Siapkah kita mengikuti lomba guru berprestasi? Pertanyaan ini saya kemukakan bukan tanpa sebab. Ada jutaan guru di Indonesia, dari jutaan guru tersebut ternyata tidak semua mau mengikuti lomba guru berprestasi, terbukti peserta yang ikut lomba guru berprestasi dari tingkat sekolah jumlahnya sangat sedikit bahkan ada yang didorong hanya menjaga agar ada perwakilan sekolah.
Beragam alasan kurangnya animo guru mengikuti seleksi lomba guru berprestasi, namun dari semua alasan yang ditemukan ternyata hampir semua guru yang tidak bersedia mengikuti lomba guru berprestasi adalah terhambat pada karya ilmiah. Karya ilmiah inilah yang sebenarnya yang menurunkan motivasi guru berpartisipasi pada ajang guru berprestasi.
Seberapa sulitkah membuat karya ilmiah tersebut? Pedoman penyusunan karya ilmiah tersedia lengkap di internet. Panduan dan contoh tidak ketinggalan termasuk internet juga bisa menjadi solusi menemukan referensi terkait karya tulis ilmiah kita. Apalagi kalau karya ilmiah yang disusun adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas), PTK tidak setebal karya tulis lainnya, PTK sangat praktis dan sederhana tetapi masih dalam bingkai syarat sebuah karya ilmiah.
Ingatlah bahwa PTK tidak setebal karya tulis ilmiah lainnya seperti skripsi, tesis, apalagi disertasi. PTK tidak setebal kamus, jumlah lembaran PTK biasanya berkisar antara 40 halaman sampai dengan 100 halaman, tergantung banyak sedikitnya variabel yang diteliti. Dengan demikian jangan membiarkan diri kita terperangkap pada pemikiran keputusasaan, saya yakin sejumlah halaman diatas bukanlah sesuatu yang berat bagi guru.
Olehnya itu, mulailah mempersiapkan diri kita menghadapi lomba guru berprestasi. Selama ini kita sudah mampu menaklukkan ratusan siswa dengan karakter yang berbeda-beda, ini menggambarkan bahwa tidak ada alasan untuk tidak bisa menaklukan satu buah karya ilmiah. Artinya sudah waktunya kita membuktikan diri melalui ajang lomba guru berprestasi.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Lomba guru berprestasi"
Post a Comment