Setiap tahun ajaran baru, guru selalu menemui masalah. Coba
anda tanyakan kepada guru, apakah mereka sudah mengenal karakter peserta
didiknya?, kemudian tanya pula model dan metode apakah yang digunakan untuk
kelas yang dibinanya?, bagaimana pula dengan media, alat peraga, bahan ajar,
dan lain sebagainya.
Walaupun RPP sudah disusun sebelum melaksanakan
pembelajaran, tetapi rata-rata guru kesulitan terhadap pertanyaan di atas,
sehingga mengakibatkan penentuan model, metode, media, dan perencanaan lainnya
untuk kelancaran pembelajaran menjadi masalah bahkan banyak guru memulainya
tanpa menyesuaikan kondisi dan karakter kelas, pada umumnya dengan hanya mengeneralisasi
beberapa instrumen pembelajaran tersebut.
Inilah hambatan utama guru dalam melaksanakan pembelajaran,
model dan metode masih dalam bentuk coba-coba. Menerapkan model dan metode yang
tepat dapat meningkatkan keberhasilan pembelajaran, sebaliknya dapat menurunkan
motivasi belajar anak. Melakukan PTK untuk menemukan model dan metode yang
tepat membutuhkan waktu yang tidak sedikit, inilah pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan oleh guru.
Pada prinsipnya, apabila sistem manajemen sekolah berjalan
dengan baik maka masalah di atas tidak menjadi hambatan bagi guru. Guru dalam
satu satuan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, semua
guru adalah satu tim kerja. Masing-masing guru memberi penguatan kepada guru
lainnya, guru kelas tujuh menjadi penguat guru kelas delapan, guru kelas
delapan menjadi penguat guru kelas sembilan untuk tingkat SMP, begitu pula guru
yang ada di SD dan SMA.
Untuk menerapkan metode dan model pembelajaran serta
instrumen lainnya, sejumlah kriteria harus terpenuhi diantaranya karakter
peserta didik, nilai, kompetensi, bakat dan minat. Guru memerlukan data dan
informasi tentang sejumlah kriteria tersebut, peran guru adalah memberi
masukkan kepada guru yang mengajar pada tingkatan atau kelas selanjutnya.
Berdasarkan masukkan guru dari kelas sebelumnya, guru yang mengajar pada
tingkatan selanjutnya dapat menarik kesimpulan mengenai metode dan model yang
tepat untuk diterapkan dikelas yang diampuhnya.
Disinilah peran penting sebuah data dan informasi perkembangan
kemajuan belajar siswa. Data dan informasi yang dibutuhkan mencakup tigas aspek
seperti yang diuraikan oleh Bloom dan Krathwohl, ketiga aspek tersebut adalah
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing-masing aspek memiliki
tingkatan seperti berikut.
a. Aspek Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu
1. pengetahuan (mengingat, menghafal)
2. pemahaman (menginterpretasikan)
3. aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu
masalah)
4. analisis (menjabarkan suatu konsep)
5. sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi
suatu konsep utuh)
6. evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan
sebagainya)
b. aspek psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu
1. peniruan (menirukan gerak)
2. penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3. ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
4. perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan
benar)
5. naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
c. Aspek afektif
Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1. pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
2. merespons (aktif berpartisipasi)
3. penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada
nilai-nilai tertentu)
4. pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang
dipercayai)
5. pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari
pola hidup)
Untuk mendapatkan data yang valid tentang kemajuan belajar
siswa berdasarkan instrumen di atas, guru harus melakukan pengukuran dan
penilaian. Pengukuran dan penilaian dilaksanakan dengan memberi soal kepada
siswa. Soal-soal yang diberikan harus mewakili poin tingkatan ketiga aspek di
atas.
Belum ada tanggapan untuk "Inilah alasan mengapa guru kesulitan memulai pelajaran"
Post a Comment