Bergulirnya reformasi menuju terwujudnya masyarakat madani, krisis multi dimensional, belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan, padahal bangsa Indonesia sedang mengembangkan sektor industri. Bahkan para pakar kajian masa depan menunjukkan bahwa bangsa Indonesia harus menghadapi revolusi industri dan revolusi informasi secara bersamaan (Mulyasa, 2004). Hal ini berarti bahwa bangsa Indonesia harus dapat memulihkan krisis yang sedang dihadapi dan ketertinggalan di bidang ilmu dan teknologi yang merupakan tulang punggung industri di satu sisi, secara bersamaan memberikan sokongan dalam mengarahkan perkembangan abad informasi, sesuai dengan cita-cita reformasi.
Berbagai upaya harus dilakukan untuk mewujudkan cita-cita reformasi, menjadi negara yang besar, berdaulat, merdeka dan dapat menentukan nasib bangsanya sendiri yaitu perlu adanya informasi-informasi yang strategik seperti pemetaan potensi kekayaan alam, penguasaan sistem telekomunikasi dan teknologi. Untuk keperluan tersebut diperlukan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk terus mengembangkan diri.
Kualitas sumber daya manusia Indonesia masih berada pada kondisi yang memprihatinkan. Harsono (Mulyasa, 2004:4), menyatakan “rendahnya tingkat pendidikan merupakan penghambat dalam mempergunakan teknologi modern untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki daya saing”. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini juga merupakan batu sandungan untuk berkiprah di kancah percaturan dunia yang semakin kompetitif dan mengglobal.
Langkah pertama yang harus dilakukan agar Indonesia dapat berperan serta dalam kancah percaturan dunia adalah penataan sumber daya manusia baik dari aspek intelektual, emosional, spritual, kreativitas, moral maupun tanggung jawabnya yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan melalui sistem pendidikan yang berkualitas. Penataan dan pengembangan kualitas pendidikan dimulai dengan menata manajemen sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai manajer memegang peranan penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Kepala sekolah merupakan pemimpin tertinggi dalam lingkungan sekolah yang dibinanya. Maju dan mundurnya sekolah sangat tergantung pada model, karakter, perilaku dan mental kepala sekolahnya. Kepala sekolah adalah seorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah (Wahjosumidjo, 2003). Demikian penting dan strategisnya peran seorang kepala sekolah dalam memajukan sekolah, maka kepala sekolah perlu membekali diri dengan segenap kemampuan, kreativitas dan pengabdian yang prima agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional.
Kebutuhan kepala sekolah dengan kompetensi manajerial semakin mendesak seiring diberlakukannya konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (school based management). Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Umum (Depdiknas, 2000b) menyatakan bahwa sekolah yang menerapkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, kepala sekolah memegang peranan yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mempunyai kompetensi manajerial yang memadai agar mampu mengambil inisiatif untuk meningkatkan mutu sekolah.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa umumnya kepala sekolah belum menerapkan pola manajerial yang profesional, hal ini disebabkan karena masih rendahnya kompetensi kepala sekolah. Rendahnya kompetensi kepala sekolah antara lain disebabkan oleh pengangkatan kepala sekolah tidak dilihat dari aspek kompetensi yang dimiliki, tetapi hanya didasarkan pada senioritas, pengalaman mengajar dari para pengambil kebijakan. Kondisi ini berimplikasi pada tidak terciptanya iklim demokratis dan kondusif untuk melaksanakan tugas-tugas kependidikan.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Pengaruh manajerial kepala sekolah dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan"
Post a Comment