata tidak mudah dilaksanakan, sebagian besar siswa terkendala oleh beberapa hal misalnya sumber belajar, kepercayaan diri, kompetensi dan sebagainya. Kendala ini cukup merepotkan bagi guru, sebab waktu yang tersedia sangat terbatas, disisi lain kompetensi yang harus dikuasai siswa sangat padat dan kompleks tentunya diikuti dengan materi yang cukup padat pula. Artinya target pencapaian standar kompetensi lulusan tidak akan bisa dicapai apabila beberapa kendala di atas terus mewarnai jalannya pembelajaran.

Olehnya itu, kehadiran kegiatan ekstrakurikuler misalnya pramuka sangat membantu terutama pembentukan karakter dan mental serta keberanian dalam menunjukkan dirinya. Pola pembinaan yang diterapkan pada kegiatan ekstrakurikuler khususnya pramuka dengan memaksimalkan peran para senior dalam membimbing dan memberikan pembelajaran kepada juniornya merupakan bagian dari pola tutor sebaya.

Ischak (1987:34) mendefinisikan tutor sebaya adalah teman sekelas yang telah tuntas terhadap bahan, yang memberikan bantuan pada siswa yang menemui kesulitan dalam memahami bahan yang dipelajari, tutor sebaya ini diharapkan siswa tidak malu dan takut bertanya pada temannya sendiri tentang bahan ajar yang belum dipahami.  

Sedangkan menurut Winataputra (1999:380) pengajaran dengan tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep.

Nurul Ramadhani Makarao (2009: 127) menjelaskan bahwa tutorial sebaya adalah metode pengajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk mengajarkan dan berbagi ilmu pengetahuan atau ketrampilan pada siswa yang lain. Sedangkan Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 184) menjelaskan bahwa tutorial sebaya adalah metode pembelajaran dimana beberapa siswa ditunjuk atau ditugaskan untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar agar temannya tersebut bisa memahami materi dengan baik.

Untuk menunjuk siswa yang dipercayakan menjadi tutor bagi rekannya atau siswa lain, harus memperhatikan beberapa pertimbangan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 25), yaitu: 
  1. Dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan bertanya kepadanya. 
  2. Dapat menerangkan bahan yang diperlukan oleh siswa yang akan dibimbing. 
  3. Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan. 
  4. Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya. 


Mengapa harus metode tutorial sebaya? Neila Ramdhani (2012: 43) menjelaskan pembelajaran dengan metode tutorial sebaya memungkinkan seorang tutor memperoleh pemahaman materi yang lebih kuat, karena pada saat tutor menjelaskan materi yang belum dipahami oleh temannya, tutor juga menjelaskan pada dirinya sendiri (self explanatory). Selain itu harga diri (self esteem) dan efikasi diri (self eficacy) tutor juga akan meningkat karena merasa dirinya mampu membantu temannya yang kurang memahami materi pelajaran. Sedangkan menurut Abu Ahmadi & Widodo Supriyono (2004: 184) kebaikan dari metode tutorial sebaya yaitu memberi hubungan yang lebih dekat dan lebih akrab antar siswa, menambah motivasi belajar siswa, serta meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.

Tidak semua dapat menerapkan pembelajaran ini, namun memperhatikan kondisi yang ada di Indonesia, pembelajaran dengan metode tutor sebaya sangat cocok diterapkan dengan kondisi pendidikan kita,  menurut Conny Semiawan (1985: 69), ada beberapa alasan mengapa metode ini sangat cocok untuk diterapkan dalam pendidikan di Indonesia, alasan tersebut antara lain: 
  1. Pada umunya jumlah siswa pada suatu kelas terlalu besar. Ada yang mencapai 55 orang; 
  2. Kebanyakan sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil, menghadapi kekurangan guru; 
  3. Kekurangan alat pelajaran; 
  4. Siswa perlu mendapat kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dan memperoleh umpan balik padahal waktu guru terbatas. 


Akan tetapi, sebaik apapun metode pembelajaran, guru harus pula memperhatikan beberapa kelemahan dari diterapkannya metode pembelajaran. Khusus metode tutor sebaya, Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2006: 26-27) menjelaskan bahwa kelemahan dari metode pembelajaran ini antara lain: 
  1. Siswa yang dibantu sering belajar kurang serius, karena hanya berhadapan dengan kawannya, sehingga hasilnya kurang memuaskan. 
  2. Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya, karena takut rahasinya diketahui kawannya. 
  3. Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan, karena perbedaan kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan. 
  4. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang tepat bagi seorang atau beberapa orang siswa yang harus dibimbing. 
  5. Tidak semua siswa yang pandai atau cepat waktu belajarnya dapat mengerjakannya kembali kepada kawan-kawannya. 

Mengingat kepribadian siswa masih dalam tahap pencarian jati diri yang selalu merasa tidak puas atas hasil kerjanya, siswa membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru selama mereka berusaha mencari tahu terhadap materi dan perubahannya atau sumber-sumber lain yang berkaitan dengan materi termasuk teori-teori yang mendasari materi tersebut, selain itu akan lahir pula upaya menemukan inovasi dan informasi terbaru sehingga berdampak pada proses pembimbingan dan pembelajaran kepada juniornya. Ini bisa terjadi apabila mulai terbangun kepercayaan diri siswa.

Kepercayaan diri siswa lahir melalui pembiasaan, akan sangat tepat jika proses pembelajaran diperkuat dengan pembinaan kepramukaan dimana peran para seniornya dimaksimalkan untuk bertindak sebagai tutor sebaya, dampaknya tentu saja akan meningkatkan kepercayaan diri siswa itu sendiri. Tingginya motivasi siswa untuk melakukan pencarian materi atau pengetahuan, diharapkan dapat mengatasi kendala yang dihadapi pada saat pengimplementasian kurikulum 2013 sebagai akibat dari pergeseran paradigma berpikir dan proses pembelajaran, dimana siswa sebagai fokus pembelajaran dapat terlaksana dengan baik karena telah melalui pembiasaan di kegiatan ekstrakurikuler pramuka.

Artikel keren lainnya:

Mengurangi kekerasan sosial melalui peningkatan kualitas pendidikan di semua jenjang satuan pendidikan

Tingkat kekerasan sosial dewasa ini mengalami peningkatan, beberapa peristiwa justru melibatkan anak usia sekolah. Beragam tindak kriminal mulai dari kasus pencurian, geng motor, pemerkosaan, penipuan, pembunuhan, dan lain sebagainya, para pelakunya masih berusia remaja. Hal ini menjadi masalah serius yang harus ditangani dengan baik dan bijak sehingga dapat mengurangi efek negatif yang bisa timbul akibat kesalahan dalam penanganan.

Disisi lain, kualitas pendidikan ditengarai terus menurun. Berbagai upaya telah dilaksanakan mulai dari perubahan kurikulum yang mengedepankan pada domain sikap, sampai dengan peningkatan kompetensi guru yang selalu dievaluasi melalui kegiatan UKG (Uji Kompetensi Guru).

Apakah kedua permasalahan bangsa di atas memiliki benang merah? Apakah penurunan kualitas pendidikan berpengaruh pada peningkatan kekerasan sosial? Ataukah kekerasan sosial terjadi sebagai dampak dari perubahan pola pikir masyarakat yang sudah jauh dari norma dan budaya serta kepribadian luhur bangsa? Ataukah peningkatan kekerasan sosial semata-mata akibat dari masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat?

Teknologi informasi dan media sosial memegang andil yang cukup besar, butuh pengetahuan yang baik agar pemanfaatannya bisa bernilai positif. Sebaliknya dapat menurunkan atau melunturkan nilai-nilai moral dan etika akibat budaya di dunia maya sangat berbeda dengan budaya kita yang sebenarnya. Olehnya itu, peran pendidikan sangat penting, pendidikan merupakan cara membangun manusia yang berkualitas, pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai karakter. Diharapkan melalui pendidikan karakter ini, moral dan etika siswa dapat meningkat sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Sulaiman, dalam Chan, dkk., (2005: 17) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan yang terampil. Kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Hal ini senada dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Guna mencapai tujuan tersebut, diperlukan kondisi belajar yang kondusif dan jauh dari kekerasan.

Lantas bagaimana caranya agar kekerasan sosial dapat dikurangi? Sarlito (dalam Abdulah, 2013) jalan keluar yang sebaiknya ditempuh untuk mengatasi kekerasan dalam dunia pendidikan adalah dengan cara mengembalikan semuanya pada norma. Penegakan norma harus berfungsi semaksimal mungkin. Untuk memotong mata rantai kekerasan di dunia pendidikan, sekolah harusnya menjadi wadah penguatan norma (pendidikan nilai-nilai sopan santun). Sekolah damai adalah sekolah anti kekerasan yang menerapkan pendekatan secara humanis, pengajaran dengan hati dan peran serta orang tua dalam pendidikan.

Artikel keren lainnya:

3 fungsi motivasi belajar dalam proses belajar mengajar yang harus dipahami oleh guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memudahkan mereka memahami materi yang disampaikan oleh guru. Motivasi itu juga akan mendorong siswa memusatkan perhatiannya pada penjelasan guru, mengikuti materi dengan berbagai strategi, membangkitkan rasa ingin tahu yang mendalam, dan tingginya kemauan untuk mencari sumber yang berhubungan dengan materi yang diberikan.

Apa itu motivasi? Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich, 2003). 

Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). 

Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000).  Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. 

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy, 2004).

Lebih dalamnya lagi, berikut 3 fungsi motivasi belajar menurut Sardiman (2011,85):
  1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
  2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
  3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Artikel keren lainnya:

Hubungan kepribadian guru dengan prestasi belajar siswa terhadap upaya peningkatan mutu dan kualitas pendidikan melalui pembiasaan sikap

Profil dan penampilan guru seharusnya memiliki sifat-sifat yang dapat membawa peserta didiknya ke arah peningkatan prestasi belajar. Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu Tugas profesional, Tugas manusiawi, dan Tugas kemasyarakatan. Tugas profesional seorang guru yaitu meneruskan ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan harus diketahui anak. Tugas manusiawi guru adalah membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utamanya dan kelak menjadi manusia yang sebaik-baiknya, Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945.

Dengan demikian, seorang guru harus memiliki kepribadian yang luhur, guru harus jujur, berakhlak, cerdas, mampu dan bertanggung jawab. Kepribadian dapat pula disebut sebagai karakter, secara harfiah, karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi (Hornby dan Parnwell, 1972: 49).Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian (Kamisa 1997: 281).

Guru akan selalu menjadi teladan bagi siswanya, profil guru dan penampilan guru serta kedalaman wawasan ilmu pengetahuan guru mampu mempengaruhi karakter siswa. Itulah sehingga dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan dalam Pasal 28 Ayat (3), seorang guru harus memiliki empat kompetensi yang harus dikuasai, keempat kompetensi itu yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, sosial dan profesional.

Dr. Uhar Suharsaputra menyatakan bahwa seorang pendidik adalah seorang yang telah menyerahkan dirinya dalam organisasi sekolah, dia tidak bisa melakukan tindakan dan berperilaku sesuai keinginan sendiri, tetapi harus dapat menyesuaikan diri dengan peran dan tugasnya, sesuai peran dan tuntutan tugas serta aturan organisasi yang menjadi kewajiban bagi seorang guru. Ki Hajar Diwantoro menyatakan bahwa guru wajib melakukan tiga hal yang sudah kita kenal yakni ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani.

Menurut Nazaruddin S.Pdi, ada beberapa pendidikan karakter yang harus dimiliki guru: 
  • Seorang pendidik harus memiliki keikhlasan yang tinggi dalam menjalankan tugas profesinya. 
  • Seorang pendidik harus melaksanakan tugas kependidikannya dengan sabar. 
  • Seorang pendidik harus memiliki sikap kejujuran yang tinggi dengan menerapkan apa yang diajarakan dalam kehidupan pribadinya. 
  • Seorang pendidik harus senantiasa meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keilmuannya. 
  • Seorang pendidik harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode pendidikan yang variatif dan sesuai dengan tuntutan materi pendidikan. 
  • Seorang pendidik harus bersikap tegas dan meletakkan sesuatu secara proporsional. 
  • Seorang pendidik harus memahami psikologi anak. 
  • Seorang pendidik harus peka terhadap fenomena kehidupan di sekitarnya. 
  • Seorang pendidik dituntut memiliki sikap adil terhadap semua anak didiknya.

Terlepas dari segala kelemahannya, guru tetaplah akan selalu digugu dan ditiru oleh siswanya, guru akan selalu menjadi teladan dan inspirasi bagi siswanya untuk melakukan perubahan, kehadiran guru dalam kehidupan siswa sangat penting.

Guru memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa dalam proses pembelajaran (Davies dan Ellison, 1992). Begitu pentingnya peran guru dalam dunia pendidikan terutama dalam meningkatkan prestasi belajar siswa maka guru wajib untuk terus menerus meningkatkan intelektualitas, mengasah kapabilitas, serta menajamkan kecerdasan emosional, spiritual, dan fungsi sosialnya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, diharapkan dapat merangsang siswa untuk berubah dalam segala hal termasuk capaian peningkatan prestasi belajar dan hasil belajar siswa.

Artikel keren lainnya:

Cara mengatasi kurangnya budaya membaca bagi guru, siswa dan masyarakat umum dengan jalan membentuk learning community

Budaya membaca harus dimulai dari dunia pendidikan, guru sebagai pelopor dan penggerak dunia pendidikan diharapkan berperan aktif dalam menciptakan budaya membaca khususnya dikalangan siswa. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh guru adalah membuat komunitas belajar (learning community) yang bersifat terbuka dan beranggotakan beberapa orang guru atas kesadaran dan tanggung jawabnya terhadap siswa dan masyarakat umum terkait pentingnya membaca bagi peningkatan kompetensi yang dimiliki.

Kegiatan dalam Learning community akan menjadi perhatian semua orang khususnya siswa. Yang lebih menarik lagi adalah kelompok ini beranggotakan guru-guru dan bersifat terbuka untuk umum. Baik siswa, orang tua maupun masyarakat umum lainnya bisa bergabung tanpa melengkapi persyaratan-persyaratan tertentu yang harus di penuhi. 

Jerome Bruner menyatakan bahwa seseorang mendapatkan pengetahuan berdasarkan hubungan-hubungan dan keikutsertaannya pada komunitas-komunitas atau budaya-budaya tertentu. Adapun yang menjadi karakteristik positif dari komunitas belajar adalah Hubungan antar individu yang saling peduli satu sama lain, Pengharapan guru yang tinggi akan hasil belajar siswa. Inkuiri (proses mencari tahu) yang produktif dalam belajar, lingkungan belajar yang positif.

Dengan terbentuknya komunitas belajar, diantara sesama guru, siswa, orang tua dan masyarakat umum dapat saling mengisi, melengkapi dan berdiskusi terkait bagaimana menciptakan perubahan kebiasaan dan pola pikir serta kesadaran pentingnya menanamkan budaya membaca sejak usia dini dan proses penciptaan atau rekayasa situasi lingkungan sosial sehingga tercipta situasi pendidikan yang diharapkan. 

Ketika kebiasaan membaca mulai membudaya di masyarakat, setiap orang telah memandang pendidikan sebagai kebutuhan, dan selalu bercermin pada budaya-budaya yang telah membenam kemampuan berpikir dan berkreasi maka dapat dipastikan tujuan pendidikan nasional semakin mudah dicapai. 

Jadi, mengingat betapa pentingnya learning community maka diharapkan minimal satu sekolah membentuk satu komunitas membaca di masyarakat, sebagai penggeraknya adalah guru-guru dan didukung penuh siswa dan masyarakat umum. 

Cobalah untuk melahirkan budaya baru yang bersifat positif dan konstruktif melalui tangan anda. “Jangan hanya membiarkan air mengalir begitu saja, karena bisa jadi yang terbawa oleh air mengandung emas murni yang bisa mengubah hidup anda, keluarga anda, dan masyarakat disekitar anda”.

Artikel keren lainnya:

Inilah keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh guru sebagai pembeda dengan profesi lain.

Yang dimaksud dengan keterampilan dasar adalah keterampilan standar yang harus dimiliki oleh setiap individu yang berprofesi sebagai guru. Banyak orang memiliki kemampuan menjelaskan materi, namun dalam pengelolaan proses pembelajaran tidak hanya mangandalkan kemampuan menjelaskan materi tetapi butuh keterampilan dasar. Keterampilan dasar inilah yang membedakan antara guru dan profesi lain.

Seperti apakah keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh guru? 

Wragg dalam Wina Sanjaya (2008), menjelaskan bahwa keterampilan tersebut adalah: 

a. Keterampilan Dasar Membuka dan Menutup Pelajaran (Set Induction and Closure). 

Yang dimaksud dengan membuka pelajaran adalah kegitan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu bukan saja harus dilakukan oleh pada awal pelajaran, tetapi juga pada awal setiap penggalan kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran. 

Sedangkan yang dimaksud dengan menjutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang materi yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran. 

b. Keterampilan Dasar Mengelolah Kelas (Classroom Management). 

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan keterampilan mengembalikan kondisi belajar yang optimal jika terdapat gangguan dalam proses belajar, baik gangguan kecil dan sementara, maupun gangguan yang berkelanjutan. Jika terdapat gangguan-gangguan dalam proses pembelajaran, maka guru bertindak untuk mengembalikan ke situasi belajar yang optimal, maka tindakan tersebut termasuk tindakan mendisiplinkan siswa. 

c. Keterampilan Dasar Bertanya Dasar (Questioning). 

Dalam proses pembelajaran, tujuan pertanyaan yang diajukan oleh guru adalah agar siswa belajar. Artinya siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir. Penggunaan keterampilan bertanya yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran diharapkan dapat menimbulkan perubahan sikap pada guru dan siswa. Perubahan pada guru adalah lebih banyak mengundang interaksi daripada memberi informasi. Selanjutnya perubahan siswa adalah lebih banyak berpartisipasi dalam bentuk bertanya, menjawab, atau mengajukan pendapat daripada mendengarkan informasi guru. 

d. Keterampilan Dasar Memberikan Penguatan (Reinforcement). 

Keterampilan dasar memberi penguatan adalah segala bentuk respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perubahan atau responsnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi. Melalui keterampilan penguatan atau (reinforcement) yang diberikan guru, maka siswa akan merasa terdorong selamanya untuk memberikan respons setiap kali muncul stimulus dari guru; atau siswa akan berusaha menghindari respons yang dianggap tidak bermanfaat. 

e. Keterampilan Dasar Variasi Stimulus (Variation Stimulus). 

Untuk menghindari kebosanan siswa dalam proses pembelajaran, guru perlu memiliki keterampilan variasi stimulus. Variasi stimulus adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga siswa menunjukkan sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah dan berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran. Variasi ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan alat dan media pembelajaran, dan variasi dalam pola interaksi dalam kelas. 

f. Keterampilan Dasar Menjelaskan. 

Menjelaskan berarti mengorganisasikan isi pelajaran dalam urutan yang terencana sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Memberikan penjelasan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari kegiatan seorang guru. Interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan, baik oleh guru sendiri maupun antara guru dan siswa atau antara siswa dan siswa. Di antara ketiga pola interaksi itu, biasanya guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan. Lebih jauh lagi, sebahagian besar pembicaraan guru mempunyai pengaruh langsung kepada siswa. Oleh karena itu, setiap kegiatan seperti itu harus dibenahi untuk meningkatkan efektivitas agar dapat mencapai hasil yang optimal dari penjelasan itu. 

g. Keterampilan Dasar Memimpin Diskusi. 

Diskusi kelompok merupakan salah satu strategi yang memungkin siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui suatu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam berdiskusi kelompok yaitu: berlangsung dalam iklim terbuka atau dalam suasana persahabatan, harus didahului oleh perencanaan yang matang, mempunyai kekuatan atau keuntungan yang dapat dimanfaatkan, dan diskusi kelompok mempunyai kelemahan yang dapat menimbulkan kegagalan atau tidak mencapai tujuan. 

h. Keterampilan Dasar Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan. 

Pembelajaran klasikal (kelas besar) mengabaikan perbedaan individual. Semua siswa dalam suatu kelas dianggap mempunyai kebutuhan, kemampuan, dan kecepatan yang sama, oleh karena itu semua siswa diperlakukan dengan cara yang sama. Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan secara umum dan mutu proses pembelajaran secara khusus, perbedaan individual perlu mendapat perhatian yang memadai sehingga perlakuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa. 

Artikel keren lainnya:

Kelemahan Siswa dalam memahami materi yang diajarkan ditinjau dari sisi gurunya

Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran tidak selamanya bersumber dari diri pribadi siswa itu sendiri, melainkan dapat pula disebabkan oleh faktor gurunya. Disinilah peran penting “kegiatan evaluasi” sangat diperlukan oleh guru, tujuannya untuk merefleksi proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Hasil dari evaluasi diharapkan dapat memperbaiki segala kekurangan utamanya cara atau metode mengajar guru.

Berikut beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh guru yang berdampak pada kurangnya kemampuan siswa memahami materi yang diajarkan menurut Muhammad Asdar Darise, S.Pd :
  1. Guru kurang memahami integritas dan perannya sebagai guru
  2. Guru dalam memberikan materi terkadang melupakan prinsip-prinsip pembelajaran. 
  3. Siswa dianggap sebagai objek pembelajaran bukan subjek pembelajaran. 
  4. Guru hanya menjelaskan apa yang akan diajarkan tanpa memanfaatkan kemampuan yang dapat dilakukan oleh seorang siswa. 
  5. Guru kurang mampu mengembangkan kemampuan sosial siswa. 
  6. Guru dalam memberi pelajaran terkesan monoton dan tidak kreatif dalam menarik minat siswa untuk ikut dalam proses pembelajaran. 


Artikel keren lainnya:

Pentingnya wali kelas membuat buku catatan kebaikan siswa dalam rangka meningkatkan capaian hasil belajar siswa

Judul di atas adalah merupakan cara termudah untuk mendorong anak perwalian berkompetisi melakukan perubahan pada dirinya. Wali kelas tidak perlu berteriak hanya untuk mengingatkan anak melakukan tindakan positif, cukup dengan mencatat semua prilaku siswa yang bernilai positif setiap hari didalam buku catatan kebaikan siswa.

Kemudian setiap akhir pekan misalnya hari sabtu, wali kelas membaca catatan-catatan kebaikan selama seminggu di kelas perwaliannya. Jika perlu, yang paling banyak melakukan kebaikan diberikan stimulus yang bisa memancing siswa lainnya untuk melakukan hal yang sama. 

Pemberian stimulus bisa berupa hadiah, atau mungkin dibuatkan rompi sebagai simbol bahwa siswa tersebut merupakan siswa terbaik pada minggu itu atau dalam bentuk lain yang mendidik yang bisa memancing respons siswa.

Jika ini berjalan sesuai rencana maka akan tercipta persaingan atau kompetisi positif diantara siswa. Diharapkan kompetisi atau persaingan tersebut dapat meningkatkan motivasi siswa untuk melakukan perubahan sikap dan prilaku atas kemauan sendiri, hal ini lebih memudahkan kerja wali kelas untuk menanamkan nilai-nilai positif tanpa harus menghabiskan energi hanya untuk mendorong siswa melakukan perbuatan baik. 

Artikel keren lainnya:

Pentingnya siswa membaca puisi sebelum memulai pelajaran terutama pelajaran pertama

Puisi dapat membangkitkan semangat, motivasi, keberanian, keteguhan, percaya diri dan memperkaya jiwa. Puisi mampu mempengaruhi perasaan seseorang sehingga terbawa mengikuti pesan yang disampaikan. Sasaran puisi adalah hati setiap manusia, olehnya itu, sangatlah baik jika sebelum memulai pelajaran disarankan untuk membaca puisi.

Sekolah dapat membuat program membaca puisi ini, pelaksanaannya dapat dilakukan di kelas atau pada saat apel. Jika pelaksanaannya di kelas, sedapat mungkin dilakukan dengan cara bergilir sehingga semua siswa mendapatkan kesempatan, namun apabila disampaikan melalui apel maka butuh keterlibatan guru Bahasa Indonesia dan guru seni untuk membina beberapa siswa tentang membaca puisi yang baik dan benar untuk kemudian siswa binaan tersebut secara bergilir menyampaikannya pada saat apel.

Bila program ini berjalan dan terjadwal dengan baik, maka pengaruhnya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, hal ini terjadi sebagai dampak dari menggeloranya jiwa siswa setelah menyimak, menghayati dan mengamalkan pesan dalam puisi tersebut. 

Ketika motivasi belajar meningkat, secara tidak langsung juga dapat membuka kesadaran siswa untuk meningkatkan pula prestasi belajar dan hasil belajarnya.

Artikel keren lainnya:

14 Prinsip pembelajaran kurikulum 2013 yang wajib diketahui oleh guru, siswa dan orang tua dalam rangka mencapai tujuan nasional pendidikan

Agar kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik, maka semua unsur yang terlibat dalam dunia pendidikan harus menaati prinsip kurikulum 2013, prinsip inilah yang membedakan kurikulum 2013 dengan kurikulum lainnya.

Prinsip kurikulum 2013 merupakan jawaban perubahan paradigma global. Ada 14 prinsip kurikulum 2013, keempat belas prinsip dimaksud adalah:
  1. Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;
  2. Peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar;
  3. Menggunakan pendekatan ilmiah;
  4. Berbasis kompetensi;
  5. Terpadu;
  6. Menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi;
  7. Berbasis keterampilan aplikatif;
  8. Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard--‐skills dan soa--‐skills;
  9. Mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
  10. Menerapkan nilai--‐nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
  11. Berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
  12. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
  13. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik;
  14. Suasana belajar menyenangkan dan menantang.

Artikel keren lainnya:

3 Elemen kunci yang harus dimiliki sebelum memutuskan untuk menjadi guru

Dunia pendidikan penuh tantangan dan masalah baik secara internal maupun eksternal. Secara internal dapat berupa kenakalan siswa, pengelolaan kelas, dokumen mengajar dan sebagainya, sedangkan secara eksternal dapat berupa peran orang tua siswa, kebijakan dan lain sebagainya.

Dibutuhkan kematangan seorang guru dalam menyikapinya, olehnya itu sebelum menjadi guru maka pastikan terlebih dahulu untuk memiliki tiga elemen kunci berikut:

1. Kepemimpian yang kuat dan visioner
Seorang guru wajib memiliki jiwa pemimpin karena dalam pelaksanaan pembelajaran, guru ibarat seorang pemimpin bagi siswanya. Mengelola sejumlah siswa dengan beragam latar dan karakter membutuhkan keteguhan yang kuat dan selalu memperbaiki visi agar setiap perubahan yang terjadi dapat dijadikan sebagai potensi dan kapasitas demi perbaikan pembelajaran.

2. Bekerjasama dalam tim
Disekolah terdapat beberapa rumpun mata pelajaran, masing-masing rumpun mata pelajaran terdiri dari beberapa orang guru, olehnya itu setiap guru mata pelajaran diharapkan dapat menyatukan visi dan misi sehingga pembelajaran dapat berjalan bersama khususnya guru yang memiliki mata pelajaran serumpun. Biasanya kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), dalam MGMP dibahas berbagai persoalan yang timbul, materi pelajaran, dan perencanaan administrasi lain yang mendukung proses pembelajaran. 

3. Kompetensi dan Keahlian
Dalam Undang-undang sisdiknas dan undang-undang guru dan dosen secara nyata dijelaskan bahwa guru harus memiliki empat kompetensi yakni pedagogik, akademik, sosial dan profesional. Kompetensi ini selain harus dimiliki juga harus selalu diperbaharui agar memudahkan dalam menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran. Untuk melengkapi kompetensi dimaksud, seorang guru harus ahli dalam bidangnya. Keahlian ini ditujukan untuk membangun kepercayaan siswa terhadap gurunya, penilaian dan kepercayaan siswa dapat membantu upaya peningkatan motivasi belajar siswa yang nantinya akan bermuara pada prestasi belajar siswa dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa baik secara kuantitas maupun kualitas.

Artikel keren lainnya:

Pentingnya keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan siswa sehari-hari

Peningkatan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai upaya diberlakukan termasuk penyempurnaan kurikulum yang terdiri atas empat domain yakni standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian.

Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Olehnya itu, tiap warga belajar harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Perubahan yang diinginkan oleh segenap bangsa adalah perubahan yang positif dalam upaya mencapai mutu pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu sumberdaya manusia sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kualitas pendidikan.

Salah satu faktor utama keberhasilan pendidikan adalah materi pelajaran. Materi pelajaran merupakan inti dari pembelajaran. Berdasarkan standar isi, materi pelajaran telah dipetakkan menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus di tuntaskan oleh siswa. Didalamnya terdapat target pencapaian, target ini dibutuhkan peran maksimal dari guru untuk melakukan transfer ilmu pengetahuan sesuai dengan standar kompetensi lulusan.

Mengingat betapa beratnya tugas guru, maka guru harus memiliki kompetensi yang mumpuni sebagai dampak dari beragamnya masalah dalam dunia pendidikan termasuk kemampuan siswa menerima materi pelajaran. Daya serap siswa yang berbeda-beda membutuhkan model dan metode yang tepat, menarik dan variatif sehingga dapat merangsang respon siswa untuk belajar dan mengembangkan kompetensinya.

Materi pelajaran sebaiknya dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan pemahaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting agar proses refleksi siswa berjalan bersamaan dengan materi yang diberikan. Tentunya, proses refleksi dapat membantu dan memudahkan siswa melakukan proses mengingat, mengamati dan, menganalisis.

Akan berbeda halnya dengan pemberian materi yang jauh dari kehidupan nyata siswa, keadaan dimana siswa belum pernah mengalaminya. Motivasi untuk memecahkan informasi yang diterima terhalang oleh ketidakmampuan memahami dan mengolah informasi tersebut. Hal ini akan berdampak pada minimnya perolehan hasil belajar siswa akibat kurangnya pengetahuan yang dikuasai terhadap obyek materi yang diberikan.

Pendidikan saat ini, sebagian besar pembelajaran menggunakan metode ceramah yang bersifat dominatif dimana segala sesuatunya ditentukan sepenuhnya oleh guru, dan peserta didik tinggal menyesuaikan dengan ketentuan guru. Sehingga pola pembelajaran semacam ini akan menyebabkan siswa pasif dan kehilangan otonominya untuk berfikir atas inisiatifnya sendiri. Untuk itu perlu pembenahan, metode pembelajaran yang dilakukan harus ditinjau kembali. Sebagaimana apa yang dijelaskan oleh Zamroni (2000 : 26) guru harus melakukan tiga hal yaitu (1) Menggerakkan, membangkitkan dan menggabungkan semua kemampuan yang dimiliki siswa. (2) Menjadikan apa yang ditransfer menjadi suatu yang menantang diri siswa. (3) Mengkaji secara mendalam materi yang ditransfer sehingga menimbulkan keterkaitan dengan pengetahuan yang lain. 

Atas dasar itulah, sehingga paradigma pembelajaran kurikulum 2013 mengalami perubahan. “dari diberi tahu menjadi mencari tahu”, guru bukan lagi sumber belajar satu-satunya melainkan salah satu sumber belajar. Diharapkan siswa lebih aktif melakukan proses penemuan, pemecahan masalah, analisis sampai penarikan kesimpulan.

Metode pembelajaran lebih ditekankan pada metode discovery learning, inquiry based learning, problem basic learning dan project basic learning. Metode ini dinilai mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa, karena pemberian pembelajaran dilakukan dengan pendekatan pemanfaatan potensi dan kapasitas siswa dan lingkungan sekitar.

Dengan demikian, materi pelajaran selalu memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, proses pembelajaran berjalan sesuai dengan kemampuan siswa. Langkah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, proses memaksimalkan hasil belajar siswa, capaian keberhasilan pembelajaran dan upaya peningkatan prestasi belajar siswa serta proses peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilaksanakan dengan mudah sehingga akan sejalan dengan proses pencapaian standar kompetensi lulusan yang telah dirumuskan melalui kurikulum 2013.

Artikel keren lainnya:

Langkah-langkah kerja pelaksanaan audit proses pembelajaran yang sesuai dengan implementasi kurikulum 2013

Untuk memastikan ketersediaan dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam mendukung keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Saintifik sesuai implementasi  kurikulum 2013, maka dibutuhkan audit internal. Audit ini bisa dilaksanakan oleh kelompok mata pelajaran atau langsung oleh kepala sekolah.
Adapun langkah-langkah kerjanya dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penutup. Apa yang harus dikerjakan pada setiap tahap tersebut? Berikut langkah-langkah kerjanya.

1. Perencanaan
  • Menyiapkan Form Audit Internal, Alat Bantu Audit, panduan wawancara (bila diperlukan)
  • Memastikan cara menggunakan/mengisi tiap dokumen atau Form audit internal

2. Pelaksanaan
  • Dapatkan Regulasi pendukung  tentang  Standar Proses
  • Dapatkan Dokumen prosedur tentang penyusunan RPP
  • Dapatkan dokumen RPP
  • Lakukan wawancara dengan guru mata pelajaran terkait dokumen RPP yang telah dimiliki/disusun
  • Lakukan verifikasi terkait dengan kesesuaian langkah-langkah pembelajaran apakah sudah memuat/ mengintegrasikan pendekatan saintifik (5M)
  • Buat catatan tentang hal-hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang perlu ditindak lanjuti (dalam bentuk form)
  • Komunikasikan hasil  verifikasi dengan guru mata pelajaran baik kekuatan maupun hal-hal yang perlu ditindaklanjuti dari RPP yang telah disusun
  • Lakukan Kesepakatan waktu penyelesaian rencana tindak dengan Guru mata pelajaran

3. Penutup
  • Komunikasikan kepada Kepala Sekolah tentang rencana tindak lanjut dan waktu penyelesaian
  • Meminta tandatangan Kepala Sekolah pada Form Tindak lanjut atau rekomendasi


Artikel keren lainnya:

Tujuan penilaian hasil belajar siswa bagi guru dalam proses belajar mengajar

Hasil belajar berbeda dengan prestasi belajar. Hasil belajar mencakup perubahan yang dialami oleh siswa dalam hal sikap dan perbuatan atau terbentuknya karakter yang diharapkan. Sedangkan prestasi belajar mencakup kemampuan pengetahuan yang dikuasai oleh siswa terhadap materi yang diberikan.

Baik hasil belajar maupun prestasi belajar siswa perlu dilakukan tindakan penilaian. Khusus hasil belajar siswa, tujuan tindakan penilaian dilakukan menurut Zainal Arifin (2012) bahwa :
  1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan. 
  2. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap program pembelajaran. 
  3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. 
  4. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat dijadikan dasar bagi guru untuk memberikan pembinaan dan pengembangan lebih lanjut, sedangkan kelemahannya dapat dijadikan acuan untuk memberikan bantuan atau bimbingan. 
  5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis pendidikan tertentu. 
  6. Untuk menentukan kenaikan kelas. 
  7. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya


Selain itu, dalam melakukan tindakan penilaian hasil belajar perlu memperhatikan hal-hal berikut:

  1. Penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi yang akan dinilai, alat penilaian dan interpretasi hasil penilaian. 
  2. Penilaian harus menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran. 
  3. Untuk memperoleh hasil yang objektif, penilaian harus menggunakan berbagai alat (instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non-tes. 
  4. Pemilihan alat penilaian harus sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan. 
  5. Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreatifitas peserta didik, seperti : tes tertulis esai, tes kinerja, hasil karya peserta didik, proyek, dan portofolio. 
  6. Objek penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. 
  7. Penilaian harus mengacu kepada prinsip diferensiasi, yaitu memberikan peluang kepada peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui, apa yang dipahami dan apa yang dapat dilakukan. 
  8. Penilaian tidak bersifat diskriminatif. Artinya, guru harus bersikap adil dan jujur kepada semua peserta didik, serta bertanggung jawab kepada semua pihak. 
  9. Penilaian harus diikuti dengan tindak lanjut. 
  10. Penilaian harus berorientasi kepada kecakapan hidup dan bersifat mendidik.

Artikel keren lainnya:

Kriteria penilaian proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran atau tingkat ketuntasan pembelajaran perlu dilakukan tindakan penilaian. Mengukur penilaian proses dan hasil belajar siswa menggunakan alat penilaian. Alat penilaian dapat menggunakan tes maupun non tes. Guna memperoleh hasil yang akurat dan valid maka perlu memperhatikan beberapa kritaria diantaranya kesesuaian dengan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator; kesesuaiannya dengan tujuan dan fungsi penilaian, unsur-unsur penting dalam penilaian, aspek-aspek yang dinilai, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, jenis dan alat penilaian.

1. Kesesuaian dengan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator
Kompetensi dasar merupakan hal yang harus dicapai oleh siswa, diharapkan hasil belajar siswa akan terjadi perubahan karakter dan mental siswa sesuai dengan kompetensi dasar. Untuk itu dalam merumuskan indikator perlu dibuat semata-mata guna mencapai kompetensi dasar.

2. Kesesuaian dengan tujuan dan fungsi penilaian
Dalam melaksanakan penilaian, terlebih dahulu menentukan tujuan dilaksanakannya penilaian. Tujuan itu akan mengarahkan proses pelaksanaannya agar lebih fokus pada aspek yang akan dinilai. 

3. Kesesuaian dengan unsur penilaian
Sebelum melaksanakan penilaian, unsur-unsur yang menunjang proses penilaian harus diperhatikan agar menghasilkan data dan informasi yang akurat, valid dan obyektif. 

4. Kesesuaian dengan aspek-aspek yang dinilai
Data seperti apa yang ingin anda peroleh? Aspek-aspek penilaian akan menjawab kebutuhan tujuan dilaksanakannya penilaian. Olehnya itu, aspek yang akan dinilai harus dipertegas sehingga dapat diperoleh data yang diharapkan.

5. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didik merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan pembelajaran karena berkaitan erat dengan kompetensi yang dimiliki. Olehnya itu dalam menyusun alat atau instrumen penilaian baik tes maupun non-tes, tingkat perkembangan peserta didik menjadi salah satu yang harus dipertimbangkan.

6. Kesesuaian dengan jenis dan alat penilaian
Mengukur proses dan hasil belajar siswa tergantung alat dan jenis penilaian yang digunakan baik tes maupun non-tes. 

Artikel keren lainnya:

Evaluasi, Penilaian, Pengukuran dan Tes. Apakah mengandung arti yang berbeda?

Bagi guru, selalu dihadapkan dengan keempat istilah di atas, Evaluasi, Penilaian, Pengukuran dan Test atau Non Test. Keempat istilah ini selalu berkaitan dengan pembelajaran, akan tetapi apakah keempat istilah ini mengandung arti yang sama? Sebagian orang justru menganggap ini adalah sama, tetapi jika diteliti lebih jauh maka ternyata keempatnya memiliki arti yang berbeda.

Apa itu Evaluasi?
Guba dan Lincoln (1985 : 35), mendefinisikan evaluasi sebagai “a process for describing an evaluand and judging its merit and worth”. (suatu proses untuk menggambarkan evaluan (orang yang dievaluasi) dan menimbang makna dan nilainya). Sax (1980 : 18) juga berpendapat “evaluation is a process through which a value judgement or decision is made from a variety of observations and from the background and training of the evaluator”. (evaluasi adalah suatu proses dimana pertimbangan atau keputusan suatu nilai dibuat dari berbagai pengamatan, latar belakang serta pelatihan dari evaluator). Dari dua rumusan tentang evaluasi ini, dapat kita peroleh gambaran bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu untuk membuat suatu keputusan.

Apa itu penilaian ? 
Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment, bukan dari istilah evaluation. Dalam proses pembelajaran, penilaian sering dilakukan guru untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai peserta didik. Artinya, penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi bersifat menyeluruh yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Sementara itu, Anthony J.Nitko (1996 : 4) menjelaskan “assessment is a broad term defined as a process for obtaining information that is used for making decisions about students, curricula and programs, and educational policy”. (penilaian adalah suatu proses untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk membuat keputusan tentang peserta didik, kurikulum, program, dan kebijakan pendidikan).

Apa itu pengukuran ? 
Ahmann dan Glock dalam S.Hamid Hasan (1988 : 9) menjelaskan ‘in the last analysis measurement is only a part, although a very substansial part of evaluation. It provides information upon which an evaluation can be based… Educational measurement is the process that attempt to obtain a quantified representation of the degree to which a trait is possessed by a pupil’. (dalam analisis terakhir, pengukuran hanya merupakan bagian, yaitu bagian yang sangat substansial dari evaluasi. Pengukuran menyediakan informasi, di mana evaluasi dapat didasarkan ... Pengukuran pendidikan adalah proses yang berusaha untuk mendapatkan representasi secara kuantitatif tentang sejauh mana suatu ciri yang dimiliki oleh peserta didik). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Wiersma dan Jurs (1985), bahwa “technically, measurement is the assignment of numerals to objects or events according to rules that give numeral quantitative meaning”. (secara teknis, pengukuran adalah pengalihan dari angka ke objek atau peristiwa sesuai dengan aturan yang memberikan makna angka secara kuantitatif).

Apa itu tes ? 
Istilah tes berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piring atau jambangan dari tanah liat. Istilah tes ini kemudian dipergunakan dalam lapangan psikologi dan selanjutnya hanya dibatasi sampai metode psikologi, yaitu suatu cara untuk menyelidiki seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan mulai dari pemberian suatu tugas kepada seseorang atau untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Sebagaimana dikemukakan Sax (1980 : 13) bahwa “a test may be defined as a task or series of task used to obtain systematic observations presumed to be representative of educational or psychological traits or attributes”. (tes dapat didefinisikan sebagai tugas atau serangkaian tugas yang digunakan untuk memperoleh pengamatan-pengamatan sistematis, yang dianggap mewakili ciri atau aribut pendidikan atau psikologis).

Jika pemahaman disederhanakan, dapatlah dikatakan bahwa evaluasi menyangkut keseluruhan sistem pembelajaran, penilaian hanya pada aspek tertentu, pengukuran merupakan tindakan untuk mendapatkan data berupa proses atau hasil belajar dalam bentuk kuantitatif, sedangkan tes merupakan alat untuk melakukan pengukuran.

Artinya, evaluasi mencakup penilaian, pengukuran dan tes. Penilaian mencakup pengukuran dan tes. Pengukuran mencakup tes. Sedangkan tes alat untuk melakukan pengukuran.

Bagaimana penggunaannya?
  1. Jika anda ingin menilai pembelajaran, maka tepatnya disebut evaluasi pembelajaran
  2. Jika anda ingin menilai proses pembelajaran atau hasil belajar, maka tepatnya disebut penilaian.
  3. Jika ingin mengetahui proses atau hasil belajar secara kuantitatif (angka/skor) maka tepatnya disebut dengan pengukuran.
  4. Jika ingin mengukur proses atau hasil belajar tersebut menggunakan istrumen atau alat maka alat atau instrumen disebut dengan alat ukur (tes)


Artikel keren lainnya:

Fungsi ulangan terhadap prestasi belajar siswa dan hasil belajar siswa

Ulangan pada umumnya digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, sehingga ulangan menggunakan alat ukur berupa tes karena hasil yang diharapkan berupa data yang bersifat kuantitatif. 

Itulah yang kita pahami selama ini, sehingga pelaksanaannya tidak dilakukan secara kontinyu atau secara periodik atau hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Ulangan pada umumnya dilaksanakan setelah selesai pemberian materi pelajaran, apakah per standar kompetensi (SK) atau per kompetensi dasar (KD). Padahal jika hanya untuk mengukur prestasi belajar siswa per SK dan KD dapat menggunakan sistem penilaian lain.

Pada prinsipnya, ulangan tidak ditujukan untuk mengukur prestasi belajar siswa, ulangan dilaksanakan untuk memantapkan penguasaan siswa terhadap materi.  Ulangan dapat dilaksanakan dalam bentuk review, latihan, pengembangan keterampilan dan konsep-konsep. Tes yang digunakan tidak dituntut harus memiliki kesulitan tinggi tetapi lebih pada bagaimana siswa mampu mengerjakan setiap tes yang diberikan dengan harapan motivasi siswa meningkat dan semakin memantapkan pengetahuan yang mereka miliki.


Ketika aspek pengetahuan menjadi mantap, artinya siswa menguasai setiap SK dan KD yang diajarkan maka akan berpengaruh pada hasil belajar siswa dalam bentuk perubahan sikap dan karakter siswa dalam kehidupan nyata.

Artikel keren lainnya:

SMS Group dari Telkomsel Fasilitas Terbaik Buat Informasi Sekolah kepada seluruh Warga Sekolah

Saya pernah menulis tentang SMS Gateway, tulisan saya pada saat itu mengulas keuntungan dan kerugian yang diperoleh sekolah menggunakan fasilitas SMS Gateway. Pada ulasan saya tersebut, biaya termasuk masalah yang dihadapi sekolah, sehingga hanya sekolah-sekolah tertentu yang mampu menggunakan SMS gateway.

Telkomsel sebagai salah satu operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, mencoba menawarkan salah satu paket programnya yang bisa dimanfaatkan oleh sekolah. Program yang dimaksud adalah SMS Group, biaya yang dikeluarkan juga cukup sedikit yakni Rp. 55/SMS, belum lagi bonus SMS yang bisa digunakan oleh semua anggota group. 

SMS yang dikirim dapat dibaca oleh semua anggota group, semua anggota group juga dapat mengirim SMS yang juga dapat dibaca oleh semua anggota group lainnya. Jumlah anggota group tidak terbatas. Kelebihan lainnya adalah dapat mensuport semua jenis dan merek HP, karena pesan yang muncul hanya bersifat SMS biasa.

Intinya, sekolah dapat memanfaatkan SMS Group untuk kepentingan advokasi, pesan motivasi, informasi sekolah, pengumuman, laporan penggunaan dana jika orang tua siswa juga didaftar dalam group, komunikasi guru dan siswa, dan lain sebagainya. 

Membuat group di SMS Group Telkomsel tidak membutuhkan biaya, anda cukup mengetik

*500*8118#  

Kemudian kirim, anda akan diminta memasukkan nama anda dan nama group anda. Selanjutnya tinggal mendaftarkan nomor HP siswa dan guru disekolah anda dengan cara: Andi 0852xxxxxxxx, Sulmi 0853xxxxxxxx dan seterusnya. Nomor yang didaftarkan akan mendapatkan SMS, tinggal dijawab Ya maka mereka akan tergabung dalam group.  Jika anda sebagai admin group maka sebaiknya anda mempunyai daftar nomor anggota group, hal ini diperlukan untuk menghapus nomor siswa yang sudah tamat atau sudah pindah dari sekolah anda sehingga anggota group benar-benar adalah siswa di sekolah anda.

Selamat mencoba

Artikel keren lainnya:

Tujuh langkah kepemimpinan pembelajaran lengkap dengan indikatornya

Tugas utama yang diemban oleh seorang kepala sekolah adalah memimpin jalannya proses belajar mengajar di sekolah menuju pencapaian hasil belajar yang maksimal. Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah bertanggung jawab atas prestasi atau hasil belajar siswa di sekolah yang dipimpinnya.

Dengan demikian, demi kelancaran tugas sebagai kepala sekolah, maka McEwan tahun 2002 menyusun konsep kepemimpinan dengan tujuh langkah kepemimpinan pembelajaran yang efektif. Ketujuh langkah dimaksud adalah:

1. Menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas
  • Melibatkan guru-guru dalam mengebangkan dan menerapkan tujuan dan sasaran pembelajaran sekolah.
  • Mengacu kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah/system pendidikan dalam mengembangkan program pembelajaran.
  • Memastikan aktivitas sekolah dan kelas konsisten dengan tujuan pembelajaran.
  • Mengevaluasi kemajuan pencapaian tujuan pembelajaran

2. Menjadi Nara sumber bagi staf
  • Bekerjasama dengan guru untuk untuk memperbaiki program pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan kebutuhan siswa
  • Membuat program pengembangan pembelajaran yang didasarkan atas hasil penelitian dan praktik yang baik
  • Menerapkan prosedur formatif yang baik dalam mengevaluasi program pembelajaran

3. Menciptakan Budaya dan iklim sekolah yang kondusif bagi pembelajaran
  • Menciptakan kelas-kelas inklusif yang memberi kesan bahwa di dalamnya semua siswa boleh belajar
  • Menyediakan waktu yang lebih panjang untuk belajar (dalam kelas tersebut) bagi siswa-siswa yang membutuhkannya
  • Mendorong agar guru berperilaku positif dalam kelas sehingga membuat iklim pembelajaran baik dan tertib dalam kelas
  • Menyampaikan pesan-pesan kepada siswa dengan berbagai cara bahwa mereka bisa sukses
  • Membuat kebijakan yang berkaitan dengan kemajuan belajar siswa pekerjaan rumah, penilaian, pemantauan kemajuan belajar, remediasi, laporan hasil belajar, kenaikan/tinggal)


Pertama, Menetapkan sasaran prestasi siswa yang akan dikomunikasikan secara langsung kepada siswa, guru dan orang tua.
Kedua, Menetapkan aturan yang jelas mengenai waktu penggunaan kelas untuk
pembelajaran dan monitor waktu efektif penggunaannya.
Ketiga, Menetapkan, laksanakan, dan evaluasi prosedur dan aturan untuk menangani dan menegakkan masalah-masalah disiplin bersama dengan guru
dan siswa (sebagaimana mestinya).

4. Mengkomunikasikan visi dan misi sekolah ke staf
  • Melakukan komunikasi dua arah secara sistimatis dengan staff tentang tujuan dan sasaran lembaga (sekolah)
  • Menetapkan, mendukung, dan melaksanakan aktivitas yang mengkomunikasikan kepada siswa tentang nilai dan arti belajar
  • Mengembangkan dan gunakan saluran-saluran komunikasi dengan orang tua untuk menyampaikan tujuan-tujuan sekolah yang telah ditetapkan

5. Mengkondisikan staf untuk mencapai cita-cita profesional tinggi.
  • Melibatkan diri Anda mengajar secara langsung di kelas
  • Membantu guru-guru dalam mengupayakan dan mencapai keinginan profesionalnya yang berkaitan dengan pembelajaran sekolah dan pantau apakah keinginannya itu terwujud
  • Melakukan observasi terhadap semua kelas secara teratur, baik secara informal atau formal
  • Melibatkan diri Anda dalam persiapan observasi kelas
  • Melibatkan diri Anda dalam rapat-rapat yang membahas hasil observasi terutama yang menyangkut perbaikan pembelajarani.
  • Melakukan evaluasi yang mendalam, bertanggungjawab, mengarahkan,dan memberi rekomendasi bagi pengembangan pribadi dan profesi sesuai dengan kebutuhan individu

6. Mengembangkan kemampuan profesional guru
  • Membuat jadwal, rencana, atau fasilitasi berbagai rapat (perencanaan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau pelatihan dalam jabatan) guru yang membicarakan isu-isu pembelajaran.
  • Memberi kesempatan guru untuk mengikuti pelatihan tentang kolaborasi, membuat keputusan bersama, coaching, mentoring, pengembangan kurikulum, dan presentasi
  • Memberi motivasi dan suberdaya pada guru untuk berpartisipasi dalam aktivitas pengembangan profesional

7. Bersikap positif terhadap siswa, staf, dan orang tua.
  • Melayani siswa dan berkomunikasilah dengan mereka mengenai berbagai aspek kehidupan sekolah mereka
  • Berkomunikasi dengan dengan semua staff dilakukan secara terbuka dengan menghormati perbedaan pendapat yang ada
  • Menunjukan perhatian terhadap masalah-masalah siswa, guru, dan staf dan libatkan diri dalam pemecahan masalah mereka seperlunya
  • Menunjukkan kemampuan hubungan interpersonal dengan semua pihak
  • Selalu menjaga moral yang baik
  • Selalu tanggap terhadap apa yang menjadi perhatian staf, siswa, dan orang tua
  • Mengakui/memuji keberhasilan/kemampuan orang lain


Artikel keren lainnya:

Cara menentukan skor nilai pada soal esay dengan benar berdasarkan tingkat kesulitannya.

Menentukan skor nilai pada soal pilihan ganda sangat mudah, namun bagaimana dengan soal esay? Tentunya membutuhkan analisis guru setiap soal. Soal esay terbagi atas tiga yakni soal dengan tingkat kesulitan rendah, soal dengan tingkat kesulitan menengah dan soal dengan tingkat kesulitan tinggi. Ketiga bentuk soal ini memiliki perbedaan untuk menentukan skor nilai, dasarnya adalah tingkat kesulitan soalnya.

Pemberian skor nilai pada soal esay dapat diselesaikan dengan menggunakan instrument penilaian soal. Instrumen itu memuat No, Nomor Soal, Kegiatan, dan Skor. Misalnya:
  1. Jelaskan perbedaan antara iklim dan cuaca
  2. Sebutkan 4 Alasan mengapa Belanda menjajah Indonesia

Skor nilai pada soal di atas dapat ditentukan dengan cara berikut (sebaiknya diselesaikan menggunakan tabel):
a. Soal nomor 1, deteksi kemungkinan jawaban siswa dengan pernyataan berikut:
  • Jika siswa menjawab benar pengertian iklim dan cuaca maka skornya adalah 3
  • Jika siswa menjawab benar pengertian iklim dan menjawab salah pengertian cuaca maka skornya adalah 2
  • Jika siswa menjawab salah pengertian iklim dan menjawab benar pengertian cuaca maka skornya adalah 2
  • Jika siswa menjawab salah, baik pengertian cuaca maupun iklim maka skornya adalah 1
  • Jika  siswa tidak menuliskan satu katapun maka skornya adalah 0

b. Soal nomor 2, deteksi kemungkinan jawaban siswa dengan pernyataan berikut:
  • Jika siswa menuliskan 4 alasan dengan benar maka skornya adalah 5
  • Jika siswa menuliskan 3 alasan dengan benar maka skornya adalah 4
  • Jika siswa menuliskan 2 alasan dengan benar maka skornya adalah 3
  • Jika siswa menuliskan 1 alasan dengan benar maka skornya adalah 2
  • Jika siswa menuliskan alasan tetapi salah maka skornya adalah 1
  • Jika siswa tidak menuliskan satu alasan pun maka skornya adalah 0

(Catatan, skor maksimal diberikan pada setiap nomor tergantung jumlah kemungkinan jawaban siswa.)

Kemudian tentukan berapa nilai yang dicapai oleh siswa berdasarkan contoh soal di atas, caranya:

Sebelum memeriksa lembar jawab siswa, terlebih dahulu hitung jumlah skor maksimal. Pada contoh di atas jumlah skor maksimal adalah 8, diperoleh dari skor maksimal pada soal nomor 1 yakni 3 dan skor maksimal pada nomor 2 yakni 5.

Misalnya:

Setelah memeriksa hasil ulangan siswa ditemukan si Andi memperoleh skor nilai pada soal nomor 1 adalah 2 karena hanya bisa menjawab benar pengertian cuaca sementara pengertian iklim salah, sementara pada soal nomor 2 memperoleh skor nilai sebesar 5 karena dapat menuliskan 4 alasan mengapa Belanda menjajah Indonesia dengan benar. Jadi jumlah skor yang diperoleh si Andi adalah 2 + 5 = 7. Kemudian konversi nilai yang diperoleh si Andi menggunakan rumus berikut:

    Nilai perolehan = (Skor yang dicapai : Skor maksimal) X 100

Nilai si Andi adalah:

   (7 : 8) x 100 = 87,5

Ket: 7 = jumlah nilai yang diperoleh si Andi, 8 = jumlah skor nilai maksimal dari nomor 1 sampai nomor 2.

Jadi nilai yang diperoleh si Andi adalah 87,5

Artikel keren lainnya:

Tujuan pelaksanaan pendidikan bela negara bagi siswa di sekolah dan lingkungannya

Pendidikan bela negara wajib diberikan di sekolah, pendidikan bela negara bertujuan untuk membela negara yang didorong oleh rasa cinta terhadap tanah air.  Para pejuang rela berkorban dan pantang menyerah dalam membela negara. Mereka tidak mengharapkan penghargaan, imbalan secara berlebihan, bahkan mereka berjuang tanpa pamrih. Sikap ini seringkali disebut dengan sikap seorang patriot. 

Partriotisme adalah sikap cinta tanah air dengan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara guna menjaga persatuan, kesatuan dan keselamatan bangsa. 

Sikap patriot oleh siswa dapat diapresiasi melalui tidak berbuat onar baik di sekolah maupun di luar sekolah, tidak terlibat dengan narkoba, tidak ikut mabuk-mabukan, rajin belajar, berprestasi, membantu orang tua di rumah, menghormati agama lain, aktif dalam kegiatan remaja dan melakukan hal-hal yang terpuji lainnya.

Dengan mengajarkan pendidikan bela negara di sekolah diharapkan terjadi kesinambungan pembelaan negara secara terus menerus atau dari generasi ke generasi sehingga tidak terputus. Maka kemudian, negara ini menjadi semakin kokoh berdiri tegak sejajar dengan negara-negara lain serta berdaulat di mata negara lain. Keutuhan dan kesatuan serta persatuan akan semakin kuat karena kehadiran generasi baru dapat memberi warna baru sebagai antisipasi dampak dari dinamisnya pola prilaku masyarakat yang heterogen.

Artikel keren lainnya:

Contoh Naskah Protokol Acara Pembukaan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) OSIS di Sekolah

Bismillahi rahmani rahim
Assalamu alaikum wr.wb.

Bapak kepala SMP Negeri .................. yang kami hormati
Bapak ibu guru yang kami hormati
Rekan-rekan panitia LDK dan peserta LDK yang kami hormati

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, nikmat dan rahmatnyalah sehingga kita semua dapat mengikuti pembukaan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) bagi pengurus OSIS, pengurus Majelis Perwakilan Kelas (MPK), dan calon pengurus OSIS SMP Negeri .................. tahun pelajaran 2016/2017.

Salam dan salawat pula kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, karena atas perjuangan dan kepemimpinan beliaulah sehingga kita semua dapat hidup aman, nyaman, damai, menyenangkan serta membahagiakan dibawah lindungan Allah SWT.

Bapak kepala sekolah dan bapak ibu guru serta rekan-rekan yang kami hormati.

Pada hari ini, tanggal 4 September 2016, menjadi moment yang sangat indah dan berharga karena kami semua Insya Allah akan memperoleh pendidikan yang nantinya akan mendorong kami dan menjadi bekal hidup kami untuk menjadi pemimpin di masa yang akan datang, tentunya melalui kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang diselenggarakan oleh OSIS SMP Negeri ................... 

Adapun rangkaian acara pembukaan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) ini adalah sebagai berikut:

Acara Pertama, pembukaan yang kini sedang berlangsung

Acara Kedua, menyanyikan lagu Indonesia Raya
Hadirin dimohon berdiri
...............
Hadirin dimohon duduk kembali

Selanjutnya kita melangkah ke
Acara Ketiga, Laporan ketua panitia
Kepadanya kami persilahkan

Bapak kepala sekolah dan bapak ibu guru serta rekan-rekan yang kami hormati.

Acara Keempat, Penyematan tanda peserta
Kepada yang mewakili peserta LDK kami persilahkan
..................
Kami mohon kesediaan Bapak Kepala Sekolah untuk menyematkan tanda peserta.
..............
Kepada Bapak Kepala Sekolah kami ucapkan terima kasih.

Acara Kelima, Sambutan Kepala SMP Negeri .................. sekaligus membuka secara resmi kegiatan Latihan Dasar Kepemimpin (LDK) tahun 2016/2017 yang diselenggarakan oleh OSIS SMP Negeri ...................
Kepada Bapak kami persilahkan

Acara Keenam, Pembacaan Doa
Kepada yang diamanahkan kami persilahkan

Acara Ketujuh, Istrahat
Kepada rekan-rekan yang diberi tugas kami persilahkan

Acara Kedelapan Penutup
Dengan ucapan alhamdulillahi rabbil alamin, acara pembukaan Latihan Dasar Kepemimpian (LDK) tahun 2016/2017 kami tutup dengan resmi.

Wabillahi taufik walhidayah
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh 
Bismillahi rahmani rahim
Assalamu alaikum wr.wb.

Artikel keren lainnya: