Beranda · Artikel · Motivasi · Merdeka Belajar · Bahan Ajar · PTK · Pembelajaran

Keberhasilan pembelajaran tergantung waktu dan alasan guru

Setiap berganti tahun pelajaran, kita akan kembali kepada keadaan awal. Keadaan dimana siswa perlu dituntun untuk menyelesaikan materi pada tahun pelajaran itu. Situasi ini terus berulang setiap tahun pelajaran, sampai pada waktu tertentu kita akan menemukan diri kita telah mencapai batas usia maksimum sebagai guru atau masa pensiun.

Seyogyanya, guru semakin lama masa kerjanya semakin profesional dalam menyajikan materi, namun pada kenyataannya bukannya semakin memudahkan guru memberikan pembelajaran tetapi justru tantangan semakin berat dan kompleks. Waktu tidak pernah berhenti, waktu terus berputar. Inilah perjalanan panjang yang dihadapi oleh guru, guru harus mampu membaca perubahan dan pergerakan paradigma budaya di masyarakat. Untuk kemudian menyempurnakan cara dan langkahnya memberikan pembelajaran.

Akan tetapi ternyata tidaklah mudah menyajikan pembelajaran yang baik dan benar sebagaimana syarat seorang guru profesional. Keadaan hari ini tidak pernah sama dengan keadaan dimasa yang akan datang, begitu seterusnya sehingga membuat guru hanya mengejar waktu.

Tiap manusia tentunya memiliki batas kemampuan, maka pada waktu tertentu harapan pasti tidak sesuai dengan kenyataan akibat berada pada titik kebosanan dan kelelahan. Untuk mengatasinya, hanya alasan yang tepat dan baik yang bisa melewati titik tersebut. Guru adalah manusia cerdas dan kreatif sehingga tidak sulit untuk menyusun alasan demi tetap bertahan memberikan pelayanan prima dalam bentuk pembelajaran yang baik dan benar kepada peserta didiknya.

Sehingga guru harus mampu memanfaatkan waktu, guru juga harus bisa menemukan alasan yang tepat demi memotivasi dirinya memberikan pembelajaran dan guru juga harus mampu membawa perubahan agar peserta didiknya tidak terseret dalam pusaran informasi. Jika itu bisa kita kuasai maka itulah yang membedakan guru dengan masyarakat pada umumnya.

Artikel keren lainnya:

PR tidak termasuk nilai tugas siswa

Pekerjaan rumah tidak termasuk nilai tugas siswa, inilah yang harus diluruskan. Pemahaman guru pada umumnya bahwa nilai tugas diperoleh setelah siswa menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan padahal nilai tugas yang dimaksud dalam kurikulum adalah nilai yang diberikan oleh guru selama proses belajar mengajar berlangsung.

Baik kurikulum 2006 maupun kurikulum 2013 menitikberatkan pada proses guna mengetahui kompetensi siswa karena kedua kurikulum ini berorientasi dan berbasis pada kompetensi, jadi dalam memberikan penilaian, guru harus memantau proses siswa menyelesaikan tugas yang diberikan. Cara yang selama ini dipraktekkan oleh guru dengan hanya melihat hasil melalui pemberian tugas rumah tidak akan mampu mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh siswa.

Pekerjaan rumah tidak menjamin kompetensi siswa itu sendiri, pekerjaan rumah bisa saja dikerjakan oleh orang lain sehingga hasilnya tidak termasuk kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Sementara itu untuk mendapatkan nilai tugas dapat melalui tugas kelompok, tanya jawab, kuis, praktek, tugas proyek dan lain sebagainya yang dikerjakan selama jam pelajaran.

Sedangkan PR (pekerjaan rumah) hanya untuk mengukur aspek tanggung jawab siswa. Pada intinya kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 tidak mengenal tugas rumah atau PR (pekerjaan rumah), kalau ada itu adalah bagian dari upaya guru membuat siswa mengisi waktu luangnya dirumah, mendorong siswa untuk menemukan pengetahuan baru yang belum diajarkan disekolah melalui referensi atau sumber lainnya.

Artikel keren lainnya:

Lomba guru berprestasi

Siapkah kita mengikuti lomba guru berprestasi? Pertanyaan ini saya kemukakan bukan tanpa sebab. Ada jutaan guru di Indonesia, dari jutaan guru tersebut ternyata tidak semua mau mengikuti lomba guru berprestasi, terbukti peserta yang ikut lomba guru berprestasi dari tingkat sekolah jumlahnya sangat sedikit bahkan ada yang didorong hanya menjaga agar ada perwakilan sekolah.

Beragam alasan kurangnya animo guru mengikuti seleksi lomba guru berprestasi, namun dari semua alasan yang ditemukan ternyata hampir semua guru yang tidak bersedia mengikuti lomba guru berprestasi adalah terhambat pada karya ilmiah. Karya ilmiah inilah yang sebenarnya yang menurunkan motivasi guru berpartisipasi pada ajang guru berprestasi.

Seberapa sulitkah membuat karya ilmiah tersebut? Pedoman penyusunan karya ilmiah tersedia lengkap di internet. Panduan dan contoh tidak ketinggalan termasuk internet juga bisa menjadi solusi menemukan referensi terkait karya tulis ilmiah kita. Apalagi kalau karya ilmiah yang disusun adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas), PTK tidak setebal karya tulis lainnya, PTK sangat praktis dan sederhana tetapi masih dalam bingkai syarat sebuah karya ilmiah.

Ingatlah bahwa PTK tidak setebal karya tulis ilmiah lainnya seperti skripsi, tesis, apalagi disertasi. PTK tidak setebal kamus, jumlah lembaran PTK biasanya berkisar antara 40 halaman sampai dengan 100 halaman, tergantung banyak sedikitnya variabel yang diteliti. Dengan demikian jangan membiarkan diri kita terperangkap pada pemikiran keputusasaan, saya yakin sejumlah halaman diatas bukanlah sesuatu yang berat bagi guru. 

Olehnya itu, mulailah mempersiapkan diri kita menghadapi lomba guru berprestasi. Selama ini kita sudah mampu menaklukkan ratusan siswa dengan karakter yang berbeda-beda, ini menggambarkan bahwa tidak ada alasan untuk tidak bisa menaklukan satu buah karya ilmiah. Artinya sudah waktunya kita membuktikan diri melalui ajang lomba guru berprestasi.

Artikel keren lainnya:

Akibat hilangnya keseimbangan hidup

Seorang pengendara sepeda motor tidaklah sulit mengendari sepeda motornya, namun bagi yang tidak bisa mengendarai sepeda motor pasti sulit dan terjatuh. Kemampuan mengendarai sepeda motor pada dasarnya adalah bagaimana mengatur keseimbangan tubuh. Untuk mencapai keseimbangan tubuh diperlukan latihan dan kerja keras serta selalu belajar dari kegagalan sebelumnya. 

Proses belajar mengajar adalah sebuah proses yang ditujukan untuk memperoleh keseimbangan hidup. Ada tiga aspek yang harus dikuasai oleh peserta didik, ketiga aspek itu adalah sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ketiganya harus dikuasai oleh peserta didik karena itulah syarat mutlak untuk mencapai keseimbangan hidup.

Ketimpangan sosial saat ini terjadi akibat ketiga aspek di atas tidak tertanam dengan baik. Ada yang hanya fokus pada pembinaan pengetahuan, ada juga hanya pada aspek keterampilan dan hanya sedikit yang menyertakan sikap. Dampaknya sangat jelas, timbulnya kasus-kasus sosial, pudarnya harkat dan martabat bangsa, munculnya pemikiran-pemikiran yang bersandar pada logika, terorisme, narkoba, perkosaan, perjudian, dan lain sebagainya.

Harus ada gerakan masif untuk menanamkan ketiga aspek diatas, pemerintah sudah memulai langkahnya dengan lahirnya kurikulum 2013 walaupun kemudian di tunda kembali pelaksanaannya, para ulama tiada henti mengingatkan umatnya untuk selalu memperbaiki akhlak dan perbuatannya. Akan tetapi secara politik, gerakan dimaksud diatas menemui hambatan. Dominannya kepentingan pribadi dan kelompok telah mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat sosial.

Olehnya itu, guru harus bisa menjadi pelopor peletakan dasar-dasar keseimbangan hidup pada peserta didiknya. Guru harus memastikan ketiga aspek di atas dimiliki oleh anak didiknya, terutama aspek sikap. Pengetahuan dan keterampilan akan bermanfaat apabila sikap yang dimiliki sesuai dengan yang diharapkan, sesuai dengan prinsip, norma, adat dan ajaran agama. Menguasai aspek sikap memudahkan seseorang untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan.

Artikel keren lainnya:

Indahnya menjadi guru

Guru tidak dapat diukur dengan materi, pekerjaan sebagai guru merupakan sesuatu yang terindah dalam hidup ini. Mengisi seseorang dengan ilmu pengetahuan membawa guru menjadi sangat berarti. Apalagi guru selalu menjaga kelangsungan hidup dengan nilai-nilai kebenaran dan keadilan sehingga manusia tetap hidup penuh kedamaian, ketentraman dengan demikian mereka mampu menjaga harkat dan martabat manusia seutuhnya.

Karena hidup sangat berharga, maka tugas guru adalah memotivasi dan mempersiapkan anak didiknya menuju harapan. Membuat anak didiknya merancanakan langkah-langkah yang tepat bagi kelangsungan hidupnya. Membuka pola pikir mereka bahwa untuk mengisi hidup ini dibutuhkan kerja keras dan usaha serta menghapus rasa malas ke arah hal-hal yang baik. 

Begitu indahnya menjadi guru, maka masing-masing guru diharapkan mengerti dan paham akan tugasnya. Profesi guru adalah profesi yang sangat penting dalam hidup ini, ayat pertama yang diturunkan memerintahkan kita untuk “Iqra” (bacalah). Jadi profesi guru merupakan karunia, profesi guru adalah pemberian langsung dari Tuhan. Maka selama kita masih diamanahkan untuk menjadi guru nikmatilah dengan kerja, sukacita dan harapan. Niscaya indahnya berprofesi sebagai guru menjadi anugrah yang tiada bandingnya dengan sesuatu apapun di dunia ini.

Artikel keren lainnya:

Ketika daun berguguran, apa sikap kita?

Ibarat pohon, dimana ranting-rantingnya menjadi tempat bernaung bagi daun-daun. Pada waktu tertentu, daun mengalami musim gugur hingga tampaklah batang-batang pohon seperti kehilangan harapan. Akan tetapi itu hanya sebentar saja, karena daun baru akan tumbuh kembali, menghiasi pohon tersebut. 

Sekolah bukanlah pohon, sekolah harus berperan sebagai tempat anak didik menemukan jati dirinya, tempat mencari ilmu, tempat sosialisasi diri guna menyongsong masa depan yang lebih cerah. Untuk itulah peran sekolah diperlukan menjaga anak didik untuk tidak berguguran selama menempuh pendidikan.

Ranting sekolah adalah guru, guru menjadi tempat bernaung bagi siswanya. Guru selain sebagai pengajar juga bertindak sebagai orang tua, tugas guru adalah menjaga anak didiknya. Dengan demikian berilah motivasi, semangat bahkan harapan kepada siswa untuk senantiasa mencintai statusnya sebagai peserta didik. Ciptakan suasana menyenangkan, menarik, dan buatlah inovasi yang bisa membuat anak didik menjadi betah dan selalu merindukan sekolah.

Ingatlah selalu bahwa dimasa sekarang harapan siswa memperbaiki hidupnya ditangan guru, memang masih ada yang lain seperti orang tua, namun dengan berkembangnya peradaban masyarakat, telah merubah mereka menjadi manusia super sibuk, tanggung jawab pendidikan anak seakan telah diserahkan sepenuhnya kepada guru. Guru menjadi sosok utama dalam dunia pendidikan, guru menjadi fokus dari semua perhatian atas perbaikan kualitas dan mutu hidup seseorang.

Begitu beratnya tanggung jawab guru maka sebagai ranting sekolah, guru harus mampu mengikat siswanya lebih dari sekedar tugas guru sebagai pendidik maupun pengajar. Empat kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh guru tidaklah cukup mengingat tantangan kehidupan semakin kompleks, aspek-aspek penunjang pendidikan menghadapi persoalan pelik yang tentunya berimbas pada dunia pendidikan secara keseluruhan.

Jepang pasca bom atom di hiroshima dan nagasaki, kaisar Jepang hanya bertanya “berapa guru yang masih hidup?”. Padahal Jepang sedang menghadapi perang melawan sekutu, seharusnya sang Kaisar bertanya “berapa tentara yang masih hidup?”. Ternyata pemikiran sang Kaisar jauh diatas rata-rata pemimpin saat itu bahkan pemimpin sekarang, Lihatlah Jepang masa kini, Jepang menjadi negara maju, Jepang menjadi raksasa ekonomi asia. Bukan karena kekuatan militernya tetapi karena peran guru membangun generasi bangsanya. 

Kita saat ini berada dimasa tenang, masa penuh kedamaian. Tidak perlu takut dengan desingan peluru karena kita berada didaerah aman, tidak perlu takut dengan jatuhnya bom dari pesawat-pesawat tempur karena para prajurit kita sudah menjaganya. Ketika masa perjuangan merebut kemerdekaan, kita sudah bisa mencetak generasi jenius seperti Habibie, masa disaat sekarang kita tidak mampu melahirkan banyak Habibie muda. 

Kalaupun kita belum mampu mencetak kembali Habibie muda, maka cukuplah menjaga anak didik kita tidak berhenti ditengah jalan. Bukalah jalan mereka, jangan lagi diberatkan dengan segala macam pungutan, atau tugas-tugas yang membuat mereka harus mengeluarkan uang untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Sebab dimasa sulit seperti saat ini, dimana ekonomi mengalami perlambatan, banyak orang tua siswa mengalami kesulitan ekonomi sebagai dampaknya.

Disinilah diharapkan guru dan sekolah berperan untuk menjaga dan mempertahankan keberlangsungan pendidikan anak didik kita. Kalau sebelumnya kita selalu mengejar kualitas dengan jalan menerapkan metode dan model pembelajaran yang membutuhkan pengorbanan dari anak didik maka rubahlah dengan metode dan model pembelajaran lain yang memanfaatkan media yang sudah ada tetapi tetap menjaga kualitas pembelajaran. Kalau orang tua siswa mengalami kesulitan menyekolahkan anaknya maka guru dan sekolah harus bertindak meringankan beban itu. Tujuannya adalah untuk tetap mempertahankan anak didik kita sebagai generasi penerus bangsa memperoleh haknya sesuai dengan Undang-undang dasar negara kita.

Artikel keren lainnya:

Jangan segera percaya dengan alasan siswa

Kadangkala kita mudah terperdaya oleh keterangan siswa pada saat mengatasi masalahnya. Seorang guru harus bijak dalam menilai dan menelaah tiap keterangan yang diperoleh, misalnya ada siswa yang terlibat perkelahian. Mereka akan berusaha untuk memposisikan dirinya sebagai pihak yang benar.

Dalam hal ini, seorang guru harus mencari keterangan atau kronologi kejadian, temukan sumber masalahnya untuk kemudian berilah keputusan yang tepat. Jangan hanya mendengarkan secara sepihak karena bisa jadi yang banyak berbicara menjadi pihak yang salah.

Kehati-hatian dalam menangani masalah siswa sangat diperlukan, hal ini dapat berakibat pada motivasi belajar siswa. Yang lebih fatal adalah kemauan siswa untuk melanjutkan pendidikan menjadi hilang karena mendapatkan perlakuan tidak adil atau karena adanya rasa takut yang dialami oleh siswa itu sendiri.

Untuk itulah, peran guru sebagai pengayom, pelindung dan pembina serta orang tua bagi siswa harus selalu dipupuk. Pada usia perkembangan atau usia sekolah, kondisi kejiwaan siswa masih labil, mereka masih membutuhkan perhatian, tuntunan, bimbingan dan arahan untuk menemukan jati dirinya sebagai manusia yang berbudi baik dan luhur.


Mengantar siswa mencapai harapan, diperlukan upaya dan kerja keras kita semua terutama guru. Dengan demikian guru harus memiliki keterampilan untuk mendengar, memilah, menemukan, dan memutuskan perkara-perkara yang berhubungan dengan siswa. 

Artikel keren lainnya:

Hilangnya kebersamaan anak akibat kelalaian kita

Ada kebiasaan anak didik yang terabaikan dari perhatian kita, kebiasaan yang sesungguhnya kecil tetapi memberi efek negatif pada mental anak. Kebiasaan ini berdampak kepada timbulnya arogansi dan individualis anak, yang pada gilirannya menghilangkan sifat tenggang rasa, sifat kebersamaan bahkan membawa anak kepada kurangnya kemampuan bersosialisasi. 

Hampir semua anak di daerah perkotaan memperlihatkan kebiasaan yang tidak ingin berbagi, misalnya beli roti dan dimakan sendiri tanpa berbagi dengan temannya. Memang tidak ada yang salah dengan kebiasaan ini, namun dapat mempengaruhi karakter anak. Untuk mengarahkan anak yang demikian supaya bekerja dalam kelompok tidak semudah yang diharapkan. 

Bandingkan dengan anak yang berasal dari pedesaan utamanya daerah terpencil, mereka selalu berbagi termasuk sebiji roti. Nilai kebersamaannya sangat tinggi karena terbentuk sejak usia dini. Sehingga anak yang demikian sangat mudah diarahkan untuk bekerja dalam kelompok.

Pertanyaannya adalah siapakah yang salah? Dalam kondisi ini siapapun dapat dikatakan salah, ini adalah bentuk kelalaian kita semua, baik orang tua, guru, dan masyarakat sosial telah melakukan pembiaran tanpa ada upaya untuk mengarahkan, membimbing, dan melakukan pencerahan kepada anak.

Akankah kita terus berdiam diri tanpa melakukan perubahan dalam sistem pembinaan? Kalau melihat sistem pembinaan sekarang, membangun kembali jiwa kebersamaan dalam diri anak mungkin tidak akan maksimal, guru lebih kepada posisi membaca dan melihat, tidak ada inisiatif untuk mempengaruhi, bahkan cenderung vakum akibat ketakutan terhadap benturan dengan pandangan sosial yang lebih liberal.

Namun demikian kehadiran kurikulum 2013 patut disyukuri, kurikulum 2013 dapat menjadi solusi karena menerapkan pembelajaran dengan metode kooperative learning. Pembelajaran ini mengedepankan bekerja dalam kelompok, sehingga diharapkan dapat tertanam jiwa kebersamaan dalam pribadi peserta didik. Marilah kita dukung penuh penerapan kurikulum 2013, jangan ada lagi bahasa-bahasa sumbang, kekurangan kurikulum 2013 kita sempurnakan melalui praktek pelaksanannya.

Artikel keren lainnya:

Fungsi guru sebagai penerjemah

Kenakalan siswa semakin meningkat, hal ini banyak diakui oleh guru. “Kenakalan siswa” bukan hanya tanggung jawab guru namun semua elemen seperti orang tua siswa, pemerintah dan masyarakat sosial. Guru hanya satu bagian dari proses upaya pengentasan kenakalan siswa. Olehnya itu,kesalahan tidak dapat dilimpahkan kepada dunia pendidikan sebagaimana pendapat umum bahwa kenakalan siswa terjadi karena kurangnya peran guru memberikan motivasi, bimbingan dan nasehat.

Sehubungan dengan kenakalan siswa ini, apakah kita harus menyerah dan saling melempar tanggung jawab? Jika ini yang terjadi maka kenakalan siswa akan menjadi-jadi, kita akan terlambat dan tertinggal dari pengaruh-pengaruh yang menyebabkan timbulnya kenakalan siswa. Sumber dan sebab kenakalan siswa terus bergerak maju tanpa ada halangan bagaikan traktor yang terus meratakan setiap rintangan didepannya.

Sebagai guru, sudah saatnya untuk menjadi penerjemah bagi siswa. Informasi sesat, informasi yang membutuhkan penalaran harus di terjemahkan dengan baik kepada siswa. Pemikiran siswa harus selalu diarahkan kepada pemikiran yang bernilai pendidikan. Guru dituntut untuk mengasimilasi informasi, informasi yang bernilai positif dapat dijadikan contoh sedangkan informasi yang bernilai negatif dijadikan sebagai pelajaran untuk perbaikan.

Setiap hal baru yang digemari oleh generasi usia sekolah sedapat mungkin dipahami oleh guru untuk kemudian menjadi pencerah dan dasar untuk meluruskan analisis yang salah yang dilakukan oleh siswa. Tugas sebagai penerjemah tidaklah sulit karena guru merupakan aktor intelektual yang lahir dari dunia ilmiah, dunia yang mengedepankan kajian-kajian spesifik dan mendalam, dunia yang memiliki kemampuan menemukan dan memecahkan setiap permasalahan hidup melalui teori dan hipotesanya yang dibuktikan dengan penelitian.

Sehingga menjadi penerjemah bagi siswa terhadap informasi baru yang akan berpengaruh pada karakter dan motivasi belajar siswa. Dengan demikian satu bagian dari upaya pengentasan kenakalan siswa dapat berjalan dengan baik melalui dunia pendidikan. Upaya ini tidak terbatas pada satu orang guru tetapi semua guru didorong untuk memiliki visi dan misi yang sama, satu bahasa, satu gerakan yang dilakukan secara terus menerus. 

Artikel keren lainnya:

Perhatikan hal berikut bila mengajukan pertanyaan kepada siswa

Untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan, seorang guru harus melakukan evaluasi. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan dengan cara tertulis atau lisan. Dalam melaksanakan evaluasi, guru harus memperhatikan beberapa hal tentang pertanyaan yang diberikan sehingga dapat merumuskan suatu kesimpulan tentang gambaran siswa yang diajar.

Beberapa hal dimaksud yang berkaitan dengan pertanyaan antara lain.

1.  Tujuan mengajukan pertanyaan kepada siswa
Tujuan mengajukan pertanyaan kepada siswa harus jelas, apakah hanya mengharapkan jawaban benar atau ingin mengetahui sesuatu tentang siswa atau bahkan keduanya. Menetapkan tujuan sebelum bertanya kepada siswa merupakan langkah awal dalam melaksanakan proses evaluasi. 

2. Jika tujuan mengharapkan jawaban benar
Mengharapkan jawaban siswa berupa jawaban benar tentunya tidaklah selalu berhasil, hanya siswa yang benar-benar yakin bahwa jawabannya benar yang berani menjawab pertanyaan guru. Biasanya kelas akan tampak sunyi, siswa lebih banyak diam karena ketidaktahuan dan ketidakyakinannya meraka dengan jawabannya. Pertanyaan-pertanyaan yang hanya mengaharapkan jawaban benar perlu dipertimbangkan oleh guru.

3. Jika tujuan bertanya ingin mengetahui sesuatu
Sesuatu tentang siswa masih membutuhkan kajian selanjutnya, apakah sesuatu itu berhubungan dengan pengetahuan siswa ataukah sesuatu yang dimaksudkan adalah proses berpikir siswa. Kedua hal ini sangatlah penting untuk diketahui, sehingga seorang guru harus membedakan waktu penggalian informasi. 

4. Jika yang dimaksudkan proses berpikir 
Proses berpikir siswa perlu di perhatikan oleh guru, kemampuan daya serap siswa pada materi yang diajarkan tergantung bagaimana proses berpikir siswa. Proses berpikir dapat berupa mengulang gagasan yang telah diberikan atau membangun kembali gagasan sendiri. Proses berpikir ini harus memuat proses menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi.

Artikel keren lainnya: