Beranda · Artikel · Motivasi · Merdeka Belajar · Bahan Ajar · PTK · Pembelajaran

Bagaimanakah hubungan guru dengan kurikulum

Pada artikel saya kali ini, saya mencoba belajar memahami kurikulum dan hubungannya dengan guru secara sederhana. Karena kalau membaca penjelasan kurikulum berdasarkan Undang-Undang dan pedoman lainnya terasa sangat sulit untuk dipahami. Lalu bagaimanakah kurikulum secara sederhananya?

Sebelum lebih banyak saya menjelaskan perihal kurikulum ada baiknya kita memperhatikan beberapa keluhan guru. Masihkah guru butuh kurikulum? Tanpa kurikulumpun guru masih bisa mengajar, benarkah demikian? Sejauh ini kami tidak mengerti dengan kurikulum tetapi mengajar tetap bisa berjalan. Seperti apakah makhluk yang bernama kurikulum?, mengapa kurikulum begitu penting buat guru?

Itulah beberapa pertanyaan dan keluhan guru tentang kurikulum, masih banyak guru yang belum memahami kurikulum dan hubungannya dengan guru. Untuk memahami kurikulum dan hubungannya dengan guru maka yang diperlukan adalah menyederhanakan pengertiannya.

Coba anda perhatikan pengertian kurikulum menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Sedangkan menurut para ahli misalnya Kerr, J.F (1968) kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun berkelompok, baik disekolah maupun diluar sekolah. Pengertian kurikulum menurut Inlow (1966), mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang khusus oleh pihak sekolah guna membimbing murid untuk memperoleh hasil dari pembelajaran yang sudah ditentukan. Menurut Neagley dan Evans (1967), pengertian kurikulum adalah semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah. Menurut Beauchamp (1968), pengertian kurikulum adalah dokumen tertulis yang kandungannya berisi mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari

Baiklah, mungkin pengertian di atas membutuhkan penjelasan pendalaman lebih jauh, sederhananya apakah anda sudah mengerti dengan SKL, Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian? Apabila anda sudah memahami keempat standar tersebut maka anda sudah memahami kurikulum.

Bagaimana hubungan kurikulum dengan guru? Untuk menjawab pertanyaan ini, berikut penjelasannya, dan anda akan dengan sendirinya mengerti hubungan kurikulum dengan guru.

Paradigma pendidikan sudah berubah seiring diberlakukannya kurikulum 2013 walaupun kemudian ditunda pelaksanaanya dan kembali ke KTSP. Sekarang, sebelum memulai pembelajaran, guru terlebih dahulu menentukan “akan menjadi apa siswa setelah tamat” atau “kompetensi apa yang harus dikuasai oleh siswa”.  Siswa kelas satu SD harus menguasai apa, siswa kelas dua SD harus menguasai apa dan seterusnya sampai pada siswa kelas tiga SMA juga harus menguasai apa atau minimal kompetensi apa yang harus dikuasai. Untuk itulah diatur melalui Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Setelah SKL ditentukan, atau guru sudah mengerti target yang harus dicapai oleh siswa, maka pertanyaan berikutnya adalah “apa saja yang harus diisikan kepada siswa untuk mencapai SKL” tersebut. Materi apa yang harus diberikan kepada siswa SD, SMP dan SMA, maka disusunlah Standar Isi (SI). Didalam standar isi menjelaskan materi-materi yang harus diajarkan kepada siswa dalam bentuk Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Agar supaya materi yang telah disusun melalui Standar Isi dapat diterima oleh siswa, maka guru harus mengetahui bagaimana cara mentransfer ilmu pengetahuan tersebut ke siswa. Bagaimana materi akan berproses sehingga siswa dapat menerima materi yang akan di ajarkan. Maka disusunlah Standar Proses yang akan menjadi pedoman guru dalam menyampaikan materi di kelas.

Selanjutnya, bagaimana anda mengetahui ketercapaian kompetensi? Tentunya harus dilakukan evaluasi. Evaluasi merupakan penilaian yang ditujukan agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran di kelas. Bagaimana metode penilaiannya dan bagaimana pula instrumen penilaiannya, maka diaturlah dalam Standar Penilaian. Standar penilaian mengatur semua jenis penilaian yang dapat dilakukan oleh guru dengan mengacu pada Standar Isi.


Dengan demikian, kurikulum tidak dapat dipisahkan dengan guru, kehadiran kurikulum dapat mempermudah guru melaksanakan pembelajaran di kelas. Kurikulum dapat membantu guru untuk mengelola kelas dengan baik, merencanakan pembelajaran dan mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum bertindak sebagai pedoman dan tuntunan bagi guru sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan konsep PAIKEM (Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan)

Artikel keren lainnya:

Wajibkah guru mengikuti RPP?

Apakah anda pernah melakukan suatu kegiatan tanpa perencanaan? Kegiatan tanpa perencanaan sulit untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dibutuhkan perencanaan yang matang guna menuntun kita melaksanakan setiap tindakan. Begitu pula dengan pembelajaran, pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila direncanakan terlebih dahulu. Tahapan-tahapan pelaksanaannya harus dirumuskan lebih awal untuk menjadi pedoman dan panduan dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Dalam dunia pendidikan khususnya guru dikenal dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). RPP berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian, tujuan pembelajaran, materi yang diajarkan, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar.  Karena RPP disusun sendiri oleh guru berdasarkan silabus, maka perencanaan tersebut wajib untuk diikuti dan dilaksanakan.

Pada saat kapan guru tidak mengikuti RPP?
Dalam satu kelas pembelajaran, terdapat beberapa siswa yang berasal dari beberapa latar belakang sosial, ekonomi, dan lain sebagainya. Setiap latar belakang yang berbeda dapat mempengaruhi karakter siswa dan kemampuan menerima pelajaran. Sehingga kemungkinan pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh guru tidak dapat diterapkan pada kelas-kelas tertentu, disinilah dibutuhkan kreatifitas guru untuk menyesuaikan kondisi yang dihadapi, baik metode dan model pembelajaran yang sudah direncanakan ikut menyesuaikan diri agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dengan demikian, guru tidak mutlak untuk mengikuti RPP,  pembelajaran dilangsungkan sesuai dengan karakteristik kelas tetapi tetap diarahkan untuk mencapai indikator yang telah direncanakan. Yang namanya rencana dapat saja berubah kapan pun termasuk disaat rencana tersebut tidak dapat diterapkan.

Apakah mengajar tanpa RPP dapat dilaksanakan?
Pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik apabila terpenuhi beberapa hal seperti materi ajar, guru, siswa, ruangan dan kenyamanan. Tanpa RPP sebenarnya pembelajaran bisa saja dilaksanakan tetapi hasilnya tidak akan optimal, keberhasilan yang dicapai tidak dapat diukur. Tidak ada rujukan keberhasilan berupa indikator, sebab pembelajaran hanya dipandu oleh kemampuan pengetahuan guru dan ketersediaan bahan ajar.

Pernahkah anda mengisi pakaian didalam tas? Misalnya dua buah tas yang besarnya sama, satu tas diisi dengan pakaian teratur, sedangkan tas yang lainnya diisi dengan pakaian “asal masuk”, kemudian bandingkan keduanya mana yang mampu menampung pakaian lebih banyak, seperti itulah proses belajar mengajar. Ketika materi yang diajarkan “asal ajar” maka kemampuan siswa menerima materi tersebut akan berkurang sebaliknya ketika materi yang diajarkan terstruktur maka kemampuan siswa menerima materi akan maksimal, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Bagaimanakah apabila sudah ada RPP ternyata pembelajaran tidak tuntas?
Pada artikel saya yang lainnya telah saya jelaskan alasan melaksanakan PTK bagi guru, dalam artikel tersebut dinyatakan ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan maka ada masalah dalam kelas, pembelajaran yang tidak tuntas walaupun sudah dilaksanakan sesuai dengan RPP berarti terdapat masalah.

Masalah bisa bersumber dari, metode dan model yang digunakan, materi ajar, media, atau faktor internal dan eksternal dari siswa. Untuk menyelesaikannya harus dilakukan penelitian, hasil penelitian berupa solusi itulah yang akan menyelesaikan ketidaktuntasan pembelajaran apabila dilaksanakan dengan jujur dan obyektif.

Seberapa pentingkah RPP bagi guru?
Kalau pertanyaan ini ditujukan kepada saya, maka secara jujur saya katakan bahwa sangat penting karena tanpa RPP, pembelajaran tidak dapat dilaksanakan. Kita dapat mengetahui pokok bahasan yang diajarkan melalui perencanaan, kita dapat mengintegrasikan media kedalam pembelajaran karena ada perencanaan terlebih dahulu. Bagaimana kegiatan pembelajaran dilaksanakan agar indikator tercapai harus melalui perencanaan, bagaimana pula dengan bentuk penilaian atau evaluasinya, semuanya melalui perencanaan.

Kalau saya ingin ke suatu daerah dengan mengendarai motor, saya harus menentukan jalur mana yang saya lewati, ketika ada hambatan misalnya pecah ban bagaimana saya menyelesaikannya, perlengkapan apa yang harus saya bawa, berapa liter bensin yang saya butuhkan, dan lain sebagainya. Kebutuhan itu harus tersedia sebelum saya menempuh perjalanan itu, jika tidak, besar kemungkinan saya tidak dapat mencapai daerah tujuan. Intinya sebelum jalan harus direncanakan dulu.


Dengan demikian, guru wajib membuat RPP, tanpa RPP proses pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik, akan semakin kewalahan membawakan materi ajar bagi guru apabila dikelas yang diampuh terdapat siswa yang kritis. Dengan persiapan yang maksimal dapat mengarahkan situasi kelas ke situasi pendidikan, situasi dimana terjadi interaksi antara guru dan siswa kearah positif, arah pengembangan dan peningkatan kualitas diri.

Artikel keren lainnya:

Alasan melaksanakan PTK bagi guru

Apakah guru wajib melaksanakan PTK? Perlu dipahami bahwa dalam kelas terdapat banyak fenomena, bila diarahkan dengan baik dapat menjadi potensi, sebaliknya bila tidak maka dapat menjadi faktor penghambat pembelajaran. Sumber dan sebabnya tidak bisa langsung disimpulkan karena siswa malas belajar, suasana belajar tidak kondusif, pembelajaran tidak berjalan efektif, tidak ada dorongan moril dari orang tua maupun guru dan lain sebagainya, lalu bagaimana seharusnya guru berbuat?

Kita harus sepakat bahwa ketika harapan yang tertuang dalam RPP tidak sesuai dengan kenyataan maka dikelas tersebut terdapat masalah. Pengertian kelas dimaksud meliputi siswa, guru, ruangan, materi ajar, metode, model dan faktor eksternal lainnya.

Mengatasi permasalahan di kelas harus melalui penelitian, para ahli menyarankan kepada guru untuk menggunakan penelitian tindakan kelas karena terdapat beberapa keuntungan. Keuntungan dimaksud sebagai berikut:
1. Mudah dilaksanakan
2. Guru dapat bertindak sebagai peneliti
3. Hasil penelitian dapat langsung diterapkan oleh guru
4. Kerangka penelitian sangat sederhana tetapi tetap mengikuti prosedur penelitian ilmiah
5. Guru menguasai permasalahan atas kasus yang diteliti
6. Variabel penelitian merupakan bagian dari guru itu sendiri
7. Tidak mengganggu proses belajar mengajar
9. Tidak merubah kebiasaan di kelas
10. Tidak dibatasi oleh waktu
                                                
Berdasarkan beberapa keuntungan di atas, maka untuk menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh guru, sebaiknya guru memilih penelitian tindakan kelas sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Artikel keren lainnya:

Masihkah Silabus dibutuhkan oleh guru?

Untuk menjawab pertanyaan diatas, terlebih dahulu kita harus tahu pengertian dari silabus.

  • Silabus dapat diartikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi/materi pembelajaran (salim, 1987:98),
  • Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar (Yulaelawati, 2004:123)  
  • Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan (Mulyasa,2010:190)


Dari penjelasan para ahli tersebut, keberadaan silabus sangat wajib bagi guru, pelaksanaan pembelajaran memerlukan sebuah pedoman untuk memberi batasan-batasan bagi guru agar materi yang disampaikan dapat terlaksana secara runut, sistematis dan terstruktur.

Manfaat silabus bagi guru antara lain; merupakan dasar pembuatan dan penyusunan rencana satuan pembelajaran, panduan pengelolaan kegiatan pembelajaran, penentuan sumber belajar dan dasar bagi pengembangan sistem penilaian.

Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tergantung pada perencanaan yang disusun oleh guru. Perencanaan pembelajaran dibuat sebelum guru melaksanakan pembelajaran, apa yang kita kenal dengan RPP itulah rencana yang akan menjadi acuan guru selama pembelajaran berlangsung. Untuk menyusun RPP dibutuhkan dasar atau panduan agar pelaksanaan pembelajaran tetap sesuai dengan tujuan kurikulum dan inilah peran utama silabus.

Silabus yang isinya mencakup SK dan KD, Materi Pokok, Indikator, Strategi pembelajaran, alokasi waktu, dan bahan atau alat serta media pembelajaran bahkan bentuk penilaian merupakan patron guru menyusun rencana pembelajarannya. Silabus akan memudahkan guru menyusun perencanaannya terutama kesesuaian materi dengan SK dan KD, bagaimana cara mencapai SK dan KD yang diatur melalui indikator yang harus dicapai, berapa waktu yang dialokasi dan jumlah pertemuan untuk menuntaskan SK dan KD, penggunaan media yang tepat pada pokok bahasan yang diajarkan serta penentuan sumber data yang tepat yang dapat melancarkan proses pembelajaran.

Bagaimana jika mengajar tanpa silabus?

Mengajar tanpa silabus bagaikan tentara dimedan perang tanpa senjata. Silabus adalah salah satu senjata guru melaksanakan pembelajaran, guru yang tidak mempunyai  silabus akan kesulitan selama melaksanakan pembelajaran. Materi yang disampaikan tidak akan jelas arah, tujuan dan target pencapaiannya.

Beberapa kekurangan yang dialami oleh guru yang mengajar tanpa silabus:
1. Waktu yang dialokasikan terasa lama
2. Materi yang disampaikan berproses secara berulang-ulang
3. Guru akan tampak tidak menguasai materi yang disampaikan
4. Kepercayaan siswa terhadap guru menjadi berkurang
5. Dapat meruntuhkan kewibawaan guru dimata siswa
6. Guru mudah terbawa emosi yang tidak mendasar bahkan grogi didepan kelas
7. Lebih banyak waktu yang terbuang
8. Pembelajaran berlangsung tidak efektif
9. Guru kesulitan untuk menentukan keberhasilan pembelajaran
10. Tidak tercipta situasi pendidikan didalam kelas
11. Guru mengalami kesulitan pada pertemuan berikutnya
12. Guru dapat kehilangan kontrol pengelolaan dan penguasaan terhadap kelas yang dibinanya
13. Dapat menurunkan motivasi mengajar guru
14. dan lain sebagainya.


Artikel keren lainnya:

Prinsip Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Agar pelaksanaan penelitian tindakan tetap berada pada jalur yang diharapkan, seorang peneliti harus selalu memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku. Adapun prinsip pelaksanaan Tindakan yang direkomendasikan oleh Prof. Dr. Suharsimi Arikunto adalah sebagai berikut.

  1. Pemasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yang benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan
  2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama. Sebagai misal, seorang dokter yang mau mencobakan pemberian obat baru tidak boleh mengubah kebiasaan tidur pasien.
  3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga
  4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
  5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat terhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu.



Artikel keren lainnya:

Dengan cara ini anda dapat dengan mudah menemukan masalah untuk PTK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat kualitatif, penelitian ini sebaiknya dilaksanakan oleh guru, artinya guru bertindak sebagai peneliti. Namun coba dilihat, ada berapa guru yang bisa melakukan PTK? Sangat sedikit. Bukan karena tidak mampu melaksanakan penelitian tetapi akibat sulitnya menemukan masalah yang harus diteliti.

Menemukan masalah yang diteliti bukanlah perkara mudah, butuh ketelitian, kejujuran dan ketelatenan membaca perkembangan siswa. Dari hasil analisis tersebut akan terungkap masalah yang perlu diteliti. Kendala yang sering dihadapi oleh guru adalah kebanyakan guru tidak menguasai aspek masalah yang diteliti karena kurangnya data dan informasi yang dibutuhkan.

Kesulitan itu sebenarnya dengan mudah dapat diatasi, guru dipersenjatai dengan silabus dan rpp, didalam silabus dan rpp terdapat indikator yang harus dicapai agar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tercapai pula. Untuk mengetahui ketercapaian SK dan KD dibutukan evaluasi atas hasil yang diperoleh oleh siswa.

Berdasarkan hasil evaluasi inilah, guru sebenarnya dapat menemukan masalah yang dapat dijadikan dasar untuk melaksanakan PTK.  Bila hasil evaluasi menunjukkan bahwa harapan atau target pencapaian tidak sesuai dengan kenyataan maka ada masalah yang perlu diteliti (PTK), sebaliknya bila target pencapaian sesuai dengan kenyataan maka tidak diperlukan PTK. Cukup mudah, guru hanya melihat kesenjangan yang terjadi, apakah harapan sesuai dengan kenyataan atau tidak.

Misalnya, anda sebagai guru memeriksa catatan siswa, ternyata sebagian besar siswa tidak memiliki catatan yang lengkap sesuai dengan harapan anda. Maka kemudian anda meminta siswa untuk melengkapi catatannya dan akan kembali diperiksa pada minggu depannya. Ketika anda kembali memeriksa catatan siswa hasilnya belum juga sesuai dengan harapan anda. Berarti ada masalah yang perlu diteliti (PTK-kan), tujuannya untuk mengetahui masalah dan kendala apa yang dihadapi oleh siswa dan bagaimana solusi yang di tempuh oleh guru untuk mengatasi kurang lengkapnya catatan siswa pada mata pelajaran anda.


Dengan melakukan perbandingan atas hasil evaluasi tentang catatan siswa ini saja, kita sudah bisa melakukan PTK. Ini dapat kita lakukan pada hal-hal lain yang berhubungan dengan proses pembelajaran di kelas anda. Tentunya masih ada cara-cara lain yang bisa kita tempuh untuk bisa menemukan masalah sebagai dasar dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Artikel keren lainnya:

Perbedaan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif

Untuk menghasilkan karya ilmiah, pendekatan atau metode yang dilakukan selalu mempertimbangkan kebiasaan dan kenyamanan peneliti. Dalam dunia penelitian seringkali kita menemukan perdebatan tentang mana yang terbaik antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Menentukan yang terbaik, sangat sulit karena para peneliti cenderung melaksanakan penelitian berdasarkan pada kenyamanan dan penguasan atas jenis penelitian sehingga yang terbaik adalah yang dapat menghasilkan suatu kesimpulan atas obyek yang diteliti.

Berikut beberapa perbedaan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.

1. Kejelasan unsur
Penelitian kuantitatif, unsur-unsur yang menunjang pelaksanaan penelitian sudah disiapkan sejak awal, unsur-unsur dimaksud seperti tujuan, pendekatan, subjek dan sumber data yang semuanya sudah mantap dan rinci sebelum melaksanakan penelitian. Penelitian kualitatif, semua unsur termasuk sumber datanya belum mantap dan rinci, masih fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan (emergent)

2. Langkah Penelitian
Penelitian kuantitatif sejak persiapan, segala sesuatu direncanakan sampai matang, sedangkan penelitian kualitatif baru diketahui dengan mantap dan jelas setelah penelitian selesai.

3. Populasi dan sampel
Penelitian kuantitatif, sampel dan hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi. Hal ini justru bertolak belakang dengan penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif tidak dapat menggunakan pendekatan populasi dan sampel.  Penelitian kualitatif hanya mengenal setting dengan hasil penelitian hanya berlaku bagi setting yang bersangkutan.

4. Hipotesis
Penelitian kuantitatif, hipotesis dibutuhkan hanya jika perlu mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian dan menentukan hasil yang ramalkan (apriori). Kalau penelitian kualitatif, hipotesis dapat lahir selama penelitian berlangsung (tentatif) dan hasilnya terbuka.

5. Desain
Penelitian kuantitatif mengedepankan desain yang jelas baik langkah-langkah penelitiannya maupun hasil yang diharapkan. Penelitian kualitatif desain penelitiannya lebih fleksibel dengan langkah dan hasil yang tidak dapat dipastikan sebelumnya.

6. Pengumpulan data
Kegiatan pengumpulan data pada penelitian kuantitatif memungkinkan untuk diwakilkan sedangkan penelitian kualitatif harus dilakukan oleh peneliti itu sendiri.

7. Analisis data

Pelaksanaan analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul sedangkan penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data.

Artikel keren lainnya: