Beranda · Artikel · Motivasi · Merdeka Belajar · Bahan Ajar · PTK · Pembelajaran

Pengaruh kata-kata bagi siswa

Didalam kata-kata tersimpan kekuatan, kata-kata mampu membuat orang lain terpacu dan bersemangat. Kata-kata mampu menggerakkan orang sehingga mau berpikir dan bertindak, tentu kata-kata yang diharapkan adalah kata-kata yang santun, sopan, memotivasi dan bernilai dukungan sehingga dapat memberi kontribusi positif bagi yang mendengarnya.

Yang harus dipahami dan dipercaya, bahwa setiap perkataan guru akan didengar oleh siswanya, dan sebaliknya siswa sangat percaya dan yakin dengan perkataan guru. Menyadari betapa pentingnya posisi guru dimata siswa sehingga kurikulum pendidikan nasional selalu mengamanahkan kepada guru untuk tampil sebagai motivator bagi siswanya.

Penting untuk direnungkan “Jika anda membuat seseorang bahagia hari ini, anda juga membuat dia berbahagia dua puluh tahun lagi, saat ia mengenang peristiwa itu” (Sydney Smith).

Dalam usia perkembangan dan pertumbuhan, siswa sangat membutuhkan arahan dan nasehat dari guru guna membentuk kepribadiannya. Usia sekolah merupakan waktu pencarian jati diri, penemuan bakat dan minat, serta pembentukan karakter. Pada usia ini, guru sangat diharapkan menanamkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai modal dasar siswa demi masa depannya yang penuh dengan tantangan.

Kalau kita mencermati perubahan sosial dimasyarakat, dimana toleransi mulai mengalami pergeseran, generasi mudah hidup dalam kebebasan dalam segala hal, orang tua sudah melupakan salah satu tanggung jawabnya berupa pengawasan, lingkungan jauh dari situasi pendidikan dan lain sebagainya telah berdampak langsung dengan bertambahnya tugas guru. Dengan demikian guru di tuntut untuk memperbanyak ujaran-ujaran atau nasehat yang berarti dan bermakna dalam hidup.

Hari ini, guru sedang menanam bibit kebaikan kepada siswa, bibit yang baik adalah bibit berupa kata-kata yang baik, santun, sopan, tutur kata yang membangun dan selalu menghadirkan sisi terbaik dalam hidup. Keberhasilan ditentukan bagaimana cara guru menyampaikannya kepada siswa, dilaksanakan dengan baik berarti siswa semakin terbuka dan berpikir dalam merencanakan tindakannya sebaliknya buruk dapat menurunkan semangat dan motivasi siswa.


Artikel keren lainnya:

Cara menggerakkan siswa agar dapat meningkatkan motivasi belajarnya

Sebagai guru harus bisa menjadi pengendali atas siswanya, tindakan ini ternyata hanya sebagian guru yang bisa melakukannya. Lihatlah berapa banyak siswa yang bermalas-malasan ketika di suruh membersihkan, berapa banyak siswa yang tidak memperhatikan pekerjaan rumah, berapa banyak siswa yang tidak suka dengan pelajaran tertentu?, berapa banyak siswa yang bolos sekolah, berapa banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dan ada pula yang bahkan menganggap guru sebagai angin lalu? Hal ini terjadi karena keterbatasan guru dalam memahami dan mendalami kejiwaan siswa.

Guru bukanlah ahli psikolog namun guru dibekali dengan kemampuan mendidik siswa, memberikan pembelajaran yang baik, serta kemampuan melakukan pengelolaan terhadap kelas. Sederet kemampuan itu merupakan modal dasar bagi guru untuk menentukan perlakuan guru terhadap siswanya sehingga berimplikasi terhadap respon siswa terhadap guru. Perlakuan ini apabila tidak dilaksanakan dengan membangkitkan hasrat dan kemauan siswa mengikuti pembelajaran dapat menurunkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, guru harus bisa mengajak siswa menyamakan persepsi tentang pentingnya belajar.

Untuk memudahkan guru memimpin siswanya, berilah pencerahan tentang persamaan yang dimiliki oleh setiap manusia. Kemudian gambarkan riwayat dan latar belakang tokoh-tokoh yang telah berhasil pada bidangnya masing-masing. Ajak siswa untuk menjadikan perbedaan sebagai pelajaran, karena perbedaan hanya menghasilkan rasa suka dan tidak suka. Dan baiknya harus dimulai dari pribadi guru itu sendiri.

Membuat pembelajaran agar bermakna dan berarti, maka pemisah antara guru dan siswa harus dihilangkan, tentu sebatas pada situasi pendidikan.  Dalam hal ini, ingatlah selalu persamaan yang kita miliki. Bukankah kita sama-sama merasakan haus dan lapar? Menangis disaat sedih dan tertawa disaat bahagia? Gemetar disaat ketakutan? Berkeringat dibawah terik matahari dan menggigil pada waktu kedinginan? Apakah sejumlah persamaan itu belumlah dapat membawa kita baik guru maupun siswa memandang tujuan sebagai harapan bersama?

Sebagai bahan pertimbangan bahwa manusia dilahirkan hidup secara berkelompok yang kita kenal dengan kehidupan sosial bermasyarakat. Persatuan dan kesatuan dalam komunitas tersebut dapat terwujud oleh persamaan antara manusia satu dengan manusia lainnya. Tanpa persamaan mengakibatkan lahirnya kelompok-kelompok kecil, para pemimpin revolusioner menjadikan persamaan sebagai alat propaganda sebab mereka paham bahwa hanya persamaan yang bisa menyatukan komunitas masyarakat yang termarginalkan oleh berbagai kepentingan.

Itulah gambaran besarnya, gambaran kecilnya adalah komunitas siswa disekolah yang juga terdiri dari kelompok-kelompok kecil yakni kelas. Didalam kelas masih juga terdapat kelompok-kelompok yang terbangun melalui pertemanan, dan guru harus memahami kondisi ini.


Untuk menguasai siswa baik sekolah secara keseluruhan maupun dalam kelas, bentuk-bentuk persamaan yang dimiliki harus dimaksimalkan. Bangun pondasi kebersamaan dengan memanfaatkan persamaan yang dimiliki oleh semua unsur dalam sekolah. Sehingga tercipta kesatuan visi, kesatuan misi, dan kesatuan tujuan menuju pendidikan yang berkualitas dan berkarakter menyongsong kemajuan teknologi dan informasi masa kini dan dimasa yang akan datang.

Artikel keren lainnya:

Apakah saya bisa menjadi guru yang baik?

Menjadi guru bukanlah perkara mudah, ada banyak guru dan calon guru yang memiliki kompetensi sebagai guru. Bagi yang sudah berpengalaman, mudah saja mengajar, membina, membimbing, mendidik dan lain sebagainya. Namun bagaimanakah apabila kita masih pemula?

Pada saat pertama kali mengajar, hati selalu bergejolak, banyak pertanyaan muncul dibenak kita. Semua itu merupakan sesuatu yang normal dan memang harus terjadi karena dapat dijadikan sebagai bahan untuk evaluasi diri.

Bagaimanakah perasaan siswa terhadap saya?

Secara normal, guru selalu mengharapkan respon yang baik dari siswa. Respon tersebut sebagai akibat dari kemampuan guru memberikan pembelajaran di kelas. Untuk keberhasilan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran secara menarik maka guru di dorong untuk bisa membaca psikologi atau kejiwaan siswa. Penting diketahui bahwa keberhasilan pembelajaran tergantung pada bagaimana siswa menerima kita sebagai guru. Penerimaan siswa terhadap guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang berimbas pada peningkatan prestasi belajarnya.

Apakah halangan yang akan saya hadapi?

Satu-satunya halangan yang dihadapi oleh guru adalah guru itu sendiri. Selain itu, yang ada adalah tantangan, makanya guru dituntut untuk lebih kreatif, inovatif dan aktif. Diri sendiri adalah musuh terbesar yang selalu menghalagi seorang guru terutama para calon guru dan guru pemula. Pernahkah anda “merasa tegang?” atau ada suara-suara sumbang dari hati kita seperti “saya takut nanti salah”. Itulah sebagian penghalang yang bersumber dari diri kita sendiri, padahal kita adalah penguasa atas diri kita, kita adalah pengambil keputusan, maukah kita kalah oleh diri sendiri?

Guru adalah manusia, oleh karena itu maka sifat alamiah manusia juga melekat pada guru seperti terdapat kelebihan dan kekurangan. Guru hadir dengan segala keterbatasan, sehingga tidak semua tindakannya sempurna. Hidup ini adalah pilihan, keputusan ada di tangan kita termasuk apakah kita mengikuti pikiran dan tindakan negatif atau bangkit mengalahkan pikiran dan tindakan negatif tersebut untuk mendukung dan mengantarkan diri sendiri menjadi guru yang profesional?

Saya sarankan untuk berhentilah merasa tidak mampu, berhentilah berpikir negatif dan mulailah bekerja dan berkarya serta berbagi dengan siswa atas ilmu dan pengetahuan yang kita miliki.



Artikel keren lainnya:

Alasan pentingnya memadukan misi hidup dengan keterampilan mengajar

Kalau ingin mencari kekayaan, maka jangan menjadi guru sebab gaji yang diperoleh tidak sebanding dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Tidak ada tambahan seperti yang didapat oleh pegawai lainnya, tidak ada rejeki yang diterima mendadak dari hasil bagi-bagi keuntungan atau fee dari proyek.

Menjadi guru selain hanya untuk bisa bertahan hidup juga memiliki misi hidup, sebuah misi untuk memanusiakan manusia, mengantar orang lain agar bisa berubah menjadi lebih baik. Tiada keindahan di dunia ini apabila manusianya berperilaku seperti binatang, tiada kesejahteraan yang dirasakan manusia apabila manusianya tidak berpendidikan, tiada kebahagiaan apabila manusianya tidak mengenal kebaikan, dan tiada kebaikan apabila manusianya tidak memiliki kepedulian terhadap sesama.

Begitu pentingnya peranan guru dalam kehidupan, dan begitu kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan guru terutama para guru honorer, sehingga pekerjaan guru membutuhkan pribadi-pribadi yang berjiwa besar dan memiliki kemauan untuk mengabdikan dirinya pada bidang kemanusiaan. Pekerjaan guru bukan tempat bagi orang-orang yang hanya ingin hidup dan numpang lewat sekedar untuk menjadi PNS untuk kemudian mencari posisi struktural dilain waktu.

Misi hidup seorang guru membawanya menjadi manusia yang mulia, guru tidak membutuhkan balas budi dari yang dididiknya, guru hanya mengharapkan kebaikan yang lahir dari anak didiknya. Pengorbanan seorang guru sangatlah besar, mendidik orang yang bukan anak kandungnya, memperlakukan orang dengan baik untuk sebuah harapan. Harapan yang bukan menjadi miliknya, tetapi bagi guru yang benar-benar memiliki misi hidup akan merasa bangga dan bahagia ketika anak didiknya menjadi generasi yang sukses.


Demikianlah misi hidup guru, begitu indah, begitu cantik, tentu saja harapan semua orang. Olehnya itu, memadukan misi hidup dengan pekerjaan mengajar perlu didorong terus agar menghasilkan generasi bangsa yang berkualitas, bermartabat dan berakhlak mulia. Hanya dengan perpaduan inilah tujuan pendidikan nasional dapat tercapai ditengah keterbatasan ekonomi, sarana dan prasarana penunjang di dunia pendidikan.

Artikel keren lainnya:

Alasan pentingnya ketekunan selama mengajar

Merubah siswa dari tidak tahu menjadi tahu harus dilakukan sedikit demi sedikit. Tidak ada siswa yang langsung tahu semua materi yang diajarkan tanpa melalui proses belajar. Proses belajar dimulai dengan pengenalan, kemudian memberikan materi sedikit demi sedikit sehingga mudah dipahami oleh siswa. Tidak mudah merubah siswa menjadi lebih berkualitas, bila materi pelajaran belum dipahami dan dimengerti oleh siswa maka ulangilah sampai siswa tuntas terhadap materi yang disampaikan.

Menjelaskan materi yang sama secara berulang-ulang kadangkala menimbulkan kebosanan dan kejenuhan yang dialami oleh guru. Akan tetapi guru harus memiliki keyakinan bahwa apa yang dilakukan dapat membawa perubahan pada diri siswa. Olehnya itu, seorang guru harus memiliki ketekunan dalam mengajar siswanya. Ketekunan adalah kemampuan untuk bertahan di tengah tekanan dan kesulitan.

Ingatlah bahwa tidak ada keberhasilan yang datang begitu saja, harus ada langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya. Keberhasilan pembelajaran tergantung langkah awal yang kita lakukan, kemudian disusul dengan langkah berikutnya artinya keberhasilan pembelajaran tergantung pembagian materi yang akan diajarkan. Setiap materi harus disampaikan sampai mencapai kompetensi yang diharapkan yang harus dimiliki oleh siswa berdasarkan indikator pencapaian.

Materi yang disampaikan tidak terstruktur dengan baik, tidak akan membawa perubahan bahkan menciptakan kebingungan pada siswa. Disinilah pentingnya kehadiran RPP dan silabus serta administrasi pembelajaran lainnya bagi guru.


Sebelum memulai pembelajaran, maka diri kita harus dibelajarkan terlebih dahulu, karena guru menjadi contoh dan teladan bagi siswa. Tentunya dengan memperbaiki hati kita, dengan membuat hati kita mencintai pekerjaan yang kita lakukan akan lahir ketekunan, dan ketekunan inilah modal besar untuk mencapai kesuksesan pembelajaran.

Artikel keren lainnya:

Cara memotivasi diri pada saat mengajar

Mengajar merupakan pekejaan yang sulit, kadang membuat kita menjadi jenuh dan bosan. Melakukan sesuatu secara berulang-ulang membutuhkan keterlibatan atas cinta yang kita miliki, artinya mengajar tanpa mencintai pekerjaan sebagai guru mendorong kita untuk mengajar tanpa target.

Seorang guru harus dapat mencintai pekerjaannya dalam hal mengajar, guru yang tidak mencintai pekerjaannya akan kesulitan merubah dan mengantarkan siswanya mencapai kompetensi yang harus dimilikinya.

Sangat sulit melibatkan cinta pada saat mengajar. Tantangan begitu banyak, mulai dari padatnya materi yang harus diajarkan, siswa yang tidak bekerjasama, sampai dengan kondisi ruangan yang panas. Namun sebagai guru harus bisa melakukannya, karena guru menjadi contoh dan teladan bagi siswanya.

Para ahli menyarankan, bila kita tidak dapat mencintai pekerjaan kita sebagai guru, maka cintailah siswa kita seperti kita mencintai orang tua atau anak-anak kita, rasakan kegembiraan dan semangat berbagi dalam ikatan kekeluargaan yang lahir dari hubungan komunikasi yang kita ciptakan.

Bila belum juga membuat kita mencintai pekerjaan kita dengan cara tersebut, maka cintailah suasana dimana kita mengajar. Bawalah pemikiran kita ketika berada di sekolah seperti kita sedang berada di rumah berkumpul bersama keluarga atau teman-teman karib kita.

Bila belum juga membuat kita mencintai pekerjaan kita sebagai guru, maka rasakan obyek-obyek yang kita senangi dan sukai di tempat kita mengajar. Obyek itu bisa berupa bunga, lokasi sekitar dan lain sebagainya.

Bila belum juga membuat kita mencintai pekerjaan kita sebagai guru, maka ingatlah selalu bahwa menjadi guru adalah ibadah, salah satu jalan untuk meraih ridho Allah SWT.


Bila itu semua belum membuat kita mencintai pekerjaan kita sebagai guru, maka kita sebenarnya belum bisa menjadi guru atau pekerjaan sebagai guru bukan pekerjaan yang tepat buat kita. Tinggalkan pekerjaan itu, karena dapat berdampak pada penurunan kualitas pendidikan atau sekolah dimana kita mengajar. Janganlah menjadi duri dan noda di sekolah tempat kita mengajar, sebab siswa ingin berubah, siswa ingin mendapatkan pendidikan yang layak dan bermutu dan itu tidak akan ditemukan pada diri kita.

Artikel keren lainnya:

Pentingnya kemampuan visualisasi simulasi pembelajaran dimiliki oleh guru

Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, guru sebaiknya memiliki kemampuan untuk melakukan visualisasi simulasi pelaksanaan pembelajaran di kelas. Simulasi dalam bentuk pembelajaran tersebut ditujukan untuk mengetahui urutan tindakan di kelas. Seperti apakah visualisasi simulasi pembelajaran dimaksud?

Dalam KBBI dijelaskan bahwa visualisasi adalah pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (kata dan angka), peta, grafik, dan sebagainya atau proses pengubahan konsep menjadi gambar untuk disajikan lewat televisi oleh produsen. Sedangkan simulasi adalah  metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya atau penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan berupa model statistik atau pemeranan Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Jadi visualisasi simulasi pembelajaran adalah cara melakukan pendekatan belajar yang dilaksanakan dengan menghadirkan proses belajar dalam bentuk peragaan tiruan yang mirip dengan keadaan sesungguhnya kedalam pikiran.

Manfaat yang diperoleh bagi guru dapat :
1. menyusun rencana pelaksanaan tindakan secara bertahap dan sistematis
2. meminimalkan kekurangan pelaksanaan pembelajaran
3. menentukan alokasi waktu secara maksimal, efisien dan efektif sehingga tidak kehilangan jam belajarnya.
4. menentukan jumlah pertemuan masing-masing materi
5. menentukan model dan metode masing-masing kelas yang dibina berdasarkan karakter dan kompetensi awal siswa
6. memberi gambaran sebagai informasi awal untuk melakukan pengelolaan kelas dengan baik dan benar
7. memberi gambaran tentang tingkat keberhasilan pembelajaran sejak awal pembelajaran
8. mengintegrasikan perkembangan budaya luar sekolah dengan situasi pendidikan
9. memudahkan guru untuk menyiapkan bahan ajar, media pembelajaran dan bentuk penilaian secara tepat berdasarkan SK dan KD.
10. mengetahui perubahan yang didapat oleh siswa

Melalui visualisasi pembelajaran, siswa dapat :
1. mendapatkan pelajaran secara terurut
2. mendapatkan ketegasan dari guru tentang materi yang diperolehnya
3. memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien
4. memperoleh pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan karena pendekatan yang dilakukan oleh guru menarik
5. memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya
6. membawa perubahan pada diri siswa
7. mudah memahami dan menerima materi yang diberikan oleh guru
8. mengetahui perkembangan belajarnya
9. mengalami keterbukaan sebagai modal bagi guru untuk melaksanakan tindakan selanjutnya.

Apa saja yang perlu diperhatikan selama melaksanakan visualisasi simulasi pembelajaran.
1. Karakter individu siswa dan kelas yang diperoleh dari guru lainnya
2. Tingkat kemampuan siswa menerima materi pelajaran
3. Hasil evaluasi belajar siswa dan catatan perkembangannya
4. Draft Rencana pelaksanaan pembelajaran
5. Media dan bahan ajar yang akan digunakan dalam pembelajaran
6. Alokasi waktu yang tersedia
7. Distribusi materi
8. Kepadatan materi per SK dan KD
9. Jumlah siswa dalam kaitannya dengan penguasaan kelas
10 . Ketenangan selama melaksanakan visualisasi simulasi pembelajaran
11. Tetap mempertahankan prinsip obyektifitas
12. Gunakan skenario terbaik dan terburuk




Artikel keren lainnya:

3 Kesalahan yang sering dilakukan oleh guru menanggapi pertanyaan siswa

Guru secara individu bukanlah seorang manusia yang sempurna, guru juga dipengaruhi oleh faktor psikologi kejiwaan, sehingga guru memiliki kelebihan dan kekurangan. Guru memiliki keterbatasan, dengan demikian, dalam melaksanakan tugasnya, guru dapat melenceng dari tugas dan fungsinya sebagai guru profesional.

Selama pelaksanaan proses belajar mengajar dikelas, guru dituntut untuk berbuat secara maksimal memberikan pelajaran kepada siswanya, namun seperti penjelasan pada paragraf di atas, kesalahan selalu saja terjadi. Berikut 3 kesalahan yang sering dilakukan oleh guru didalam kelas.

1. Merasa berhasil karena siswa tidak bertanya.
Biasanya guru menganggap bahwa setelah proses belajar mengajar selesai, ketika tidak ada siswa yang bertanya terhadap materi yang disampaikan maka kesimpulan guru selalu mengarah pada ‘berhasil mengajar”. Anggapan ini bisa saja ada benarnya, namun yang sering kita jumpai adalah siswa tidak bertanya menandakan siswa di kelas yang di ajar belum memahami materi yang disampaikan. Bukankah yang membuat orang bertanya adalah karena dia paham dengan apa yang akan ditanyakan? Misalnya anda mencari rumah si Fulan, anda mungkin akan bertanya kepada seseorang pada saat tiba ditempat yang dituju dengan pertanyaan dimana rumahnya si Fulan. Akan berbeda apabila tidak paham dengan tujuan anda, maka anda pasti tidak akan bertanya di mana rumahnya si Fulan. Hal ini mengakibatkan guru selalu menyalahkan siswa karena tidak belajar setelah mengetahui hasil evaluasi siswa yang tidak tuntas.

2. Merasa jengkel dengan siswa yang sering bertanya
Kalau ada siswa yang sering bertanya, guru selalu merasa sedang diuji atau dipermainkan. Inilah kesalahan yang sering dilakukan oleh guru. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan, siswa memiliki rasa ingin tahu terlalu tinggi, semakin mereka tahu sesuatu maka semakin besar pula keinginan untuk mengetahui kebenarannya. Pada saat seperti ini, guru harus lebih banyak bersabar dengan terus menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Makanya dalam undang-undang guru dan dosen, dijelaskan bahwa kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah kompetensi pedagogik dan akademik. Dengan kompetensi ini diharapkan dapat menguasai materi yang diajarkannya. Bagaimana cara menyampaikan, membuat ilustrasi, dan bagaimana menempatkan cara berpikir guru agar mudah dipahami oleh siswa. Menghadapi siswa yang sering bertanya sama dengan menghadapi anak usia 3-5 tahun, pertanyaan-pertanyaan seperti apa itu, kanapa begitu, berapa itu, dimana itu, dan lain sebagainya, oleh orang tua selalu dijawabnya dengan sabar karena orang tua merasa anaknya sedang belajar “ingin tahu” sesuatu.

3.Mengabaikan siswa yang bertanya
Biasanya situasi ini sering dilakukan oleh guru pada saat sedang mengejar keterlambatan materinya. Padahal inti proses belajar mengajar adalah terjadinya perubahan pada siswa. Akan percuma apabila materi yang diberikan tuntas namun tidak satupun yang dapat dipahami oleh siswa. Harapan capaian kompetensi tidak sesuai dengan kenyataan yang dimiliki oleh siswa. Cara berpikir siswa belum bisa disamakan dengan cara berpikir mahasiswa apalagi bila dibandingkan dengan guru, siswa masih butuh bimbingan, siswa masih perlu dipahamkan melalui panduan dari guru walaupun guru dituntut pula untuk bertindak bukan menjadi satu-satunya sumber belajar siswa.


Ketiga kesalahan ini selalu menjadi faktor utama menurunnya motivasi belajar siswa, akan tetapi selalu ditutupi dengan ketidak-obyektifnya pengamatan peneliti sehingga kebanyakan penelitian yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa selalu mengabaikan faktor ini. Kemungkinan lainnya adalah karena pada umumnya peneliti adalah guru itu sendiri sehingga hasil penelitian terlalu subyektif.

Artikel keren lainnya:

3 Kemampuan guru yang harus dimiliki dalam mendesain pembelajaran

Kemampuan guru merupakan kapasitas internal yang dimiliki dalam melaksanakan tugas profesinya. Tugas profesional guru bisa diukur dari seberapa jauh guru mendorong proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Kemampuan desain pembelajaran guru dapat dibagi dalam tiga kompetensi menurut Nana Sudjana, yakni:

1. Kompetensi bidang kognitif
Kompetensi ini berhubungan dengan intelektual guru seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, dan pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya.

2. Kompetensi bidang sikap
Kompetensi ini meliputi kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya, seperti sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya dan memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.

3. Kompetensi perilaku atau performance
Kemampuan ini menyangkut kemampuan guru dalam berbagai keterampilan/berperilaku, seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, keterampilan menyusun persiapan/perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi kelas dan lain sebagainya.

Lebih khusus lagi menurut Crow bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran meliputi :
1. Penguasaan subject-matter yang akan diajarkan
2. Keadaan fisik dan kesehatannya
3. Sifat-sifat pribadi dan kontrol emosinya
4. Memahami sifat – hakikat dan perkembangan manusia
5. Pengetahuan dan kemampuannya untuk menerapkan prinsip-prinsip belajar
6. Kepekaan dan aspirasinya terhadap perbedaan kebudayaan, agama dan etnis
7. Minatnya terhadap perbaikan profesional dan pengayaan kultural yang terus-menerus dilakukan.


Artikel keren lainnya: