Beranda · Artikel · Motivasi · Merdeka Belajar · Bahan Ajar · PTK · Pembelajaran

Alasan penelitian harus dimulai dengan memilih masalah

Kegiatan penelitian adalah suatu kegiatan meneliti sesuatu, apa yang diteliti? Yang diteliti adalah sesuatu yang membutuhkan jawaban. Sesuatu yang tidak ada jawabannya dalam ilmu pengetahuan merupakan sebuah masalah. Karena terdorong oleh “rasa ingin tahu” sesuatu tersebut sehingga muncullah keinginan untuk meneliti.

Setiap masalah mengandung rahasia, manusia melakukan penelitian atau penyelidikan adalah untuk mengungkap rahasia. Bagi peneliti menganggap bahwa dibalik sebuah masalah membutuhkan pemecahan melalui penyelidikan agar menemukan solusi atas masalah yang diteliti. Solusi inilah yang disebut dengan rahasia tadi.

Melakukan penelitian, peneliti selalu dihadapkan pada tiga masalah utama yakni waktu, biaya, dan tenaga. Atas dasar ketiganya ini, maka peneliti mengupayakan untuk memberi batasan penelitiannya, batasan dimaksudkan supaya penelitian dilaksanakan tidak meluas tetapi tetap fokus pada obyek yang ingin diteliti.

Disinilah pentingnya peneliti merumuskan masalah terlebih dahulu, kesalahan merumuskan masalah dapat melahirkan instrumen penelitian menjadi luas, instrumen penelitian berupa variabel-variabel yang akan diteliti. Semakin banyak variabel yang diteliti maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan, waktu penelitian menjadi lama, dan memerlukan tenaga yang banyak terutama bila metode pengumpulan datanya melalui observasi langsung misalnya wawancara. Wawancara dengan responden sedikit tidak banyak membutuhkan tenaga orang lain namun apabila respondennya banyak maka tenaga harus diperbanyak agar dapat mengoptimalkan waktu yang terbatas.

Selain itu, kualitas hasil penelitian tergantung rumusan masalah, hasil penelitian dikatakan baik apabila rumusan masalahnya baik pula sebaliknya melalui rumusan masalah dapat membuat hasil penelitian menjadi buruk. Ibarat orang yang baru berkenalan, rumusan masalah merupakan kesan pertama bagi sebuah penelitian. Hanya dengan rumusan masalah, para pembaca sudah bisa menilai penelitian yang kita lakukan menarik atau tidak menarik. Penelitian kita merupakan tindakan yang layak dilakukan atau tidak, karena banyak penelitian yang dilakukan tidak membawa perubahan pada ilmu pengetahuan artinya tidak ada manfaat bagi perbaikan terutama dalam dunia pembelajaran.

Artikel keren lainnya:

3 Syarat utama untuk mengadakan penelitian

Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, semakin hari permasalahan yang dihadapi oleh manusia bukan semakin mudah melainkan semakin berat, masalah itu membutuhkan pemecahan. Ada orang hanya mengikuti naluri, imajinasi dan pengalaman masa lalu, namun ada juga masalah memerlukan tindakan penelitian.

Beragamnya masalah timbul akibat bertambahnya pengetahuan, pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Karena penelitian adalah dasar untuk meningkatkan pengetahuan, maka permasalahan yang dihadapi menusia harus diselesaikan dengan jalan penelitian.

Sebagai guru tentunya tidak pula lepas dari masalah, masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses belajar mengajar. Masalah bisa berupa kurikulum, media, metode, model, bahan ajar, siwa dan guru itu sendiri. Tidak mudah menemukan sumber masalah dan solusinya, penelitian merupakan jalan terbaik untuk itu, maka muncullah yang namanya penelitian tindakan kelas (PTK).

Atas dasar itulah, maka kita harus mengetahui syarat utama pelaksanaan penelitian. Adapun syaratnya adalah sistematis, berencana dan mengikuti konsep ilmiah.

1. Sistematis
Penelitian dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang paling sederhana sampai kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien

2. Berencana
Penelitian dilaksanakan dengan adanya unsur dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya

3. Mengikuti konsep ilmiah
Penelitian dilaksanakan dari awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan yaitu prinsip yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.


Artikel keren lainnya:

Apakah perlu evaluasi program pengajaran bagi guru

Apakah evaluasi program? Untuk mengetahui apa itu evaluasi program maka terlebih dahulu kita harus mengenal dua suku kata yakni evaluasi dan program. Evaluasi adalah suatu kegiatan penilaian yang didahului dengan pengukuran, pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk.

Kata yang berikutnya adalah program. Program menurut kamus adalah rencana, program adalah kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Jadi evaluasi program menurut Suharsimi Arikunto adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.

Di awal telah dijelaskan bahwa program adalah rencana, berarti sebelum melaksanakan kegiatan maka direncanakan terlebih dahulu agar jelas target dan ukuran yang akan dicapai setelah melaksanakan suatu kegiatan.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar di kelas, maka dengan demikian sebelum melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu harus direncanakan. Penyelenggaraan pendidikan bukan sesederhana mengadakan kebutuhan pernikahan karena dampak yang ditimbulkan akan meliputi banyak orang dan menyangkut banyak aspek. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan harus di evaluasi agar dapat dikaji apa kekurangannya. Kekurangan tersebut akan menjadi pertimbangan untuk pelaksanaan program pendidikan selanjutnya.

Tujuannya dilakukannya evaluasi program adalah untuk mengetahui apakah tujuan program yang telah direncanakan sebelumnya telah tercapai atau belum. Jika sudah tercapai, bagaimana kualitas pencapaian kegiatan tersebut dan jika belum tercapai maka bagian manakah dari rencana kegiatan yang belum tercapai dan apa sebab rencana kegiatan tersebut belum tercapai. Dengan kata lain, evaluasi program dimaksudkan untuk melihat pencapaian target program.

Apakah perlu guru melaksanakan evaluasi program pembelajaran? Evaluasi program dilakukan untuk menjadi bahan perbaikan pembelajaran selanjutnya, evaluasi program yang dilakukan dengan serampangan tidak akan membawa perubahan pembelajaran, evaluasi program harus dilakukan dengan sistematis, rinci dan menggunkan prosedur yang sudah diuji secara cermat.


Biasanya setelah melakukan evaluasi program pembelajaran, dilanjutkan dengan rencana tindak lanjut (RTL), RTL dimaksudkan agar kegiatan pembelajaran berikutnya mengalami perubahan dan penyempurnaan pembelajaran mencakup model, metode, media, bahan ajar, dan lain sebagainya. Bahkan bisa saja mengahasil keputusan mengganti seluruh atau sebagian dari model, metode, media dan sebagainya.

Artikel keren lainnya:

Manfaat penilaian bagi siswa, guru dan sekolah

Mengapa menilai? Agar supaya kita mengetahui kemajuan tindakan pembelajaran yang telah kita jalankan, tanpa proses menilai maka keberhasilan pembelajaran tidak dapat diukur. Penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi diantaranya bagi siswa, bagi guru dan bagi sekolah. Apa saja manfaatnya?

1. Makna bagi siswa.
Melalui penilaian, siswa dapat mengetahui sejauhmana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Apakah siswa merasa puas atau tidak puas atas hasil yang diperolehnya. Bila hasilnya memuaskan akan menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi sementara bila hasil tidak memuaskan maka ia akan berusaha agar penilaian berikutnya memperoleh hasil yang memuaskan.

2. Makna bagi guru
Berdasarkan hasil penilaian, bagi guru dapat:
  • Dapat mengetahui siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya dan siswa mana yang belum berhasil menguasai bahan.
  • Guru dapat mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa atau belum, apabila materi tepat maka diwaktu akan datang tidak perlu diadakan perubahan.
  • Guru akan mengetahui metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika hasil yang diperoleh sebagian besar siswa mendapatkan nilai bagus maka metode sudah tepat sebaliknya bila sebagian besar hasil yang diperleh siswa buruk maka metode yang digunakan harus dipertimbangkan kembali dan kalau perlu diganti.


3. Makna bagi sekolah
Keberhasilan guru dan siswa melaksanakan pembelajaran akan berdampak positif bagi sekolah, dengan demikian penilaian bagi sekolah dapat :
  • Mengetahui kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cermin kualitas suatu sekolah.
  • Untuk mengetahui tepat tidaknya kurikulum yang dipakai
  • Untuk dapat mengetahui kemajuan perkembangan penilaian dari tahun ke tahun sehingga menjadi pedoman bagi sekolah untuk tindakan selanjutnya.

Artikel keren lainnya:

Dapatkah siswa dikatakan “bodoh” setelah penilaian. Ini alasannya!

Guru sebaiknya menerapkan prinsip “praduga tak bersalah” terhadap siswa. Guru jangan cepat memutuskan bahwa tidak tuntasnya nilai siswa adalah akibat siswa tidak belajar sehingga dikatakanlah “siswa terlalu bodoh”. Guru perlu melakukan beberapa tindakan agar mendapatkan informasi akurat sehubungan dengan nilai siswa yang tidak tuntas. Apa saja tindakan dimaksud?

1. Memeriksa kembali alat ukurnya
Alat ukur yang digunakan haruslah baik, alat ukur biasanya berhubungan dengan tes (mengerjakan soal-soal) dan non tes(tanya jawab).

Alat ukur yang baik memperhatikan beberapa persyaratan seperti mengadakan diagnosisi terhadap kesulitan belajar siswa, mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian, menaikkan tingkat prestasi, mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok, merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara perseorangan, menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus dan menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.

Sedangkan urutan langkah penyusunan tes dilakukan dengan menentukan tujuan mengadakan tes, mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan di teskan, merumuskan tujuan instruksional dari tiap bagian bahan sekarang yang diperhatikan adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kemudian dalam menyusul soal yang akan diteskan harus memperhatikan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

2. Kompetensi penilai
Kesalahan pada waktu melakukan penilaian lebih banyak disebabkan oleh faktor subyektif penilai. Banyak hal yang dapat mempengaruhi obyektifitas penilai seperti tulisan yang jelek, tidak jelas, gangguan pada saat memeriksa hasil tes dan lain sebagainya. Selain itu terdapat kecenderungan penilai untuk memberikan nilai secara murah atau mahal.

Tidak ada kesepakan umum yang dijadikan ukuran pemberian nilai, misalnya ketika menemukan jawaban salah, ada guru yang memberi nilai secara cuma-cuma misalnya “2” dengan alasan “harga tinta”. Faktor “hallo-effect” juga dapat mempengaruhi penilai, faktor ini berhubungan dengan kesan penilai terhadap siswa. Misalnya ada siswa yang miliki kedekatan dengan guru karena sering “disapa”.

Pengaruh guru terhadap hasil perolehan nilai siswa sebelumnya juga tidak dapat dianggap remeh, pengaruh ini kadang dapat menutup mata guru memberi nilai dengan asumsi bahwa siswa tersebut memiliki kemampuan minimal sama dengan yang diraihnya pada tes sebelumnya dan ini banyak terjadi dikalangan guru, padahal hasil yang diperoleh siswa belum tentu sama dengan hasil yang diperoleh sebelumnya sebab berbeda SK dan KD.

3. Faktor kejiwaan anak saat pelaksanaan penilaian
Siswa juga memiliki perasaan dan suasana hati, bisa saja terjadi kalut, sedih atau tertekan pada waktu pelaksanaan penilaian. Suasana seperti ini dapat berpengaruh pada kesiapan mental siswa mengikuti proses penilaian. Suasana hati gembira, cerah dan ceria akan memberikan hasil yang baik.

Hasil penilaian juga dipengaruhi oleh keadaan fisik. Kepala pusing, perut mulas, lapar, lelah, apalagi sakit gigi dapat mempengaruhi cara kerja siswa memecahkan masalah karena konsentrasi siswa menjadi terganggu sehingga tidak fokus dalam mengerjakan soal-soal atau dalam mengikuti pelaksanaan penilaian.

4. Situasi tempat penilaian
Pada waktu ujian nasional biasanya ada tulisan “harap tenang, ada ujian”. Tulisan ini ditujukan agar tidak menimbulkan kegaduhan, keributan baik didalam maupun di luar ruangan karena akan mengganggu konsentrasi siswa yang sedang mengikuti ujian. 

Demikian pula dengan tingkah laku siswa lain yang ada dalam kelas ujian, kadang hanya main-main, terlalu tegang, dan kadang ada siswa yang membaca soal dengan suara besar dapat mempengaruhi siswa dalam mengerjakan soal. 

Pengaruh lainnya datang dari pengawas, pengawas yang terlalu ketat tidak akan disenangi oleh siswa yang suka menyontek, sebaliknya pengawas yang longgar juga dapat membuat jengkel siswa yang memiliki kedisiplinan yang tinggi dan rasa percaya diri pada kemampuannya mengerjakan soal.


Dengan memperhatikan keempat poin di atas, pemberian predikat “bodoh” terhadap siswa tidak tepat. Kecuali guru telah memperhatikan empat tindakan tersebut sebelum melakukan penilaian, itupun bukan “bodoh” melainkan “belum tuntas”, artinya apabila ada siswa yang belum tuntas maka tugas guru adalah melaksanakan program remedial, yang diremedial adalah materi-materi yang belum dituntaskan oleh siswa tersebut.

Artikel keren lainnya:

Cara mengukur dan menilai aspek kognitif, psikomotor dan afektif siswa bagian 1.

Telah saya jelaskan sebelumnya, alasan mengapa guru memerlukan data kognitif, psikomotor, dan afektif siswa. Bagi yang belum membacanya silahkan baca artikel saya Inilah alasan mengapa guru kesulitanmemulai pelajaran. Kalau sudah silahkan lanjutkan bacaanya.

Data kognitif, psikomotor, dan afektif dapat diukur dan dinilai melalu pemberian soal. Soal yang diberikan kepada siswa harus dijawab dengan benar dan tanpa ada pengaruh dari luar misalnya teman (menyontek), lingkungan, emosi, dan lain sebagainya. Artinya siswa harus benar-benar dalam keadaan ceria, santai dan bahagia dengan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan.

Berikut contoh soal yang bisa memahamkan kita pada setiap tingkatan terhadap ketiga aspek yang telah di kemukanan oleh Bloom dan Krathwohl.

a. Aspek Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu
1. pengetahuan (mengingat, menghafal, mengenal)
Contoh soal:
Hasil bumi yang terkenal di pulau Buton adalah:
a) aspal
b) minyak bumi
c) emas
contoh lainnya yang berhubungan dengan proses mengingat:
Tempat keluarnya air dari dalam tanah disebut . . . .
Pada tingkatan ini yang diutamakan adalah ingatan. Jadi soal-soal diarahkan untuk membuat siswa mengingat kembali (recall) pengetahuan yang pernah diperolehnya.


2. pemahaman (menginterpretasikan)
Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.
Contoh soal:
Diantara gambar-gambar di bawah ini yang dapat disebut sebagai segitiga siku-siku adalah :
















Untuk dapat menentukan gambar maka siswa harus menghubungkan konsep segitiga dan konsep siku-siku.

3. aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
Siswa dituntut memiliki kemampuan menyeleksi atau memilih konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, dan cara dengan tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar.
Contoh soal:
Sebuah benda terletak dimuka sebuah lensa yang mempunyai jarak fokus 10 cm. Bayangan yang terjadi ternyata tegak, dan tingginya dua kali tinggi benda itu. Jarak antara benda dengan lensa adalah:
a) 3,3 cm
b) 5 cm
c) 10 cm
d) 15 cm
e) 30 cm

4. analisis (menjabarkan suatu konsep)
Dalam tugas analisis ini siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar.
Contoh soal:
Apa sebabnya pada waktu mendung dan ada angin kencang tidak segera turun hujan.

5. sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
Disini siswa diminta untuk melakukan generalisasi yakni menggabungkan atau menyusun kembali hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan suatu struktur baru.
Contoh soal:
Dengan mengetahui situasi daerah dan milik dalam hal kekayaan bahan mentah serta semangat penduduk di suatu daerah yang kini dapat berkembang pesat menjadi kota pelabuhan yang besar maka kota-kota kecil di tepi pantai mana yang mempunyai potensi untuk menjadi sebuah kota pelabuhan yang besar?”

6. evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya)
Mengetahui sejauh mana siswa mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai sesuatu kasus yang diuraikan dalam bentuk soal. Soalnya bisa dalam bentuk  “benar atau salah”.
Contoh soal:
Bakteri yang merugikan antara lain Salmonella typhosa yangmenyebabkan penyakit tipus. (Benar/Salah)
Contoh lainnya:(Sebelumnya siswa disajikan bacaan “kisah bendungan aswan”)Bagaimana kesuburan tanah di sekitar Bendungan Aswan? Bedakan daerah dibagian hulu dan hilir dengan kemungkinan lumpur yang terbawa arus air dan sebagainya.


Untuk ranah atau aspek afektif dan psikomotor, akan saya bahas pada artikel saya yang lainnya yakni Cara mengukur dan menilai aspek kognitif, psikomotor dan afektif siswa bagian 2.

Artikel keren lainnya:

Inilah alasan mengapa guru kesulitan memulai pelajaran

Setiap tahun ajaran baru, guru selalu menemui masalah. Coba anda tanyakan kepada guru, apakah mereka sudah mengenal karakter peserta didiknya?, kemudian tanya pula model dan metode apakah yang digunakan untuk kelas yang dibinanya?, bagaimana pula dengan media, alat peraga, bahan ajar, dan lain sebagainya.

Walaupun RPP sudah disusun sebelum melaksanakan pembelajaran, tetapi rata-rata guru kesulitan terhadap pertanyaan di atas, sehingga mengakibatkan penentuan model, metode, media, dan perencanaan lainnya untuk kelancaran pembelajaran menjadi masalah bahkan banyak guru memulainya tanpa menyesuaikan kondisi dan karakter kelas, pada umumnya dengan hanya mengeneralisasi beberapa instrumen pembelajaran tersebut.

Inilah hambatan utama guru dalam melaksanakan pembelajaran, model dan metode masih dalam bentuk coba-coba. Menerapkan model dan metode yang tepat dapat meningkatkan keberhasilan pembelajaran, sebaliknya dapat menurunkan motivasi belajar anak. Melakukan PTK untuk menemukan model dan metode yang tepat membutuhkan waktu yang tidak sedikit, inilah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh guru.

Pada prinsipnya, apabila sistem manajemen sekolah berjalan dengan baik maka masalah di atas tidak menjadi hambatan bagi guru. Guru dalam satu satuan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, semua guru adalah satu tim kerja. Masing-masing guru memberi penguatan kepada guru lainnya, guru kelas tujuh menjadi penguat guru kelas delapan, guru kelas delapan menjadi penguat guru kelas sembilan untuk tingkat SMP, begitu pula guru yang ada di SD dan SMA.

Untuk menerapkan metode dan model pembelajaran serta instrumen lainnya, sejumlah kriteria harus terpenuhi diantaranya karakter peserta didik, nilai, kompetensi, bakat dan minat. Guru memerlukan data dan informasi tentang sejumlah kriteria tersebut, peran guru adalah memberi masukkan kepada guru yang mengajar pada tingkatan atau kelas selanjutnya. Berdasarkan masukkan guru dari kelas sebelumnya, guru yang mengajar pada tingkatan selanjutnya dapat menarik kesimpulan mengenai metode dan model yang tepat untuk diterapkan dikelas yang diampuhnya.

Disinilah peran penting sebuah data dan informasi perkembangan kemajuan belajar siswa. Data dan informasi yang dibutuhkan mencakup tigas aspek seperti yang diuraikan oleh Bloom dan Krathwohl, ketiga aspek tersebut adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing-masing aspek memiliki tingkatan seperti berikut.

a. Aspek Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu
1. pengetahuan (mengingat, menghafal)
2. pemahaman (menginterpretasikan)
3. aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
4. analisis (menjabarkan suatu konsep)
5. sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
6. evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya)

b. aspek psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu
1. peniruan (menirukan gerak)
2. penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3. ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
4. perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)
5. naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)

c. Aspek afektif
Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1. pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
2. merespons (aktif berpartisipasi)
3. penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
4. pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai)
5. pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup)

Untuk mendapatkan data yang valid tentang kemajuan belajar siswa berdasarkan instrumen di atas, guru harus melakukan pengukuran dan penilaian. Pengukuran dan penilaian dilaksanakan dengan memberi soal kepada siswa. Soal-soal yang diberikan harus mewakili poin tingkatan ketiga aspek di atas.

Adapun bagaimana melakukan pengukuran dan penilaian dengan menggunakan soal, silahkan baca artikel saya selanjutnya yakni Cara mengukurdan menilai aspek kognitif, psikomotor dan afektif siswa bagian 1.


Artikel keren lainnya:

Tugas utama guru dalam pembelajaran

Dalam undang-undang guru dan dosen, ada tujuh tugas utama guru. Ketujuh tugas tersebut adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Apa saja maksud dari ketujuh tugas utama guru tersebut?

1. Mendidik
Mendidik adalah mengajak, memotivasi, mendukung, membantu dan menginspirasi  orang lain untuk melakukan tindakan positif yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau lingkungan. Mendidik lebih menitikberatkan pada kebiasaan dan keteladanan.

2. Mengajar
Mengajar adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh guru untuk membantu atau memudahkan siswa  melakukan kegiatan belajar. Prosesnya dilakukan dengan memberikan contoh kepada siswa atau mempraktikkan keterampilan tertentu atau menerapkan konsep yang diberikan kepada siswa agar menjadi kecakapan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Membimbing
Suatu proses yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan bahan ajar untuk mentransfer ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan pendekatan tertentu yang sesuai dengan karakter siswa. Membimbing juga dimaksudkan untuk membantu siswa agar menemukan potensi dan kapasitasnya, menemukan bakat dan minat yang dimilikinya sehingga sesuai dengan masa perkembangan dan pertumbuhannya.

4. Mengarahkan
Mengarahkan adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru kepada peserta didik agar dapat mengikuti apa yang harus dilakukan agar tujuan dapat tercapai. Mengarahkan bukan berarti memaksa, kebebasan peserta didik tetap dihormati dengan tujuan agar tumbuh kreativitas dan inisiatif peserta didik secara mandiri.

5. Melatih
Menurut Sarief (2008), melatih pada hakekatnya adalah suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain (atlet) mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam usahanya mencapai tujuan tertentu. Dalam dunia pendidikan tugas guru adalah melatih siswa terhadap fisik, mental, emosi dan keterampilan atau bakat.

6. Menilai
Menurut (BSNP 2007: 9), penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Tugas guru adalah menilai siswa pada aspek keterampilan, sikap dan pengetahuan. Tujuannya untuk mengukur sejauhmana kompetensi siswa setelah proses belajar mengajar selesai dilaksanakan.

7. Mengevaluasi
Mengevaluasi dapat dimaknai sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai (Gronlund, 1985, dalam Djaali dan Pudji M). Evaluasi ditujukan untuk mendapatkan data dan informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian.


Artikel keren lainnya:

Cara mengetahui siswa yang memiliki kepandaian dalam Pendidikan

Apakah dengan hanya mengukur nilai matematika, seorang siswa sudah dapat diketahui tingkat kepandaian atau kecerdasannya? Atau hanya dengan melihat kita sudah bisa membedakan siswa tersebut berkepandaian? Para ahli sepakat bahwa kepandaian tidak dapat disaksikan dari luar, kepandaian tidak dapat mengukurnya hanya dengan berpatokan pada nilai-nilai tertentu saja.

Untuk mengetahui kepandaian siswa, guru biasanya menguji dengan memberikan soal-soal. Apabila soal yang diberikan dapat diselesaikan maka siswa tersebut memiliki kepandaian. Untuk lebih mendekatkan kita pada bagaimana siswa yang memiliki kepandaian, David Lazear mengemukakan ada 7 (tujuh) indikator atau aspek yang bisa dijadikan petunjuk tentang tinggi rendahnya kepandaian seseorang.
1. Kemampuan verbal
2. kemampuan mengamati dan rasa ruang
3. kemampuan gerak kinetis-fisik
4. kemampuan logika/matematika
5. kemampuan dalam hubungan intra-personal
6. kemampuan dalam hubungan inter-personal
7. kemampuan dalam musik/irama

Mengingat ke tujuh aspek tersebut di atas sangat penting bagi guru untuk mengidentifikasi kepandaian atau kecerdasan siswa maka ke tujuh aspek di atas perlu diketahui pula indikatornya. Adapun indikator masing-masing ke tujuh aspek tersebut antara lain:

1. Kemampuan verbal, meliputi:
  • analisis linguistik
  • mengenal kembali dan mengingat
  • memahami dan menciptakan kelucuan atau humor
  • menjelaskan sesuatu dalam proses belajar-mengajar
  • meyakinkan seseorang agar bersedia melakukan sesuatu
  • memahami perinta dengan tepat
2. kemampuan mengamati dan rasa ruang, meliputi:
  • khayalan
  • menyusun kerangka pikir
  • menemukan jalan dalam konsep ruang
  • memanipulasi imajinasi
  • mengiterpretasikan grafik/bagan/model
  • mengenal hubungan objek dalam ruang
  • memiliki persepsi yang cermat melalui berbagai sudut pandang
3. kemampuan gerak kinetik-fisik, meliputi:
  • mengatur/mengelola gerak refleks
  • mengatur/mengelola gerak terencana
  • memperluas kesadaran melalui tubuh
  • peduli hubungan antarbagian tubuh
  • meningkatkan fungsi tubuh
4. kemampuan logika/matematika, meliputi:
  • pengenalan pola-pola abstraksi
  • pertimbangan induktif
  • pertimbangan deduktif
  • cerdas dalam menangkap hubungan dan kaitan
  • menyelesaikan kalkulasi kompleks
  • pertimbangan ilmiah
5. kemampuan dalam hubungan intra-personal meliputi:
  • konsentrasi dalam berpikir
  • keberhati-hatian
  • melakukan meta kognisi
  • kesadaran dan ekspresi berbagai perasaan
  • kesadaran atas dirinya
  • tingkat pemikiran-penalaran
6. kemampuan dalam hubungan inter-personal, meliputi:
  • menciptakan dan mengelola sinergi
  • daya melampaui perspektif orang lain
  • bekerja sama dalam kelompok
  • mengenal dan membuat sesuatu yang berbeda dengan lainnya
  • komunikasi verbal dan non verbal.
7. kemampuan dalam musik/irama, meliputi:
  • struktur musik
  • skematis dalam mendengarkan musik
  • sensitif terhadap suara
  • kreatif dalam melodi dan irama
  • sensitif dalam nada
Setelah kita mengenal ciri-ciri siswa yang berkepandaian dan indikator masing-masing aspek maka kita juga harus mengetahui tentang macam-macam tingkatan intelegensi atau kepandaian. 
  1. 1% luar biasa, IQ antara 30 sampai 70
  2. 5% dungu, IQ antara 70 sampai 80
  3. 14% bodoh, IQ antara 80 sampai 90
  4. 60% normal, IQ antara 90 sampai 110
  5. 14% pandai, IQ antara 110 sampai 120
  6. 5% sangat pandai, IQ antara 120 sampai 130
  7. 1% jenius, IQ lebih dari 130
Untuk yang 1% luar biasa, terbagi atas tiga:
  • Idiot yang mempunyai IQ antara 0 sampai 25
  • Imbesil yang mempunyai IQ antara 26  sampai 50
  • Debil mempunyai IQ antara 51 sampai 70
Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat intelegensi siswa atau anak dapat menggunakan tes intelegensi, tes ini sudah banyak beredar, anda dapat menemukannya di internet. Kevalidannya dapat dijamin karena merupakan rancangan dari para ahli. Tes intelegensi yang paling terkenal dan paling banyak digunakan adalah Binet-Simon. Selain tes ini, tes lainnya seperti SPM, tintum dan sebagainya.

Artikel keren lainnya:

Beginilah kalau mengajar tanpa Prota dan Promes

Banyak guru yang keteteran menyelesaikan materi yang akan diberikan kepada siswanya, bahkan ada guru yang tidak dapat menyelesaikan materinya. Kalau ini terjadi pada anda, ada dua hal yang perlu dievaluasi, apa saja itu?

Pertama, Kemungkinan keterlambatan materi disebabkan oleh kurangnya siswa menangkap materi yang disajikan sehingga guru harus mengulang-ulang materi agar kelas yang diampunya dapat tuntas. Konsekuensinya adalah menambah alokasi waktu untuk materi tersebut, dampaknya justru berpengaruh pada SK dan KD yang lain.

Kedua, Tidak ada peta materi dalam hitungan semester dan tahun, peta materi penting untuk mengetahui distribusi materi terhadap alokasi waktu. Peta materi yang dimaksud tidak lain adalah Program tahunan (Prota) dan Program semester (Promes), kedua program ini disusun untuk menjadi pedoman dan batasan guru untuk menyajikan materi terhadap alokasi waktu, apakah selama satu semester atau selama satu tahun pelajaran.

Beberapa akibat yang timbul oleh tidak adanya Prota dan Promes, antara lain:
1. Materi tidak tuntas
2. Tidak jelas alokasi waktu per SK dan KD
3. Ulangan tidak terkontrol berdasarkan SK dan KD
4. Pemetaan SK dan KD tidak terstruktur dan sistematik
5. Pembagian materi per semester tidak jelas


Dan masih banyak lagi, karena begitu pentingnya Prota dan Promes maka guru sebelum melaksanakan pembelajaran harus menyelesaikan kedua program ini. Sebagian guru menjelaskan bahwa sebelum menyusun RPP sebagai rencana skenario pembelajaran, maka Promes dan Prota harus disiapkan terlebih dahulu, sehingga pembagian pertemuan pembelajaran dapat terdistribusi secara keseluruhan berdasarkan SK dan KD dengan mempertimbangkan alokasi waktu yang tersedia.

Artikel keren lainnya:

Apakah anda punya solusi? Tantangan yang harus diselesaikan oleh guru

Ada yang menarik, dalam penerimaan hadiah bagi siswa yang berprestasi kebanyakan adalah peserta didik putri. Pada saat lomba olimpiade tingkat kota/kabupaten, propinsi bahkan nasional di dominasi oleh peserta didik putri. Bagaimana dengan putra?

Melihat fenomena ini, tentunya kita akan bertanya “bagaimana bisa putri lebih dominan dalam hal prestasi?”. Ini menunjukkan bahwa terdapat masalah pada peserta didik putra, diperlukan penelitian untuk membuka dan memecahkan sumber dan sebab masalahnya sehingga ditemukan solusi yang tepat agar peserta didik putra kembali bersaing dengan peserta didik putri dalam hal prestasi.

Di dunia pendidikan pemberian pelayanan dilaksanakan secara adil dan obyektif, tidak ada perlakuan khusus yang diberikan kepada putri maupun putra. Walaupun demikian, hasilnya tetap menunjukkan dominasi putri terhadap putra terjadi hampir semua sekolah di Indonesia. 

Jumlah peserta didik putri yang menempuh pendidikan dapat dikatakan 10 banding 1, namun demikian jumlah tidak dapat disimpulkan sebagai sumber dominasi peserta didik putri atas prestasi yang terjadi disekolah.

Berangkat dari masalah ini, guru ditantang untuk menemukan penyebab kurangnya prestasi yang diraih oleh peserta didik putra. Bisa dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan atau bentuk penelitian lainnya, kalau perlu melibatkan sekolah secara keseluruhan sehingga hasilnya dapat dijadikan dasar tindakan selanjutnya. Bagaimana tertantangkah anda?

Artikel keren lainnya:

Kapan RPP dapat dikatakan berhasil?

Rencana pembelajaran yang disusun oleh guru dalam RPP tidak dapat menjadi hukum mutlak yang harus ditegakkan selama pelaksanaan pembelajaran. Selalu saja terdapat faktor penghambat yang bisa berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.

Adapun faktor penghambat keberhasilan pembelajaran di kelas antara lain, karakter peserta didik, model, metode, manajemen kelas, media, dan bahan ajar. Guru harus mampu mengidentifikasi semua faktor tersebut untuk dapat merumuskan solusi yang bisa diterapkan didalam kelas yang diampuh.

RPP harus bisa dilaksanakan karena RPP menjadi pedoman guru selama pembelajaran. Namun karena RPP adalah sebuah rencana maka hasilnya tidak selamanya maksimal. Olehnya itu, guru perlu mengetahui pada saat kapan RPP dapat dikatakan berhasil.

Berhasil tidaknya sebuah RPP dapat ditentukan melalui evaluasi baik terhadap siswa maupun terhadap guru. Adapun ciri-ciri RPP dikatakan berhasil apabila :

  1. Indikator dalam RPP tercapai
  2. Terjadi perubahan pada siswa sesuai yang diharapkan
  3. Guru mampu mengelola kelas selama pembelajaran
  4. Siswa antusias mengikuti pembelajaran karena baik model maupun metode yang diterapkan menarik minat belajar peserta didik
  5. Guru dapat mengintegrasikan media yang digunakan
  6. Alokasi waktu dapat dimanfaatkan dengan baik dan tepat

Yang perlu diperhatikan adalah RPP tidak selamanya berhasil di semua kelas yang diampuh oleh guru, kenyataan yang selama ini terjadi adalah guru menyusun RPP dalam sekali pertemuan diberlakukan kepada semua kelas sehingga hasilnya bervariasi, disinilah guru biasanya langsung menyimpulkan bahwa kelas-kelas yang tidak tuntas disebabkan oleh kurangnya kemampuan peserta didik menerima materi yang diberikan tanpa mempertimbangkan faktor penghambat di atas.

Berdasarkan pengalaman yang pernah saya dapatkan bahwa apabila ketuntasan dalam satu kelas tidak mencapai 75% maka kegagalan bukan pada siswa tetapi guru. Guru harus merubah model dan metode yang digunakan, artinya RPP harus direvisi kembali. Tentunya terlebih dahulu dilakukan penelitian untuk menemukan permasalahan dan solusinya sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran berikutnya dikelas tersebut.



Artikel keren lainnya:

Guru jangan mengajar seperti mesin foto copy

Menjadi guru membutuhkan kreativitas, inovasi, dan mengedepankan perubahan. Profesi guru merupakan tempat mengaktualisasikan diri, potensi dan kapasitas diri untuk menciptakan perubahan terhadap anak didik, sehingga dengan perencanaan dan tindakan yang dilakukan oleh guru dapat meningkatkan kompetensi peserta didik.

Dalam kurikulum, materi hanya diberikan dalam bentuk Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi dengan harapan agar materi yang diberikan dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, materi yang disajikan harus bervariasi dan berdasarkan teori-teori terbaru tetapi tetap mengacu pada SK dan KD yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan.

Permasalahan yang terjadi didunia pendidikan adalah masih banyak guru yang melaksanakan pembelajaran seperti mesin foto copy, ilmu yang diberikan kepada peserta didik disajikan sama dengan yang tertera dalam buku, hal ini dibuktikan dengan banyaknya guru yang memberikan catatan kepada siswanya dengan menyalin keseluruhan redaksi dalam buku pelajaran.

Padahal dalam kurikulum sudah jelas tertera bahwa guru harus menyiapkan bahan ajar, bahan ajar bersumber dari beberpa buah buku atau sumber-sumber lainnya dengan tujuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan yang diterima oleh peserta didik.

Sebenarnya tidak salah seorang guru menggunakan cara seperti di atas, namun perlu dipertimbangkan bahwa ilmu pengetahuan bergerak maju dengan cepat. Bila guru tidak mampu mengikuti dan mengontrol perkembangan ilmu pengetahuan maka dunia pendidikan akan tertinggal jauh. Dunia pendidikan hanya melahirkan generasi-generasi yang ketinggalan jaman, mereka tidak akan mampu mengikuti perubahan di era globalisasi dimana arus informasi bergerak bebas dan cepat dan menjamin akses penuh kepada siapapun termasuk peserta didik kita. Pertanyaannya adalah apakah guru tidak malu ketika ada peserta didik lebih cepat menerima ilmu pengetahuan terbaru ketimbang guru?

Guru harus berbenah, guru harus selangkah lebih maju daripada peserta didik maka dengan demikian guru harus mampu menguasai teknologi informasi, karena sumber penyebaran ilmu pengetahuan saat ini menggunakan media teknologi informasi.

Olehnya itu, penggunaan bahan ajar yang sesuai dengan syarat penulisan bahan ajar perlu didorong, dikembangkan dan dipersiapkan dengan matang. Sumber-sumber untuk mendukung bahan ajar harus lebih variatif mulai dari buku-buku, makalah, artikel, bahkan jurnal-jurnal hasil penelitian. Hal ini dikandung maksud agar peserta didik menerima informasi secara penuh, mendalam dan utuh.

Peran bahan ajar sebagai sumber belajar peserta didik sangat vital, peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu yang menjadi karakter anak didik dalam usia anak-anak dan remaja merupakan faktor penentu perkembangan anak. Sebagai guru memiliki tugas untuk mengantarkan anak didik keluar dari tahap belajar secara benar dan baik agar lahir generasi-generasi yang berpengetahuan luas dengan pemahaman yang sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan nasional.


Untuk mencapai tujuan nasional tersebut, peran guru tidak bisa seperti mesin foto copy maupun sebagai salesman para penerbit, guru harus memiliki kemampuan dan memahami tugas dan tanggung jawab sesuai dengan undang-undang guru dan dosen.

Artikel keren lainnya:

10 Perangkat Pembelajaran yang harus dimiliki oleh guru

Siapkan peralatan tempur sebelum berperang, begitupun guru juga harus menyiapkan perangkat pembelajaran yang gunanya untuk melancarkan proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran apa saja yang harus disiapkan?

1. Silabus
Perangkat ini berisi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai, untuk mencapainya diukur berdasarkan indikator pencapaian. Silabus ibarat ringkasan dari kurikulum karena didalamnya terdapat target pencapaian, media, dan lain sebagainya.

2. RPP
RPP atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan langkah-langkah yang harus di tempuh oleh guru dalam rangka pemberian pelayanan kepada peserta didik. Perencanaan yang dirancang mencakup model, metode, pelaksanaan, evaluasi dan instrumen penilaian.

3. Prota
Program tahunan atau Prota merupakan batasan materi yang harus diselesaikan dengan waktu yang tertera jelas dalam tabel program tahunan. Prota berisi distribusi materi selama satu tahun pelajaran yang terdiri dari dua semester, prota terbentuk dari program semester.

4. Promes
Program semester atau promes merupakan gambaran distribusi materi selama satu semester berdasarkan SK dan KD yang telah dirumuskan dalam Standar Isi.

5. Buku Absen
Buku ini berisi sejumlah nama peserta didik dalam kelas yang kita bina. Buku ini gunanya untuk mengontrol kehadiran peserta didik.

6. Buku Jurnal
Buku ini berisi beberapa catatan penilaian prilaku peserta didik selama pembelajaran dilaksanakan, mulai dari kedisiplinan, tanggung jawab, kerjasama, dan lain sebagainya.

7. Buku penilaian
Buku ini digunakan untuk menyimpan data-data hasil evaluasi terhadap peserta didik.

8. Bundel portofolio
Tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa di kumpul jadi satu bundel, biasanya digabung perkelas bahkan per individu. Gunanya untuk mengetahui perkembangan kompetensi peserta didik, perubahan peserta didik terhadap penerimaan materi yang disampaikan dapat diukur sehingga memudahkan guru menentukan model dan metode yang akan diberikan. Melalui bundel ini, seorang guru dapat menyimpulkan keberhasilan pembelajaran dikelasnya.

9. Bank Soal
Ini adalah buku yang berisi kumpulan dari sejumlah soal yang akan diberikan kepada peserta didik.

10. Media
Dalam menyajikan pelajaran, media menjadi faktor penentuk keberhasilan pembelajaran. Tentang media, dibutuhkan inovasi dan kreativitas guru untuk menentukan media-media yang diperlukan dalam kaitannya dengan pokok bahasan yang diberikan.


Artikel keren lainnya:

10 Penentu keberhasilan pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru

Menjadi guru tidak mudah, banyak tantangan yang akan dihadapi mulai dari penguasaan kurikulum, administrasi pembelajaran, prilaku siswa, kompetensi guru itu sendiri dan lain sebagainya. Pendeknya, profesi guru haruslah melekat pada orang-orang yang menyukai tantangan. Agar kita berhasil menjadi guru profesional, maka berikut beberapa hal yang harus diperhatikan.

1. Kurikulum
Kurikulum harus dipahami betul, karena disinilah letak keberhasilan pembelajaran. Kurikulum terdiri dari empat komponen yakni standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian. Bagaimana target pencapaian ada di SKL, bagaimana materi yang diajarkan ada di standar isi, bagaimana pembelajaran berlangsung ada di standar proses dan bagaimana untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran ada di standar penilaian. Jadi, bagi guru harus memahami kurikulum sebelum pembelajaran dilangsungkan.

2. Perangkat pembelajaran
Agar jalannya pembelajaran dapat berjalan dengan baik maka perangkat pembelajaran harus tersedia, mulai dari silabus, RPP, Prota, Promes, bahan ajar, media, sampai dengan instrumen penilaian. Tanpa perangkat pembelajaran, proses pembelajaran tidak akan berjalan secara runut, terstruktur, dan sistematis. Bagaimana memanaj pembelajaran agar berjalan dengan baik membutuhkan perencanaan yang matang, seperti merencanakan model dan metode yang digunakan. Untuk itulah, seorang guru wajib memiliki perangkat pembelajaran sebelum pembalajaran dilaksanakan.

3. Kompetensi guru
Dalam undang-undang guru dan dosen ada empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru, keempat kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, akademik, sosial dan profesional. Kompetensi guru sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, pembelajaran akan berjalan menarik karena guru memiliki kemampuan untuk berimprovisasi, berkreasi, dan berinovasi menjaga jalannya proses pembelajaran. Kompetensi ini dapat membantu guru untuk mengidentifikasi karakteristik peserta didik, pengelolaan kelas dan penguasaan materi sehingga pemberian pelayanan diberikan secara maksimal tanpa merugikan peserta didik.

4. Disiplin dan tanggung jawab
Kedisiplinan guru akan menjadi pembelajaran bagi peserta didiknya. Waktu yang dialokasikan digunakan secara maksimal, dan dilaksanakan penuh tanggung jawab. Misalnya datang tepat waktu, pulang tepat waktu, taat asas dan aturan, komitmen terhadap perencanaan pembelajaran, dan selalu mengedepankan perwujudan yang nyata.

5. Penampilan
Mengapa artis menjadi idola? Bukan karena uangnya, juga bukan karena ilmu yang dimilikinya, bukan pula karena prilakunya melainkan karena penampilannya. Penampilan yang menarik dapat menjadi magnet bagi yang melihatnya, karena pada dasarnya manusia dilahirkan dengan seni yang maha agung. Guru dapat mencontoh apa yang ditonjolkan oleh para artis, berpenampilan menarik tetapi tetap menjaga norma berpakaian sebab guru adalah orang yang dibentuk untuk menjadi suri teladan. Selama pembelajaran berlangsung, guru menjadi pusat perhatian, akan membosankan apabila penampilan guru tidak menarik sebaliknya akan menjadi obat bagi peserta didik apabila penampilan guru menarik dan menyenangkan untuk dipandang.

6. Penguasaan Kosakata/Komunikasi
Untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik dibutuhkan kemampuan dalam mengkomunikasikan materi yang disampaikan. Guru harus memiliki kosakata yang luas agar komunikasi yang dibangun terdengar menarik dan tidak mengalami perulangan kata. Hindari perkataan “eeee”, “apa itu”, “kemudian”, “anu”, “maka” dan lain sebagainya. Komunikasi dengan peserta didik harus diarahkan ke situasi pendidikan, jangan sampai menyeret anda ke situasi non pendidikan, misal menceritakan pribadi dan keluarga anda, atau cerita-cerita lainnya yang tidak bermakna pendidikan.

7. Menghargai peserta didik
Berhadapan dengan peserta didik sama dengan kalau kita bercermin. Apa yang kita berikan, seperti itu juga hasil yang akan kita dapatkan. Semua manusia butuh dihargai, peserta didik juga adalah manusia karena itu mereka  ingin pula dihargai. Mulailah kita menghargai peserta didik dari hal-hal yang kecil, misalnya ketika anda meminta siswa untuk memungut sampah, jangan lupa berterima kasih karena usahanya tersebut atau apabila anda menyuruh siswa, upayakan didahului dengan kata “Nak, bisa tolong bapak/ibu guru”. Gunakan kata-kata yang tidak bermakna merendahkan, dan hindari kata-kata seperti “bodohnya kamu”, “kurang ajar”, “kamu sudah tuli kah” dan lain sebagainya yang berkonotasi merendahkan peserta didik.

8. Humoris
Manusia memiliki batas toleransi, ketika kondisi fisik fit, emosi manusia masih stabil, sebaliknya ketika kondisi fisik mengalami kelelahan maka emosi manusia akan menjadi labil, gampang tersulut, bosan dan jenuh. Hal itu juga yang dirasakan oleh peserta didik, biasanya ini terjadi pada pelajaran kedua dan ketiga, karena banyak faktor mempengaruhi peserta didik mulai dari panas, lelah, sampai dengan lapar. Pada saat seperti ini, dibutuhkan kemampuan guru untuk menciptakan situasi kelas menjadi menyenangkan, salah satu caranya adalah dengan memperbanyak humor.

9. Penggunaan media
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, peningkatan daya serap siswa terhadap pelajaran di tentukan oleh media pembelajaran yang digunakan. Siswa akan mengalami peningkatan daya serap sebesar 80% apabila materi pelajaran diberikan menggunakan audio visual, dan hanya 20% peningkatan daya serap siswa kalau pembelajaran dilaksanakan secara konvesional atau tanpa media (metode ceramah).

10. Selalu Berubah
Buatlah siswa untuk selalu penasaran dengan pelajaran yang anda berikan, karena itu, baik metode maupun model pembelajaran harus selalu berubah setiap kali pertemuan. Menciptakan situasi seperti ini dapat membuat siswa untuk terus mengikuti pelajaran yang anda berikan, mereka akan selalu menantikan perubahan tersebut. Dengan demikian terdapat motivasi siswa untuk belajar, disinilah kesempatan guru untuk menanamkan materi pelajaran demi perubahan peserta didik seperti yang direncanakan dalam indikator pencapaian kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.


Dengan menerapkan ke sepuluh poin di atas, harapan dapat menghasilkan kenyataan yang direncanakan, dan anda pun akan menjadi idola bagi siswa, teladan dalam prilaku, dan spirit dalam belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi siswa pada mata pelajaran yang anda berikan.

Artikel keren lainnya:

Pengertian dan cara menyusun indikator pencapaian kompetensi

Didalam RPP maupun silabus, salah satu komponen yang harus disusun oleh guru adalah indikator pencapaian kompetensi. Bagaimana cara menyusun indikator pencapaian kompetensi? Dan apa pula pengertian indikator?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), indikator adalah sesuatu yg dapat memberikan atau menjadi petunjuk atau keterangan. Jika dikaitkan dengan pembelajaran, indikator merupakan petunjuk bagi guru apakah hasil pembelajaran telah tuntas atau belum. Sederhananya, indikator pencapaian kompetensi adalah garis-garis besar yang harus dicapai oleh siswa selama pembelajaran berlangsung.

Misalnya, Dalam satu pertemuan, siswa harus mampu menyebutkan nama-nama binatang melata. Maka pembelajaran dilaksanakan semata-mata agar siswa dapat menyebutkan nama-nama binatang melata. Ketika siswa sudah mampu menyebutkan nama-nama binatang melata berarti pembelajaran telah tuntas, sebaliknya jika siswa belum mampu menyebutkan nama-nama binatang melata, pembelajaran belum tuntas.

Jadi, indikator merupakan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa atau dengan kata lain adalah perubahan yang diharapkan yang terjadi pada diri siswa pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan setelah pembelajaran berlangsung, untuk mengetahuinya dilaksanakan melalui evaluasi, apakah dilakukan dengan tes lisan, tertulis atau tanya jawab.

Untuk menyusun indikator pelajaran perlu diketahui terlebih dahulu syarat-syarat yang harus dipenuhi, banyak orang menyarankan agar menggunakan metoda SMART.

  • S pecific            : Indikator yang dibuat haruslah berfokus pada satu kemampuan.
  • M easurable     : indikator harus dapat diukur dan dievaluasi.
  • A chievable      : indikator harus bisa diraih atau dicapai oleh siswa.
  • R eality             : indikator harus Nyata dalam prosesnya.
  • T ime                : Perhitungan waktu mencukupi.


Selain kelima syarat di atas, guru memerlukan kata kerja operasional, kata kerja biasanya mengacu pada taksonomi bloom. Berikut beberapa kata kerja yang bisa dipakai oleh guru dalam merumuskan indikator yang akan dicapai untuk dituangkan kedalam RPP.

ASPEK KOGNITIF

No

KOMPETENSI

INDIKATOR KOMPETENSI

1
Knowledge(Pengetahuan)
Menyebutkan, menuliskan, menyatakan, mengurutkan mengidentifikasi, mendefinisikan, mencocokkan, memberi nama, memberi label, dan melukiskan.

2
Comprehension(Pemahaman)
Menerjemahkan, mengubah, menggeneralisasi, menguraikan, menuliskan kembali, merangkum, membedakan, mempertahankan, menyimpulkan, mengemukakan pendapat, dan menjelaskan.

3
Application(Penerapan)
Mengoperasikan, menghasilkan, mengubah, mengatasi, menggunakan, menunjukkan, mempersiapkan, dan menghitung.

4
Analysis (Analisis)
Menguraikan, membagi-bagi, memilih, dan membedakan.

5
Synthesis (Sintesis)
Merancang, merumuskan, mengorganisasikan, menerapkan, memadukan, dan merencanakan.

6
Evaluation (Evaluasi)
Mengkritisi, menafsirkan, mengadili, dan memberikan evaluasi.

ASPEK AFEKTIF

No

KOMPETENSI

INDIKATOR KOMPETENSI

1
Receiving(Penerimaan)
Mempercayai, memilih, mengikuti, bertanya, dan mengalokasikan.

2
Responding(Menanggapi)
Konfirmasi, menjawab, membaca, membantu, melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan.

3
Valuing (Penanaman nilai)
Menginisiasi, mengundang, melibatkan, mengusulkan, dan melakukan.

4
Organization(Pengorganisasian)
Memverifikasi, menyusun, menyatakan, menghubungkan, dan mempengaruhi.

5
Characterization(Karakterisasi)
Menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan hidup, mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini

ASPEK PSIKOMOTOR

No

KOMPETENSI

INDIKATOR KOMPETENSI

1
Observing(Pengamatan)
Mengamati proses, memberi perhatian pada tahap-tahap sebuah perbuatan, memberi perhatian pada sebuah artikulasi

2
Imitation (Peniruan)
Melatih, mengubah, membongkar sebuah struktur, membangun kembali sebuah struktur, dan menggunakan sebuah model.

3
Practicing(Pembiasaan)
Membiasakan perilaku yang sudah dibentuknya, mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten.

4
Adapting(Penyesuaian)
Menyesuaikan model, mengembangkan model, dan menerapkan model.

Kemudian indikator harus dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkret ke abstrak (bukan sebaliknya). Kata kerja operasional pada KD benar-benar terwakili dan teruji akurasinya pada kalimat yang dituliskan di indikator pembelajaran (RPP).

Indikator dalam RPP dikembangkan dari KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.




Artikel keren lainnya: