Menurut cerita rakyat masyarakat Pulau Haruku, konon dahulu kala di Kali Learissa Kayeli terdapat seekor buaya betina yang mendiami kali tersebut. Oleh penduduk Pulau Haruku, buaya tersebut dijuluki sebagai ‘Raja Lerissa Kayeli’. Buaya itu sangat akrab dengan warga negeri Haruku. Dahulu, belum ada jembatan di kali Learissa Kayeli, sehingga bila air pasang, penduduk Pulau Haruku harus berenang menyebrangi kali itu jika hendak ke hutan. Buaya tersebut sering membantu mereka dengan cara menyediakan punggungnya utuk ditumpangi oleh penduduk Pulau Haruku. Sebagai imbalan, biasanya para warga negeri menyediakan cincin yang terbuat dari ijuk dan dipasang pada jari-jari buaya itu.
Pada zaman datuk-datuk dahulu, mereka percaya pada kekuatan serba gaib yang sering membantu mereka. Mereka juga percaya bahwa binatang dapat berbicara dengan manusia. Pada suatu saat, terjadilah perkelahian antara buaya-buaya di Pulau Seram dengan seekor ular besar di Tanjung Sial. Dalam perkelahian tersebut, buaya-buaya dari Pulau Seram itu selalu terkalahkan dan dibunuh oleh ular besar tadi. Dalam keadaan terdesak, buaya-buaya itu datang menjemput buaya Learissa yang dalam keadaan hamil tua. Tetapi, demi membela rekan-rekannya di Pulau Seram, berangkat jugalah sang ‘Raja Learissa Kayeli’ ke Tanjung Sial. Perkelahian sengit pun tak terhindarkan. Ular besar itu akhirnya berhasil dibunuh, namun buaya Learissa juga terluka parah. Sebagai hadiah, buaya-buaya dari Seram memberikan ikan Lompa, Make (juga sejenis ikan Tembang atau Sardin, Sardinella sp.), dan Parang-Parang (Chirocentrus dorab) kepada buaya Learissa untuk makanan bayinya jika lahir kelak. Tiga jenis ikan tersebut mengikuti buaya Learissa-Kayeli untuk kembali ke Pulau Haruku.
Di tengah perjalanan dia mampir ke Negeri Waii. Dia masuk ke dalam sero (alat penangkap ikan yang dibuat warga dari anyaman bambu). Buaya LearissaKayeli terperangkap dan susah untuk keluar, hingga akhirnya dia lemas. Orang-orang Waii yang melihat buaya tersebut ingin membunuhnya, tapi dia berkata kepada orang-orang tersebut untuk jangan membunuhnya. Ambil saja lidi sapu lalu tusuk di pusarnya. Akhirnya dia mealahirkan. Ketika anaknya keluar, anaknya tersebut mencari jalan untuk kembali ke Desa Haruku. Ketika dia keluar dari Negeri Waii, buaya tersebut bertemu tiga jenis ikan yang dengan setia menunggu induknya untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Desa Haruku. Buaya tersebut melanjutkan perjalanan sampai ke Batu Lompa, di situ dia sempat berlabuh. Kemudian dia lanjutkan perjalanannya lagi sampai ke Tanjung Tial, lalu ke Passo.
Tapi dia salah jalan. Hal tersebutlah yang menyebabkan pada saat musim-musim tertentu di Passo, sama seperti di Desa Haruku, terdapat ikan Lompa, ikan Parang-Parang dan ikan Make. Tapi buaya tersebut merasa ini bukan tempat induknya, maka dia keluar lagi. Lalu dia meninggalkan ikan Parang-Parang di Passo. Lalu dia menyebrang langsung ke muara kali Learissa-Kayeli. Akhirnya dia langsung masuk ke dalam kali. Sebelum masuk ke kali, dia berpesan kepada ikan Make untuk tinggal di laut dan menjadi bagian dari sasi laut. Sedangkan ikan Lompa menjadi sasi antara sasi laut dan sasi kali. Lalu dia masuk terus ke dalam kali hingga mencapai muaranya. Sedangkan ikan Lompa berlabuh di kali Learissa-Kayeli.
Belum ada tanggapan untuk "Ringkasan Cerita Buaya Learissa Kayeli "
Post a Comment