Beranda · Artikel · Motivasi · Merdeka Belajar · Bahan Ajar · PTK · Pembelajaran

Mengenal 4 Poin Program "Merdeka Belajar" dari Mendikbud

Berdasarkan hasil skor PISA  (Programme for International Student Assessment)  tahun 2018, Indonesia menempati peringkat 72 dengan poin 371. Hasil ini telah diumumkan oleh The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Ada tiga komponen pengukuran yakin matematika, sains dan literasi, peringkat ini menunjukkan kualitas system pendidikan di Indonesia masih perlu pembenahan terutama terkait dengan kinerja siswa di pendidikan dasar dan menengah.

Atas dasar itulah, maka Mendikbud menetapkan program merdeka belajar. Program ini mencakup empat pokok kebijakan pendidikan yakni Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi.

Pertama. USBN (ujian Sekolah Berstandar Nasional) akan diselenggarakan hanya oleh sekolah. Sekolah hanya menilai kompetensi siswa dalam bentuk tes tertulis dana tau bentuk penilaian lainnya yang lebih komprehensif misalnya menggunakan portofolio dan penugasan diantaranya tugas kelompok, karya tulis dan sebagainya. Diharapkan, baik guru maupun sekolah lebih otonom melakukan penilaian hasil belajar siswa. Bagi pemerintah, keuntungannya adalah anggaran yang diperuntukkan USBN dapat dialihkan pada program lainnya yang lebih bermanfaat seperti pengembangan kapasitas guru dan sekolah guna meningkatkan kualitas pembelajaran

Kedua, Ujian Nasional (UN). Inilah salah satu momok bagi siswa, hampir setiap kali UN, ada saja siswa berprestasi yang tidak lulus UN. Walaupun desakan menghapus UN cukup tinggi, namun pemerintah tetap bersikukuh untuk melaksanakan UN dengan alasan untuk mengukur kompetensi siswa selama menempuh pendidikan di sekolah. Melalui program Merdeka Belajar, dimana salah satunya tentang Ujian Nasional, Pemerintah dalam hal ini Mendikbud memutuskan bahwa Ujian Nasional (UN) hanya akan dilaksanakan sampai tahun 2020, sementara pada tahun 2021 UN akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan Bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi) dan penguatan pendidikan karakter. Hal ini mendorong guru dan sekolah untuk memperbaiki mutu pendidikan. Dan yang perlu dipahami adalah hasil Ujian Nasional tidak digunakan untuk persyaratan seleksi siswa ke jenjang berikutnya. Pada hakekatnya, tugas guru dan sekolah semakin berat karena kualitas siswa tergantung guru dan sekolah, tantangannya tentu saja terkait dengan kemampuan kompetensi siswa dalam hal sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Ketiga, Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selama ini, waktu yang dihabiskan oleh guru dalam menyusun RPP cukup banyak sehingga mengurangi persiapan guru dalam menyiapkan materi dan referensi yang mendukung RPP tersebut. Kedepannya, melalui program Merdeka Belajar yang digagas Mendikbud, RPP dapat dikatakan hanya selembar kertas saja karena RPP akan disederhanakan dengan hanya memuat tiga komponen yakni tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan asesmen. Dengan menyederhanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini, waktu guru bisa lebih banyak untuk kegiatan-kegiatan lainnya misalnya untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri. 

Keempat, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Sistem zonasi masih tetap dipertahankan namun mengalami perubahan seperti lebih fleksibel mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah. Jalur zonasi dibagi menjadi empat yakni jalur umum 50 persen, jalur afirmasi minimal 15 persen, jalur perpindahan maksimal 5 persen dan jalur prestasi sekitar 30 persen yang disesuaikan dengan kondisi daerah. Kebijakan pemerintah terkait jalur penerimaan peserta didik baru secara final diserahkan kepada pemerintah daerah untuk menetapkan wilayah-wilayah zonasi.

Untuk lebih memahami program "Merdeka Belajar" silahkan download dokumen berikut:

Tanya Jawab Empat Pokok Pikiran Merdeka Belajar
Unduh Surat Edaran tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Unduh Permendikbud tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
Unduh Empat Pokok Kebijakan Merdeka Belajar



Artikel keren lainnya:

Gebrakan Pertama Mendikbud Nadiem Makarim, Meluncurkan SIKOPER

Untuk memudahkan mengakses koleksi perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada Senin tanggal 25 November 2019, Kemendikbud meluncurkan layanan SIKOPER, Sistem Integrasi Koleksi Perpustakaan Kemendikbud. Melalui Sikoper, seluruh koleksi perpustakaan terintegrasi dan dapat diakses dengan mudah oleh semua orang.


Pengintegrasian koleksi perpustakaan Kemendikbud yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat menjangkau ratusan ribu koleksi. Kolaborasi koleksi perpustakaan, koleksi perpustakaan tercetak dapat ditemukan melalui catalog induk menggunakan sistem otomasi perpustaakn Slims (Senayan Library Management System), Slims sendiri adalah sistem automasi perpustakaan sumber terbuka (open source) berbasis web yang pertama kali dikembangkan dan digunakan oleh Perpustakan Kemendikbud. Aplikasi ini digunakan untuk pengelolaan koleksi tercetak dan terekam yang ada di perpustakaan, koleksi dalam bentuk digital dalam Repositori Institusi Kemendikbud berjumlah 120 satuan kerja, dan ribuan artikel yang tergabung dalam 46 jurnal ilmiah terbitan Kemendikbud yang selama ini dikelola menggunakan Open Journal System (OJS) menyatu dalam Sistem Layanan Sikoper.

Sikoper berpengaruh besar pada peningkatan fungsi perpustakaan khususnya perpustakaan Kemendikbud, perpustakaan tidak lagi sebatas tempat mencari dan membaca buku melainkan menjadi tempat hiburan, diskusi dan bahkan bisnis. Layanan Sikoper telah merubah paradigma perpustakaan selama ini, dimana hanya bisa dikunjungi diperkantoran, kampus, dan sekolah tetapi sudah dapat diakses dimana saja.

SIKOPER adalah sistem koleksi perpustakaan yang mencakup :
  1. Seluruh perpustakaan di lingkungan Kemdikbud
  2. Seluruh jurnal di lingkungan Kemdikbud

Untuk mengakses SIKOPER Kemendikbud silahkan klik gambar berikut
SIKOPER
SIKOPER dapat diartikan sebagai layanan perpustakaan masa depan, semua bisa berselancar mencari buku, artikel dan jurnal menggunakan gadget atau perangkat teknologi informatika lainnya yang dimiliki. Hanya dengan memasukkan kata kunci yang menanfaatkan koding-koding atau semacamnya, anda akan menemukan buku, artikel, dan jurnal tanpa perlu membolak-balik buku katalog.

Fasilitas lainnya yang tidak kalah penting dari SIKOPER adalah SchILS (School Integrated Library System), yaitu sistem automasi perpustakaan berbasis SLiMS yang khusus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan sekolah, dan telah dilengkapi dengan koleksi digital Buku Sekolah Elektronik (BSE) dan Buku Cerita Rakyat yang diterbitkan oleh Kemendikbud. SchILS merupakan sistem automasi perpustakaan yang dikembangkan oleh Perpustakaan Kemendikbud (Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat/BKLM), Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom), dan SLiMS Developer Community (SDC).

Selamat berselancar di perpustakaan Kemendikbud



Artikel keren lainnya:

Prinsip Dasar Pengembangan Literasi Digital

Menurut UNESCO konsep literasi digital menaungi dan menjadi landasan penting bagi kemampuan memahami perangkat-perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi. Misalnya, dalam Literasi TIK (ICT Literacy) yang merujuk pada kemampuan teknis yang memungkinkan keterlibatan aktif dari komponen masyarakat sejalan dengan perkembangan budaya serta pelayanan publik berbasis digital.

Literasi TIK dijelaskan dengan dua sudut pandang. Pertama, Literasi Teknologi (Technological Literacy)–sebelumnya dikenal dengan sebutan Computer Literacy—merujuk pada pemahaman tentang teknologi digital termasuk di dalamnya pengguna dan kemampuan teknis. Kedua, menggunakan Literasi Informasi (Information Literacy). Literasi ini memfokuskan pada satu aspek pengetahuan, seperti kemampuan untuk memetakan, mengidentifikasi, mengolah, dan menggunakan informasi digital secara optimal.

Konsep literasi digital, sejalan dengan terminologi yang dikembangkan oleh UNESCO pada tahun 2011, yaitu merujuk pada serta tidak bisa dilepaskan dari kegiatan literasi, seperti membaca dan menulis, serta matematika yang berkaitan dengan pendidikan. Oleh karena itu, literasi digital merupakan kecakapan (life skills) yang tidak hanya melibatkan kemampuan menggunakan perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi, tetapi juga kemampuan bersosialisasi, kemampuan dalam pembelajaran, dan memiliki sikap, berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetensi digital.

Prinsip dasar pengembangan literasi digital, antara lain, sebagai berikut.

1. Pemahaman
Prinsip pertama dari literasi digital adalah pemahaman sederhana yang meliputi kemampuan untuk mengekstrak ide secara implisit dan ekspilisit dari media.

2. Saling Ketergantungan
Prinsip kedua dari literasi digital adalah saling ketergantungan yang dimaknai bagaimana suatu bentuk media berhubungan dengan yang lain secara potensi, metaforis, ideal, dan harfiah. Dahulu jumlah media yang sedikit dibuat dengan tujuan untuk mengisolasi dan penerbitan menjadi lebih mudah daripada sebelumnya. Sekarang ini dengan begitu banyaknya jumlah media, bentuk-bentuk media diharapkan tidak hanya sekadar berdampingan, tetapi juga saling melengkapi satu sama lain.

3. Faktor Sosial
Berbagi tidak hanya sekadar sarana untuk menunjukkan identitas pribadi atau distribusi informasi, tetapi juga dapat membuat pesan tersendiri. Siapa yang membagikan informasi, kepada siapa informasi itu diberikan, dan melalui media apa informasi itu berikan tidak hanya dapat menentukan keberhasilan jangka panjang media itu sendiri, tetapi juga dapat membentuk ekosistem organik untuk mencari informasi, berbagi informasi, menyimpan informasi, dan akhirnya membentuk ulang media itu sendiri.

4. Kurasi
Berbicara tentang penyimpanan informasi, seperti penyimpanan konten pada media sosial melalui metode “save to read later” merupakan salah satu jenis literasi yang dihubungkan dengan kemampuan untuk memahami nilai dari sebuah informasi dan menyimpannya agar lebih mudah diakses dan dapat bermanfaat jangka panjang. Kurasi tingkat lanjut harus berpotensi sebagai kurasi sosial, seperti bekerja sama untuk menemukan, mengumpulkan, serta mengorganisasi informasi yang bernilai.

Pendekatan yang dapat dilakukan pada literasi digital mencakup dua aspek, yaitu pendekatan konseptual dan operasional. Pendekatan konseptual berfokus pada aspek perkembangan koginitif dan sosial emosional, sedangkan pendekatan operasional berfokus pada kemampuan teknis penggunaan media itu sendiri yang tidak dapat diabaikan.

Prinsip pengembangan literasi digital menurut Mayes dan Fowler (2006) bersifat berjenjang. Terdapat tiga tingkatan pada literasi digital. Pertama, kompetensi digital yang meliputi keterampilan, konsep, pendekatan, dan perilaku. Kedua, penggunaan digital yang merujuk pada pengaplikasian kompetensi digital yang berhubungan dengan konteks tertentu. Ketiga, transformasi digital yang membutuhkan kreativitas dan inovasi pada dunia digital.

Artikel keren lainnya:

Pentingnya Literasi Digital

Sejak zaman dahulu, literasi sudah menjadi bagian dari kehidupan dan perkembangan manusia, dari zaman prasejarah hingga zaman modern. Pada zaman prasejarah manusia hanya membaca tanda-tanda alam untuk berburu dan mempertahankan diri. Mereka menulis simbol-simbol dan gambar buruannya pada dinding gua. 

Seiring dengan perubahan waktu, berkembanglah taraf kehidupan manusia, dari tidak mengenal tulisan hingga melahirkan pemikiran untuk membuat kode-kode dengan angka dan huruf sehingga manusia dikatakan makhluk yang mampu berpikir. Pemikiran tersebut akhirnya melahirkan suatu kebudayaan. 

Proses perkembangan literasi berasal dari mulai dikenalnya tulisan yang pada saat itu menggunakan perkamen sebagai media untuk menulis. Perkamen adalah alat tulis pengganti kertas yang dibuat dari kulit binatang (seperti biri-biri, kambing, atau keledai). 

Perkamen biasanya digunakan untuk halaman buku, codex, atau manuskrip yang digunakan oleh masyarakat dunia pada sekitar 550 sebelum Masehi.

Pada awal 5 Masehi interaksi manusia dalam proses literasi sudah mengenal salin tukar informasi melalui pos merpati. Seiring waktu dan perkembangan teknologi, misalnya, ditemukan mesin cetak, kertas, kamera, dan peningkatan ilmu jurnalistik. Koran sudah dikenal dan menjadi salah satu media untuk penyebarluasan informasi. Kebutuhan akan informasi yang cepat membuat transisi teknologi semakin pesat. 

Pada tahun 1837 ditemukan telegram, fasilitas yang digunakan untuk menyampaikan informasi jarak jauh dengan cepat, akurat, dan terdokumentasi. Telegram berisi kombinasi kode (sandi morse) yang ditransmisikan dengan alat yang disebut telegraf. Tahun 1867, Alexander Graham Bell menemukan telepon; telepon berasal dari dua kata, yakni tele ‘jauh‘ dan phone ‘suara‘ sehingga telepon berarti sebuah alat komunikasi berupa suara jarak jauh. Kebutuhan akan informasi yang sangat cepat membuat persaingan dan inovasi yang luar biasa di dunia digital. 

Pada awal tahun 1900-an, radio dan televisi menjadi idola masyarakat dunia, seiring dengan peningkatan dan perkembangan berbagai teknologi audio visual. Proses menampilkan informasi ternyata tidak cukup memenuhi kebutuhan masyarakat saat itu. Kebutuhan alat untuk membuat, mendesain, mengolah, dan menyimpan data dan informasi sangat ditunggu, sehingga pada tahun 1941 ditemukanlah komputer.

Perkembangan teknologi tidak hanya berbentuk komputer (perangkat keras), tetapi juga berupa kemajuan yang pesat juga terjadi pada sisi perangkat lunak. Pada awal pemakaian komputer, aplikasi yang digunakan berbasis teks. Sejak ditemukannya sistem operasi windows, yang mempunyai aksesibilitas yang ramah pengguna, mulailah bermunculan aplikasi pendukung yang dapat dimanfaatkan untuk media digital. Laptop yang saat ini banyak beredar menjawab kebutuhan masyarakat di dunia berupa kemudahan mobillitas. Saat ini pun pemakaian laptop mulai tergantikan oleh penggunaan gawai dalam pemanfaatan media digital yang juga seiring dengan peningkatan jaringan internet yang luar biasa.

Setiap individu perlu memahami bahwa literasi digital merupakan hal penting yang dibutuhkan untuk dapat berpartisipasi di dunia modern sekarang ini. Literasi digital sama pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung, dan disiplin ilmu lainnya. Generasi yang tumbuh dengan akses yang tidak terbatas dalam teknologi digital mempunyai pola berpikir yang berbeda dengan generasi sebelumnya. 

Setiap orang hendaknya dapat bertanggung jawab terhadap bagaimana menggunakan teknologi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Teknologi digital memungkinkan orang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan keluarga dan teman dalam kehidupan sehari-hari. 

Sayangnya, dunia maya saat ini semakin dipenuhi konten berbau berita bohong, ujaran kebencian, dan radikalisme, bahkan praktik-praktik penipuan. Keberadaan konten negatif yang merusak ekosistem digital saat ini hanya bisa ditangkal dengan membangun kesadaran dari tiap-tiap individu.

Menjadi literat digital berarti dapat memproses berbagai informasi, dapat memahami pesan dan berkomunikasi efektif dengan orang lain dalam berbagai bentuk. Dalam hal ini, bentuk yang dimaksud termasuk menciptakan, mengolaborasi, mengomunikasikan, dan bekerja sesuai dengan aturan etika, dan memahami kapan dan bagaimana teknologi harus digunakan agar efektif untuk mencapai tujuan. Termasuk juga kesadaran dan berpikir kritis terhadap berbagai dampak positif dan negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Memacu individu untuk beralih dari konsumen informasi yang pasif menjadi produsen aktif, baik secara individu maupun sebagai bagian dari komunitas. 

Jika generasi muda kurang menguasai kompetensi digital, hal ini sangat berisiko bagi mereka untuk tersisih dalam persaingan memperoleh pekerjaan, partisipasi demokrasi, dan interaksi sosial.

Literasi digital akan menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan yang kritis-kreatif. Mereka tidak akan mudah termakan oleh isu yang provokatif, menjadi korban informasi hoaks, atau korban penipuan yang berbasis digital. 

Dengan demikian, kehidupan sosial dan budaya masyarakat akan cenderung aman dan kondusif. Membangun budaya literasi digital perlu melibatkan peran aktif masyarakat secara bersama-sama. Keberhasilan membangun literasi digital merupakan salah satu indikator pencapaian dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.

SUMBER:
  • Materi Pendukung Literasi Digital Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 2017


Artikel keren lainnya:

9 Trend Pendidikan 4.0 Dalam Rangka Merespon Revolusi Industri 4.0

Pendidikan 4.0 adalah respons terhadap kebutuhan Revolusi Industri 4.0 dimana manusia dan teknologi diselaraskan untuk memungkinkan kemungkinan-kemungkinan baru (Fisk, 2017). Fisk juga menjelaskan bahwa pembelajaran membuat siswa belajar tidak hanya pengetahuan dan keterampilan tetapi juga menganalisa sumber belajar.

Apa itu revolusi industri 4.0? Revolusi Industri 4.0 adalah sebuah revolusi fundamental yang perlu dihadapi dengan persiapan yang matang, karena menuntut berbagai kemampuan dasar yang belum dituntut oleh pasar tenaga kerja saat ini (Technical Education and Skills Development Authority, 2016:6).

Dunia pendidikan pun tidak luput dari pengaruh revolusi industri 4.0, dunia pendidikan mengalami perubahan tidak lagi hanya menjadi objek disrupsi (the disrupted) dalam Revolusi Industri 4.0. Melainkan, pendidikan menjadi subjek disrupsi (the disruptors) dalam Revolusi Industri 4.0 (Bolat dan Bas, 2018:153).

Perubahan dalam dunia pendidikan dapat digambarkan seperti berikut:

1. Belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja
Revolusi 4.0 menciptakan trend baru dalam pembelajaran, yang paling terkenal adalah kelas terbalik (flipped classroom). Materi pelajaran disampaikan melalui video, audio dan sebagainya yang dapat dipelajari sendiri oleh siswa dimanapun mereka berada dengan memanfaatkan layanan internet. Sementara dikelas guru bersama siswa hanya menyelesaikan masalah-masalah yang belum dimengerti dan dipahami oleh siswa.

2. Pembelajaran disesuaikan untuk setiap siswa
Masing-masing siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda sehingga perlu melakukan beberapa hal seperti advise (nasehat), instuction (petunjuk), demonstration (demonstrasi), knowledge (pengetahuan), understanding (pengertian/pemahaman), get to know them (pendekatan), mentor (guru/pembimbing). Dengan demikian proses pembelajaran diarahkan guna memenuhi beberapa unsur seperti fun (menyenangkan), choice (pilihan), discovery (penemuan), experiment (percobaan), passion (semangat), independence (kebebasan), creativity (kreatifitas), dan collaboration (kolaborasi). Intinya pendidikan 4.0 fokus pada keterampilan dan aplikasi yang wajib dikuasai oleh siswa.

3. Siswa bisa memilih cara belajar yang mereka inginkan
Ada beberapa metode belajar yang bisa diterapkan dalam pendidikan 4.0 diantaranya connected learning, online learning, face to face, project based learning, dan global connection. Connected learning memanfaatkan jaringan internet, semua siswa dapat terkoneksi dalam satu kelas pembelajaran misalnya memanfaatkan google classroom. Online learning adalah pembelajaran darring yang memanfaatkan alat komunikasi seperti HP dan media sosial. Face to face adalah pembelajaran tatap muka langsung dan project based learning atau pembelajaran berbasis project.

4. Lebih banyak pembelajaran dengan projek
Pembelajaran lebih diarahkan untuk menyelesaikan kasus atau masalah guna melatih kemampuan analisis, menemukan dan menyimpulkan.

5. Lebih banyak “hands-on” learning / pembelajaran secara langsung
Pembelajaran dilakukan dengan metode pemagangan dan bekerja secara kolaborasi dalam sebuah tim untuk menyelesaikan masalah atau project yang ingin diselesaikan.

6. Lebih banyak interprestasi data untuk menerapkan literasi matematika
Melatih kemampuan siswa agar bisa melakukan prediksi berdasarkan penguasaan literasi dan pengamatan yang dipahami.

7. Proses penilaian yang berbeda
Terjadi pemisahan pada proses penilaian baik penilaian kinerja maupun penilaian pengetahuan. 

8. Siswa dilibatkan dalam perancangan kurikulum
Kurikulum sebagai kumpulan bahan materi yang akan diberikan kepada peserta didik dalam periode waktu tertentu. Dalam penyusunannya, peserta didik dilibatkan karena yang tahu kebutuhannya itu siswa bukan pihak tertentu. Ketahuilah bahwa ada tiga unsur yang wajib terlibat dalam penyusunan kurikulum yakni pihak kemdikbud, guru dan siswa.

9. Siswa lebih mandiri, guru hanya memfasilitasi
Metode pembelajaran yang diterapkan menjadikan siswa lebih aktif, perannya lebih dominan selama pembelajaran sementara guru hanya memfasilitasi pelaksanaan pembelajaran. Artinya fokus pembelajaran adalah siswa, peran guru yang selalu dominan dengan metode ceramahnya berubah hanya sebagai fasilitator.

Artikel keren lainnya:

Format Penulisan Buku Ajar Yang Baik Menurut Ahli

Menurut Effendi, proses penulisan buku ajar dapat dilakukan secara mandiri berdasarkan ide, gagasan, pengetahuan, dan pengalamannya sendiri. Penulis dapat juga menghimpun, mengkompilasi, menganalisa, dan menyitir tulisan dari berbagai sumber yang relevan dengan buku ajar yang akan disusun. Selain itu penulis dapat juga mengemas ulang informasi dari buku-buku dan naskah publikasi lain yang telah ada sebelumnya. 

Akan tetapi, teknik penulisan buku ajar dengan cara kompilasi maupun kemas ulang harus memperhatikan kaidah dan etika akademik yaitu menghindari plagiarism. Penulis dituntut untuk menghindari plagiarism yaitu tindakan menjiplak, mengambil pendapat, karangan, karya tulis, dll dari orang lain dan menjadikanya seolah hasil karyanya sendiri.

Format buku ajar yang baik antara lain:
  1. Maksimal ukuran kertas A4 (21 cm x 29.7 cm) dan minimal menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi adalah ukuran A5 (14.8 cm x 21 cm).
  2. Jumlah halaman minimalnya adalah 49 halaman.
  3. Buku ajar yang baik harus ber ISBN (international Standard Book Number) dengan menggunakan gaya bahasa semi normal. Maksud dari penggunaan gaya bahasa semi normal adalah, buku ajar tidak terlalu formal. Karena buku ajar digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga gaya bahasa yang digunakan bisa menggunakan bahasa lisan seperti mengajar di kelas, namun tetap mudah dipahami pembaca dengan struktur kalimat SPOK (subjek, predikat, objek, keterangan)
  4. Buku ajar yang baik juga perlu mencantumkan TIU, TIK dan Kompetensi yang disusun sesuai dengan rencana pembelajaran. Sedangkan untuk materi yang diajarkan bisa mengambil beberapa hasil penelitian untuk menambah referensi pengajaran yang masih relevan dengan pokok bahasan.
  5. Tidak kalah pentingnya adalah menyertakan catatan kaki (footnote), daftar pustaka, dan index.


Struktur Isi Buku Ajar

Struktur isi sebuah buku ajar sebaiknya tersusun secara runtut dan rapi sesuai dengan silabus yang ada. Karena satu mata kuliah diajarkan dalam satu semester maka buku ajar diharapkan bisa dipakai hanya dalam satu semester saja.

Adapun contoh daftar isi buku ajar adalah sebagai berikut:7

COVER
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PRAKATA

BAB I. JUDUL BAB

A. PENDAHULUAN
B. PENYAJIAN MATERI
1. JUDUL BAB
2. JUDUL BAB
3. JUDUL BAB
C. RANGKUMAN
D. LATIHAN/TUGAS/EKSPERIMEN
E. RUJUKAN
G. BACAAN YANG DIANJURKAN
BAB II. JUDUL BAB
BAB III. JUDUL BAB
Daftar Pustaka
Index
Lampiran


PUSTAKA

  • https://penerbitdeepublish.com/panduan-cara-menulis-buku-ajar-g100/
  • 7 Ngadimun Hd. 2013. Penyusunan Buku Ajar. Dalam Makalah Penyusunan Buku Ajar Bagi Dosen FISIP Unila Lampung.
  • Effendi Tri Bahtiar dalam Makalah Penulisan Bahan Ajar , Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.


Artikel keren lainnya:

10 Karakter Buku Ajar Yang Wajib Dipenuhi Jika Ingin Dibaca Oleh Siswa

Membuat buku ajar bagi guru adalah sensasi tersendiri, apalagi buku ajar tersebut mampu meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa. Agar buku ajar yang dibuat bisa membuat siswa sesuai dengan tujuan kita maka berikut beberapa ciri dan karakter buku ajar yang baik, antara lain:
  1. Muatan materi buku ajar harus berisikan substansi dan disusun secara sistematis sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
  2. Substansi buku ajar yang dimaksud pada point diatas mengacu pada kurikulum, yang sekurang-kurangnya meliputi aspek tujuan/kompetensi yang ingin dicapai, metode, dan penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran.
  3. Penulisan buku ajar harus terorganisasi secara baik, tidak hanya dalam satu mata pelajaran, tetapi dalam seluruh rangkaian mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa. 
  4. Buku ajar harus disusun secara sistematis dan metodologis. Kaidah-kaidah penulisan ilmiah harus diperhatikan walaupun ini tidak terlalu wajib.
  5. Buku ajar sebaiknya disusun dalam bahasa yang mudah dicerna dan dikuasai oleh peserta didik, sehingga memiliki derajat keterbacaan yang tinggi. Kalimat yang digunakan harus efektif, sederhana, terhindar dari makna ganda, sopan, menarik dan sesuai dengan penguasaan bahasa yang dimiliki oleh pembaca yang menjadi sasarannya. Artinya materi yang disampaikan harus komunikatif.
  6. Bentuk format dan fisik bahan ajar harus memperhatikan ukuran, desain sampul, desain tata letak (layout) isi, bentuk dan ukuran huruf, ilustrasi, warna, komposisi gambar, jenis dan ukuran kertas, penjilidan, dan sebagainya. Bentuk format dan fisik bahan ajar tersebut harus dapat memikat peserta didik agar mereka berminat membaca, mempelajari, dan memiliki bahan ajar tersebut.
  7. Perkembangan kognitif pembaca perlu diperhatikan agar buku ajar dapat dibaca dengan baik oleh pembaca yang memiliki kemampuan kognitif rata-rata, namun juga dijaga agar pembaca yang cerdas tidak menjadi bosan karena tantangan yang terlalu rendah.
  8. Buku ajar harus mampu membangun motivasi pembacanya untuk belajar. Buku yang baik adalah buku yang dapat menstimulasi pembaca untuk menjaga perhatian pada apa yang sedang dipelajarinya.
  9. Buku ajar harus mendorong pembaca untuk mengembangkan pola belajar mandiri. Ilustrasi yang tepat, relevan, dan menarik akan sangat membantu pembaca untuk belajar mandiri.
  10. Konten buku ajar harus memperhatikan norma, nilai, etika dan tatanan moral yang berlaku di kehidupan bermasyarakat.


Artikel keren lainnya:

13 Point yang menggambarkan Buku Ajar sebagai pegangan siswa di Sekolah

Saya seringkali melihat buku ajar yang disusun oleh guru untuk digunakan oleh siswa, pada umumnya memuat ringkasan materi yang diperoleh dari berbagai sumber dan berpedoman pada kurikulum yang diwujudkan dan dijabarkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Namun demikian, menyusun buku ajar perlu memperhatikan hal-hal berikut agar siswa tertarik membacanya. 

a. Pengertian buku ajar

Buku ajar adalah buku pegangan untuk suatu mata pelajaran yang ditulis dan disusun oleh guru atau pakar dibidangnya dan memenuhi kaidah penulisan buku teks.

b. Berusaha menimbulkan minat baca

Buku ajar yang baik harus bisa mendorong siswa untuk berusaha memiliki kemauan membaca. Siswa yang pada awalnya tidak memiliki minat membaca, melalui buku ajar tersebut terjadi perubahan. Jadi bukan hanya untuk menimbulkan minat baca melainkan siswa akan berusaha menumbuhkan minat baca secara sukarela dan penuh kesadaran dari dalam dirinya.

c. Dirancang dan ditulis untuk siswa

Buku ajar dibuat oleh guru bukan untuk pembaca umum melainkan hanya untuk siswa. Pada prinsipnya, buku ajar merupakan media belajar siswa sesuai mata pelajaran yang diajarkan oleh guru. 

d. Menjelaskan tujuan instruksional

Tujuan instruksional adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur. Semua itu dijelaskan dalam buku ajar yang bisa dipahami oleh siswa.

e. Dipergunakan oleh guru dan siswa 

Dalam penggunaannya, buku ajar dipakai oleh guru dan siswa. Pada kurikulum 2013 ada buku guru dan buku siswa, materinya sama saja baik buku guru maupun buku siswa, perbedaannya hanya pada instruksi yang harus dikerjakan oleh guru dalam mengelola kelas sesuai dengan materi yang diajarkan.

f. Disusun berdasarkan pola tertentu

Buku ajar disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel dan sistematis yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang ingin dicapai. Kaidah penulisan ilmiah tidak terlalu diperlukan dan strukturnya tidak harus sesuai dengan logika bidang ilmu tertentu.

g. Bentuknya fokus pada latihan

Fokus pada pemberian kesempatan bagi siswa untuk berlatih. Tiap materi yang ditulis selalu diakhiri dengan latihan yang harus dikerjakan oleh siswa. Apakah latihan secara individual ataupun bekerja secara berkelompok.

h. Memberi rangkuman

Selalu disertai rangkuman diakhir materi. Rangkuman adalah hasil dari kegiatan meringkas suatu uraian yang lebih singkat dengan perbandingan secara proposional antara bagian yang dirangkum dengan rangkumannya. Apa yang dirangkum? Yakni materi pelajaran pada tiap-tiap bab atau sub materi dalam buku ajar.

i. Gaya penulisan komunikatif

Penulisan buku ajar memperhatikan kemampuan siswa sehingga tidak perlu terlalu naratif dan materinya tidak juga harus padat, yang terpenting adalah pesan tersampaikan, siswa mau membaca, tidak membosankan dan dapat menumbuhkan minat membaca siswa.

j. Ada umpan balik

Materi yang disajikan dalam buku ajar mampu merangsang sikap kritis siswa sehingga timbul interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik merupakan komponen penting dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Umpan balik membantu siswa memahami kesalahan yang telah ia perbuat, sehingga siswa mencapai target lebih cepat

k. Mengakomodasi kesulitan belajar siswa

Buku ajar ditulis berdasarkan pengalaman guru sehingga setiap kesulitan yang dialami oleh siswa terutama dalam membaca bisa teratasi. Pendekatan dan metode penulisan benar-benar berdasarkan kemampuan siswa yang dipahami oleh guru.

l. Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar

Inilah salah satu kelebihan dari buku ajar dibandingkan dengan diktat dan buku lainnya. Dalam buku ajar, siswa disampaikan bagaimana mempelajari bahan ajar dan materi yang ada dalam buku. Hal ini karena buku ajar mengajak siswa untuk berusaha meningkatkan minat membacanya.

m. Ditulis oleh pakar

Sebenarnya buku ajar pada umumnya ditulis oleh para pakar dibidangnya, namun tidak menutup kemungkinan buku ajar dibuat oleh guru, apalagi bila memperhatikan syarat kenaikan pangkat saat ini yang menghargai guru dengan nilai point tinggi bagi guru yang membuat buku ajar. Salah satu organisasi profesi guru bahkan membuat program Guru Menulis, dan Satu Guru Satu Buku. Program ini cukup mewarnai lahirnya buku-buku ajar yang benar-benar muatannya menjiwai siswa itu sendiri.

Artikel keren lainnya:

Mengenal Bahan Ajar dan Jenis-jenisnya

Apa Itu Bahan Ajar?

Bahan ajar didefinisikan sebagai segala bentuk bahan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran dan menjadi bahan untuk dipelajari oleh peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

Bahan ajar mengandung konten berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga dosen/guru dan mahasiswa/peserta didik dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran yang nyaman dan kondusif.

Melalui bahan ajar yang tersusun sistematis, setiap mahasiswa/peserta didik dapat belajar secara efektif untuk memahami dan menerapkan norma (aturan, sikap dan nilai-nilai), melakukan tindakan/keterampilan motorik, serta menguasai pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan proses) sehingga standar kompetensi pembelajaran dapat tercapai. Selain berfungsi sebagai pedoman bagi dosen/guru dan mahasiswa/peserta didik dalam menjalankan semua aktivitas pembelajaran, bahan ajar juga berisi substansi kompetensi dan menjadi alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

Bahan ajar dapat disusun dari berbagai macam sumber belajar (benda, data, fakta, ide, orang, dan sebagainya) yang potensial untuk dipelajari atau memiliki potensi untuk menimbulkan suasana dan proses belajar. Sumber bahan ajar dapat berasal dari berbagai disiplin ilmu baik dari rumpun ilmu alam maupun sosial. Kedalaman cakupan dan keluasan isi materi ajar harus dipertimbangkan secara seksama sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kondisi kemampuan awal peserta didik. Pengembangan bahan ajar perlu disusun mengacu pada kurikulum yang berlaku, khususnya yang terkait dengan kompetensi, standar materi dan indikator pencapaian. Selain itu penyusunan bahan ajar juga tetap memperhatikan karakteristik dan kebutuhan peserta didik yang meliputi lingkungan sosial, budaya, geografis maupun tahapan perkembangan siswa.

Jenis-jenis Bahan Ajar

Menurut Koesnandar, bahan ajar berdasarkan subjeknya diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu:2
  1. Bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar. Bentuk bahan ajar ini antara lain buku, handouts, lembar kegiatan siswa (LKS) dan modul. Bahan ajar yang dirancang umumnya digunakan sebagai bahan presentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri.
  2. Bahan ajar yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar, misalnya kliping, koran, film, iklan atau berita.


Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) yaitu:
  1. Bahan ajar cetak (printed): seperti handout, buku, modul, lembar kegiatan siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan model/maket.
  2. Bahan ajar audio: seperti radio, piringan hitam, dan compact disk (CD) audio.
  3. Bahan ajar audio visual: seperti video compact disk (VCD) dan film.
  4. Bahan ajar multimedia interaktif: seperti CAI (Computer Assisted Instruction), CD multimedia interaktif, dan bahan ajar berbasis web.


PUSTAKA
  • Effendi Tri Bahtiar dalam Makalah Penulisan Bahan Ajar , Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
  • Koesnandar. 2008. Pengembangan Bahan Belajar berbasis Web. (http://www.teknologipendidikan.net/:http://www.teknologipendidikan.net/2008/02/12/pengembangan-bahan-belajar-berbasis-web/)


Artikel keren lainnya:

Guru wajib menghafal nama muridnya. Inilah alasannya!

Apakah anda sudah hafal nama-nama murid anda? Mungkin ini pertanyaan yang sulit di jawab sebab saat ini banyak guru yang tidak menghafal nama muridnya. Alasannya beragam, mulai dari karena banyaknya murid, banyaknya tugas yang harus diselesaikan sampai dengan sebab murid memiliki nama-nama unik yang susah dihafal.

Kalau anda merasa bahwa anda adalah tenaga pengajar maka kewajiban untuk menghafal nama-nama murid tidaklah terlalu penting karena tenaga pengajar bertugas hanya menyampaikan materi pelajaran. Materi tersampaikan, siswa paham yang anda ajarkan maka anda telah menuntaskan tugas anda.

Namun jika anda merasa sebagai tenaga pendidik maka menghafal nama-nama murid adalah sebuah kewajiban bagi guru. Bagaimana mungkin anda mendidik murid sementara anda tidak memiliki kedekatan dengannya. Menghafal nama murid merupakan pintu masuk untuk mengenal kepribadiannya lebih dalam. 

Ketika murid merasa dikenal akan timbul keterbukaan murid terhadap guru, apa yang menjadi masalah dan kekurangannya terutama cara belajarnya dapat terungkap sebab murid merasa dekat dengan gurunya, ada kepercayaan murid terhadap gurunya. Inilah tantangan guru yang bertindak sebagai pendidik. 

Menghafal nama murid membutuhkan metode khusus, anda harus melakukan pendekatan dari hati ke hati dalam situasi pendidikan, menempatkan murid bukan sebagai orang lain tetapi sebagai bagian dari keluarga. Ketahuilah bahwa sebanyak apapun keluarga, serumit apapun silsilah keturunan pasti anda menghafalnya karena anda melakukannya dengan hati. 

Dengan demikian dalam melakukan tugas mesti dibarengi dengan hati, bukan hanya melakukan transfer ilmu pengetahuan melainkan memposisikan diri sebagai orang tua, sebagai teladan/contoh, sebagai inspirasi bagi murid.

Makna guru sebagai pendidik adalah guru harus bisa menciptakan situasi yang nyaman dan yakin bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapai akan mendapat penghargaan dan perhatian sehingga akan meningkatkan motivasi berprestasi peserta didiknya. Guru sebagai pendidik dalam hal ini yaitu guru yang mampu mengubah tingkah laku dirinya menjadi seorang guru yang professional. Seorang pendidik harus menjaga wibawa didepan murid-muridnya.  Guru mampu mendidik  apabila dia mempunyai kestabilan emosi , memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk memajukan anak didik, bersikap realitas, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap perkembangan, terutama terhadap inovasi pendidikan.( Oemar Hamalik, 2002:43).  Mengapa demikian?, karena seorang guru adalah contoh untuk anak didiknya, maka dari itu seorang guru harus mampu mengubah tingkah lakunya sebagai professional.

Mengingat tugas guru sangat kompleks seperti bertindak sebagai pengajar, pendidik, pembimbing, pelatih, penyemangat, pengarah, pelindung, penilai, pengevaluasi dan sebagainya. Begitu kompleksnya tugas guru sehingga untuk menjadi guru tidaklah mudah, tidak hanya sekedar lulus mengikuti seleksi CPNS lalu menjalankan tugas di sekolah. Ada banyak generasi menaruh harapan kepada guru, kepercayaan murid pada guru merupakan kewajiban guru untuk melakukan sesuatu yang terbaik dalam menciptakan perubahan terhadap murid karena masa depan murid tergantung bagaimana guru meletakkan dasar-dasar pijakan bagi setiap langkah muridnya, hanya dengan menjadi guru yang ikhlas yang dibarengi dengan hati, tugas dan tanggung jawab guru bisa tercapai serta harapan dan masa depan murid bisa tergambar melalui anda.

Artikel keren lainnya:

Cara sederhana melatih kemampuan sikap kritis siswa

Sudah banyak para ahli pendidikan menjabarkan strategi dan metode yang dapat meningkatkan kemampuan sikap kritis siswa. Namun apabila anda meneliti semua pendapat para ahli pendidikan, bagi saya kebanyakan sulit dipraktekkan.

Sikap kritis bisa dimaknai sebagai kemampuan menangkap dengan jeli setiap kenyataan dan membuka mata dan hati kita untuk mencerap realitas. Artinya, dalam setiap realitas ada beribu serat makna yang mesti kita pegang dan kita pergunakan sesuai dengan porsinya.

Sikap kritis merupakan prasyarat bagi manusia supaya tidak salah dalam menentukan sikap, termasuk di dalam setiap keputusan-keputusan yang terbaik di dalam hidupnya. Hanya saja akan menjadi masalah, bila sikap kritis berubah menguasai lebih besar diri kita. Padahal, diri kita lebih akbar dari hanya bersikap kritis. Sikap kritis hanyalah salah satu potensi nalar manusia. Nalar bisa dimaknai sebagai kemampuan fikir manusia yang bersifat logis, runtut, dan bisa dipahami oleh orang pada umumnya.

Sejumlah pengetahuan muncul dari sikap kritis, perasaan yang tidak pernah puas dan rasa penasaran untuk menemukan sesuatu yang baru mendorong ilmuwan untuk mengkaji dan meneliti setiap obyek yang ada didepan matanya.

Kemampuan sikap kritis mesti dibiasakan sejak usia dini, peran sekolah terutama guru sangat diharapkan, mulai dari cara-cara modern sampai dengan cara sederhana. Salah satu yang bisa dipraktekkan oleh guru dalam rangka membangun sikap kritis siswa adalah mengajak siswa untuk menarasikan atau mendeskripsikan sebuah foto yang berlatar masalah sosial dari sudut pandang siswa sendiri.

Biarkan mereka menuangkan pendapatnya dengan bebas karena kebebasan dalam berpikir dapat melahirkan ide-ide unik dan original diluar ekspetasi kita.

Hasil pengamatan terhadap foto yang ditampilkan akan beragam tergantung karakter siswa, cara pandang, dan keterlibatan emosional siswa menyikapi foto tersebut. Semakin siswa menjiwai obyek yang disajikan maka semakin dalam pula mereka memaknainya, apalagi siswa mampu menaratif peristiwa, situasi, kondisi lingkungan dan hal-hal lain yang luput dari visualisasi kebanyakan orang.

Yang menarik dari metode ini adalah meningkatnya keaktifan siswa dalam membaca dan menganalisa maupun mengkritisi obyek yang ditampilkan, apalagi obyek dalam foto berlatar di daerah sekitar tempat tinggalnya.

Dengan demikian, untuk melatih kemampuan daya kritis siswa tidak perlu mendatangkan alat peraga yang instimewa, cukup dengan menampilkan foto di sekitar tempat tinggalnya. Sederhana dan praktis tetapi dampaknya cukup besar memberi pengaruh terhadap pola pikir siswa dan pengetahuan tambahan yang menambah nilai-nilai karakter siswa itu sendiri.

Artikel keren lainnya:

5 Alasan Sekolah Wajib Memperbanyak Pelatihan Bagi Guru

Sekolah unggul dan favorit adalah sekolah yang selalu menciptakan perubahan baik di dalam lingkungan sekolah maupun dalam hubungannya dengan masyarakat sekitar. Perubahan terkait dengan guru adalah memperbanyak pelatihan di sekolah seperti MGMP/KKG, seminar, worksop atau diklat.

Kebijakan sekolah untuk memperbanyak pelatihan bagi guru bukan tanpa dasar melainkan memang diperlukan. Berikut 5 alasan mengapa sekolah wajib memperbanyak pelatihan bagi guru:

1. Wadah Sosialisasi
Berbagai macam regulasi pendidikan terutama implementasi kurikulum dan perkembangannya merupakan dasar bagi guru untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Mengingat jangkauan pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, propinsi maupun daerah sangat terbatas maka wadah pelatihan di sekolah sangat diperlukan guna melakukan sosialisasi terhadap regulasi pendidikan terbaru, perkembangan kurikulum, dan program-program pemerintah di bidang pendidikan lainya seperti digitalisasi sekolah, literasi dan sebagainya.

2. Membangun komunikasi dengan guru serumpun
Kurikulum 2013 hanya memuat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi tiap pelajaran. Sementara bahan ajar disusun oleh guru berdasarkan SK dan KD, maka dapat dipastikan jika tidak ada komunikasi masing-masing guru mata pelajaran, materi yang diberikan pun akan variatif. Hal ini akan berpengaruh pada capaian siswa terhadap kompetensi lulusan. Kelemahan ini bisa seragam apabila masing-masing guru membangun langkah komunikatif. Bahan ajar disusun bersama dengan guru lain yang serumpun, hasil kerjasama akan menguatkan dan meningkatkan kualitas sekolah terutama guru dan siswa.

3. Meningkatkan Motivasi Mengajar
Pelatihan dapat dikatakan pula sebagai penyegaran bagi guru. Banyaknya masalah, tantangan dan beban kerja guru berdampak pada timbulnya rasa bosan dan jenuh menjalankan aktifitasnya, belum lagi jika pengapnya pikiran guru dalam rangka menemukan solusi, metode, strategi dan model pembelajaran yang tepat. Melalui pelatihan, pikiran guru akan kembali terbuka setelah memperoleh informasi dan dorongan semangat dari para tutor dan instruktur. Pertemuan dengan beberapa guru menjadi momen untuk berbagi masalah dan solusi yang dilakukan secara terbuka dan menyenangkan, sehingga akan tercipta semangat baru dan harapan baru demi peningkatan kualitas pembelajaran.

4. Meningkatkan Kompetensi
Pelatihan tempat berbagi informasi. Hal-hal baru dunia pendidikan seperti kurikulum, pengetahuan, keterampilan dan sikap biasanya menjadi inti pelatihan. Dengan demikian, guru akan memperoleh manfaat guna meningkatkan kompetensinya sehingga berdampak pada proses belajar mengajar.

5. Penyesuaian Pembelajaran
Tiap generasi memiliki ciri, masalah dan karakter sendiri. Melalui pelatihan diharapkan dapat merubah pola pikir guru dan metode pembelajaran yang sesuai dengan generasinya. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang tidak menciptakan situasi terpaksa bagi siswa melainkan selalu menyenangkan, dengan demikian siswa dan guru dapat menikmati situasi pendidikan yang lahir dari pengaruh perubahan budaya dan paradigma yang berkembang seiring tingginya penetrasi teknologi informatika.

Artikel keren lainnya:

7 Tips menjadi guru inspiratif bagi siswa

Menjadi guru inspiratif memerlukan perubahan radikal pada diri kita, ada beberapa sikap dan prilaku kita yang perlu dibenahi. Apakah mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan atau menambah yang masih kurang. Pada intinya, menjadi guru inspiratif memiliki beban dan tanggung jawab yang besar dan dimulai dari diri sendiri.

Tips berikut hanya sebagian dari sekian banyak tips yang disarankan para ahli pendidikan dan motivator.

1. Berakhlak mulia
Akhlak merupakan perwujudan karakter seseorang dalam menjalani hidupnya. Akhlak ini bisa berupa ketaatan dalam beribadah, menjaga tutur kata, sopan dan santun, prilaku, dan perkataannya senantiasa mengandung nilai berupa nasehat dan hikmah. Akhlak mulia menjadi pagar seorang guru untuk selalu menjaga kehormatannya, baik kepada siswa maupun kepada teman sejawatnya. Akhlak merupakan pakaian yang membungkus dirinya, menjaganya dari pandangan dan melindunginya dari pengaruh negatif.

2.Cerdas
Seorang guru inspiratif harus cerdas bukan hanya dari sisi akademik melainkan dari segala hal. Guru insipiratif harus mampu mengelola kelas, membimbing, membina dan mengatur siswanya. Ketika ada masalah, guru inspiratif senantiasa memiliki solusi atas masalah tersebut. Untuk meningkatkan kecerdasannya, seorang guru inspiratif selalu membangun komunikasi dan diskusi dengan teman sejawatnya. Mengisi kompetensi dan pengetahuannya melalui kegiatan membaca buku dan artikel-artikel ataupun jurnal ilmiah dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensinya terutama bidang pendidikan dan khususnya terkait keberhasilan proses pembelajaran.

3.Visioner
Guru inspiratif harus memiliki pandangan jauh kedepan, hal ini diperlukan untuk membentuk siswa agar siap menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. Guru inspiratif senantiasa menciptakan perubahan dan melahirkan hal-hal baru seperti metode, model, strategi, media pembelajaran dan karya-karya lainnya yang berguna meningkatkan hasil belajar dan prestasi belajar siswa. Program-program yang disusun dan direncanakannya merupakan dasar dan pijakan siswa menghadapi masa depannya yang lebih baik sebab jaman selalu bergerak maju.

4. Kreatif
Guru inspiratif harus berpikir kreatif, selalu menciptakan metode dan strategi pembelajaran baru, media pembelajaran yang menarik. Kreatifitasnya mampu mempertahankan situasi pembelajaran di kelas selalu dinantikan, menyenangkan dan menambah gairah belajar siswa.

5. Tegas dan Disiplin
Guru inspiratif dituntut untuk memiliki kepribadian yang tegas dalam bersikap, tidak peduli yang dihadapinya adalah “anak guru, anak pejabat atau bukan” semua diperlakukan sama. Disamping itu, disiplin dengan waktu karena tiap detik sangat bermanfaat bagi siswa. Kedisiplinannya diperlukan agar tidak ada siswa yang berperilaku semaunya.

6. Humanis. 
Guru inspiratif mampu menempatkan siswa sebagai sahabat yang baik karena siswa adalah tempat untuk menambah pengalaman, memahami perubahan jaman, membaca perkembangan pergaulan dimasyarakat dan masukan yang baik dalam meningkatkan metode, strategi dan model pembelajaran demi keberhasilan pembelajaran di kelas.

7. Integritas. 
Guru inspiratif harus senantiasa berpegang teguh pada kebenaran, dapat dipercaya, menyampaikan hal-hal yang benar (positif), dan cerdas

Untuk menjadi guru inspiratif tidak mudah, namun demikian tidaklah salah apabila guru menerapkan ketujuh tips di atas demi meningkatkan keteladanan anda sebagai guru terhadap siswa.

Artikel keren lainnya:

Inilah Mengapa Siswa Kurang Menyerap Materi Pelajaran yang Disampaikan oleh Guru

Dapat diartikan bahwa proses pembelajaran merupakan sebuah kegiatan penyampaian materi pembelajaran oleh tenaga pendidik kepada peserta didik. Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen penunjang agar kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, seperti adanya media pembelajaran sebagai sumber belajar, materi pembelajaran, serta adanya rencana pembelajaran yang sistematis. 

Keberhasilan proses pembelajaran juga ditentukan oleh kemampuan seorang tenaga pendidik untuk memudahkan proses penyerapan ilmu yang diberikan kepada peserta didik, yang kemudian diadakan kegiatan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi pembelajarannya

Permasalahan yang sering terjadi pada proses pembelajaran adalah kurang maksimalnya peserta didik dalam menangkap materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru, ini biasanya dapat dilihat dari kegiatan evaluasi dengan memberikan pertanyaan secara acak maupun tes tertulis yang diberikan oleh guru pada akhir jam pelajaran. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya kesiapan belajar peserta didik. 

Menurut Slameto (2013: 113), kesiapan adalah “keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi”. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respons. Kesiapan belajar merupakan suatu kondisi yang ada pada diri seseorang dalam hal ini siswa, yang telah dipersiapkan terlebih dahulu untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dimana kondisi ini dapat dilatih dan dikembangkan dan nantinya diharapkan siswa dapat memberi respon dan bereaksi. 

Dengan kata lain, ketika seseorang telah memiliki kesiapan belajar dalam dirinya maka siswa tersebut sudah siap untuk merespon dan memberikan reaksi ketika kegiatan belajar berlangsung. Kegiatan belajar akan berlangsung dengan baik apabila kondisi-kondisi yang diperlukan dalam belajar telah siap. Maka belajar tanpa kesiapan fisik, mental maupun perlengkapan belajar akan mengalami kesulitan. Misalnya, seseorang yang akan mengikuti proses belajar dikelas harus memiliki kesehatan yang baik, memiliki motivasi untuk belajar, serta sarana belajar seperti perlengkapan belajar. 

Berbagai upaya yang dilakukan guru agar siswanya siap dan fokus ketika menerima materi pembelajaran yang akan diberikan. Salah satunya dengan memberikan apersepsi sebelum proses pembelajaran berlangsung. Pemberian apersepsi sebelum proses pembelajaran berlangsung sangat besar manfaatnya bagi kesiapan belajar siswa. Apersepsi dapat membantu siswa agar lebih mudah dalam menyerap materi pembelajaran yang akan disampaikan. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud apersepsi adalah “Pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru”. Dengan kata lain apersepsi merupakan suatu proses menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan yang baru, dalam hal ini yang dimaksud pengetahuan adalah materi pelajaran yang disampaikan guru. 

Dengan memberikan apersepsi diharapkan dapat menimbulkan sikap antusias, rasa ingin tahu, dan termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dari dalam diri siswa. Materi yang akan disampaikan oleh guru memiliki harus keterkaitan antar satu dengan yang lainnya. Jika siswa tidak dapat menyerap materi pembelajaran dengan baik karena kurangnya kesiapan dalam menerima materi yang disampaikan, maka siswa tersebut akan kesulitan dalam menerima materi pembelajaran tahap selanjutnya.

Apersepsi yang dilakukan pada tahap awal pembelajaran pada umumnya dianggap hal yang kecil, terkadang terlupakan. Namun demikian berdasarkan fakta di lapangan banyak dijumpai menjadi sangat fatal akibatnya manakala siswa dihadapkan pada permasalahan inti dalam proses pembelajaran. Ketidakbisaan siswa dalam menyelesaikan masalah atau dalam proses menemukan konsep ternyata sangat dipengaruhi oleh ketidaksiapan siswa sewaktu apersepsi, yang akhirnya tujuan akhir dari pembelajaran itu tidak tercapai atau tidak sesuai dengan harapan. 

Menurut Nasution (dalam Ningsih, 2013: 18), apersepsi berasal dari bahasa Inggris, yaitu apperception yang berarti “mentafsirkan buah pikiran, jadi menyatukan dan mengasimilasi suatu pengamatan berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki dan dengan memahami dan dapat menafsirkannya”. Dalam setiap proses awal kegiatan pembelajaran, apersepsi memiliki peranan yang penting untuk menciptakan kondisi siap belajar baik secara fisik maupun mental. 

Apersepsi pada prinsipnya adalah kegiatan pendahuluan atau pembuka pelajaran dengan tujuan untuk membangkitkan minat belajar siswa. Tidak hanya itu saja, pemberian apersepsi juga bertujuan untuk memberikan gambaran tentang materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Ketika seluruh elemen pembelajaran sejak awal kegiatan pembelajaran telah memiliki kesiapan yang baik, maka akan berdampak positif terhadap proses pembelajaran selanjutnya. 

Apersepsi memiliki kaitan yang erat di dalam proses pembelajaran. Dengan adanya apersepsi maka dapat memberikan dasar awal siswa untuk mempelajari materi baru yang akan disampaikan oleh guru, dengan demikian maka apersepsi dapat memberikan kemudahan bagi siswa dalam proses pembelajaran. 

Apersepsi sering juga disebut dengan istilah “batu loncatan”, maksudnya adalah sebelum kegiatan pembelajaran dimulai untuk menyajikan materi pelajaran yang baru, guru diharapkan dapat menghubungkan lebih dahulu materi pelajaran sebelumnya yang menurut guru telah dikuasai siswa. 

Apersepsi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya yaitu dengan memberikan pertanyaan untuk mengetahui apakah siswa masih ingat dengan materi yang telah diberikan pada pertemuan yang lalu, sejauh mana siswa memahami materi tersebut, dan hasilnya untuk menjadi titik tolak dalam memulai kegiatan pembelajaran yang baru. 

Oleh karena itu sebelum memulai kegiatan pembelajaran guru hendaknya terlebih dahulu berusaha untuk menghubungkan materi pelajaran terdahulu yang telah dikuasai oleh siswa atau dari pengalaman dengan materi pelajaran yang akan disampaikan sehingga dapat menumbuhkan sikap antusias serta rasa ingin tahu siswa untuk mengikuti setiap proses kegiatan pembelajaran. 

Artikel keren lainnya:

Syarat soal yang bermutu yang wajib diperhatikan oleh penulis soal

Dalam menyusun soal, penulis soal mesti memperhatikan dua hal yakni soal harus sahih (valid), dan handal. Sahih maksudnya bahwa setiap alat ukur hanya mengukur satu dimensi/aspek saja. Mistar hanya mengukur panjang, timbangan hanya mengukur berat, bahan ujian atau soal PKn hanya mengukur materi pembelajaran PKn bukan mengukur keterampilan/kemampuan materi yang lain. 

Handal maksudnya bahwa setiap alat ukur harus dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat, cermat, dan teliti. 

Untuk dapat menghasilkan soal yang sahih dan handal, penulis soal juga harus merumuskan kisi-kisi dan menulis soal berdasarkan kaidah penulisan soal yang baik (kaidah penulisan soal bentuk objektif/pilihan ganda, uraian, atau praktik). 

Linn dan Gronlund (1995: 47) menyatakan bahwa tes yang baik harus memenuhi tiga karakteristik, yaitu: validitas, reliabilitas, dan usabilitas. 
Validitas artinya ketepatan interpretasi hasil prosedur pengukuran, 
reliabilitas artinya konsistensi hasil pengukuran, dan 
usabilitas artinya praktis prosedurnya. 

Di samping itu, Cohen dkk. (1992: 28) juga menyatakan bahwa tes yang baik adalah tes yang valid artinya mengukur apa yang hendak diukur. 

Nitko (1996 : 36) menyatakan bahwa validitas berhubungan dengan interpretasi atau makna dan penggunaan hasil pengukuran peserta didik. 

Messick (1993: 13) menjelaskan bahwa validitas tes merupakan suatu integrasi pertimbangan evaluatif derajat keterangan empiris yang mendasarkan pemikiran teoritis yang mendukung ketepatan dan kesimpulan berdasarkan pada skor tes. Adapun validitas dalam model Rasch adalah sesuai atau fit dengan model (Hambleton dan Swaminathan, 1985: 73).


Artikel keren lainnya:

Langkah-langkah penilaian melalui tes dan non tes serta kriteria bahan ulangan atau ujian yang baik

Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi, guru dapat melakukan penilaian melalui tes dan non tes. 

Langkah-langkah pengembangan tes meliputi 
  1. menentukan tujuan penilaian, 
  2. menentukan kompetensi yang diujikan 
  3. menentukan materi penting pendukung kompetensi (urgensi, kontinuitas, relevansi, keterpakaian), 
  4. menentukan jenis tes yang tepat (tertulis, lisan, perbuatan), 
  5. menyusun kisi-kisi, butir soal, dan pedoman penskoran, 
  6. melakukan telaah butir soal. 

Penilaian non tes dilakukan melalui pengamatan dengan langkah-langkah 
  1. menentukan tujuan penilaian, 
  2. menentukan kompetensi yang diujikan, 
  3. menentukan aspek yang diukur, 
  4. menyusun tabel pengamatan dan pedoman penskorannya, 
  5. melakukan penelaahan.

Bahan ulangan/ujian yang akan digunakan hendaknya menenuhi dua kriteria dasar berikut ini. 
  1. Adanya kesesuaian materi yang diujikan dan target kompetensi yang harus dicapai melalui materi yang diajarkan. Hal ini dapat memberikan informasi tentang siapa atau peserta didik mana yang telah mencapai tingkatan pengetahuan tertentu yang disyaratkan sesuai dengan target kompetensi dalam silabus/kurikulum dan dapat memberikan informasi mengenai apa dan seberapa banyak materi yang telah dipelajari peserta didik. Berdasarkan ilmu pengukuran pendidikan, ujian yang bahannya tidak sesuai dengan target kompetensi yang harus dicapai bukan saja kurang memberikan informasi tentang hasil belajar seorang peserta didik, melainkan juga tidak menghasilkan umpan balik bagi penyempurnaan proses belajar-mengajar. 
  2. Bahan ulangan/ujian hendaknya menghasilkan informasi atau data yang dapat dijadikan landasan bagi pengembangan standar sekolah, standar wilayah, atau standar nasional melalui penilaian hasil proses belajar-mengajar.

Bahan ujian atau soal yang bermutu dapat membantu pendidik meningkatkan pembelajaran dan memberikan informasi dengan tepat tentang peserta didik mana yang belum atau sudah mencapai kompetensi. Salah satu ciri soal yang bermutu adalah bahwa soal itu dapat membedakan setiap kemampuan peserta didik. Semakin tinggi kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran, semakin tinggi pula peluang menjawab benar soal atau mencapai kompetensi yang ditetapkan. Makin rendah kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran, makin kecil pula peluang menjawab benar soal untuk mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

Sumber :
Mujimin, 2009, Kompetensi Guru Dalam Menyusun Butir Soal Pada Mata Pelajaran Bahasa Jawa Di Sekolah Dasar, Fakultas Bahasa dan Seni UNNES

Artikel keren lainnya:

Langkah-langkah penyusunan kisi-kisi soal semua mata pelajaran

Dalam menyusun kisi-kisi soal, ada empat langkah yang harus diperhatikan. Keempatnya saling terkait dan berkesinambungan. Keempat langkah tersebut adalah kompentensi dasar, materi, indikator dan soal.

Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar merupakan rumusan yang sudah diatur dalam kurikulum, kompetensi dasar memuat kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa setelah mempelajari materi pelajaran tertentu. Berdasarkan kompetensi dasar, guru melakukan pemetaan materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa sehingga bisa mencapai kemampuan minimal yang diharapkan.

Materi

Materi ajar atau bahan ajar yang harus dikuasai siswa lahir dari pengembangan kompetensi dasar. Disinilah guru memerlukan banyak sumber dan referensi sebagai dasar melakukan pendalaman dengan tujuan untuk memperkaya materi, tentu penentuan materi atau bahan ajar yang akan diajarkan wajib disesuaikan dengan indikator yang akan disusun.

Dengan demikian guru harus menentukan materi-materi penting yang harus dikuasai siswa, yang memiliki hubungan dengan bidang studi lainnya, berkesinambungan atau kelanjutan dari materi jenjang sebelumnya dan jenjang sesudahnya serta memiliki nilai terapan dalam kehidupan sehari-hari. 

Indikator

Indikator adalah suatu rumusan yang menggunakan kata kerja operasional biasanya mengacu pada taksonomi Blom yang memuat perilaku siswa dan yang dapat diukur sesuai dengan uraian materi yang dipilih. 
Adapun syarat indikator yang baik antara lain:
  1. Memuat ciri-ciri kompetensi dasar yang akan diukur
  2. Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur
  3. Berkaitan dengan materi (bahan ajar) yang dipilih
  4. Dapat dibuatkan soalnya

Soal

Soal lahir dari indikator, apabila tidak sesuai dengan indikator maka soal tersebut dapat dikatakan cacat karena sudah pasti tidak mewakili materi, akibatnya tentu saja tidak akan mencapai standar minimal dari kompetensi dasar

Soal yang baik harus memenuhi unsur berikut :
  1. Soal disusun berdasarkan indikator yang dibuat
  2. Pilihan jawaban harus homogen dan logis
  3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar
  4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas
  5. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja


Artikel keren lainnya:

Inilah Arti Surat Kepala Sekolah Singapura yang viral kepada guru dan orang tua siswa

Ujian menjadi momok menakutkan bagi siswa, di sekolah mereka dihadang dengan ujian sementara di rumah, orang tua menekan anaknya untuk belajar agar mendapatkan nilai bagus. Akhirnya, anak menjadi stress karena keceriaannya terusik oleh yang namanya ujian.

Terkait dengan ujian, baru-baru ini beredar surat dari kepala sekolah di Singapura yang bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua. 

Berikut surat yang dimaksud:


Dear Parents

The exams of your children are to start soon. I know you are all really anxious for your child to do well.

But, please do remember, amongst the students who will be sitting for the exams there is an artist, who doesn't need to understand Math....There is an entrepreneur, who doesn't care about History or English literature....There is a musician, whose Chemistry marks won't matter.... There's an athlete. whose physical fitness is more important than Physics.... If your child does get top marks, that's great! But if he or she doesn't.... please don't take away their self-confidence and dignity from them. Tell them it's OK. It's just an exam! They are cut out for much bigger things in life. Tell them, no matter what they score.... you love them and will not judge them.

Please do this, and when you do....watch your children conquer the world. One exam or a low mark won't take away...their dreams and talent. And please, do not think that doctors and engineers...are the only happy people in the world

With warm Regards

Jika diartikan kurang lebih seperti berikut:

Kepada Para Orangtua,

Ujian anak Anda telah selesai. Saya tahu Anda cemas dan berharap anak Anda berhasil dalam ujiannya.

Tapi, mohon diingat, di tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman, yang tidak perlu mengerti Matematika.

Ada calon pengusaha, yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra.

Ada calon musisi, yang nilai Kimia-nya tak akan berarti.

Ada calon olahragawan, yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika... di sekolah.

Ada calon photografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini.

Sekiranya anak Anda lulus menjadi yang teratas, hebat! Tapi bila tidak, mohon jangan rampas rasa percaya diri dan harga diri mereka.

Katakan saja: "tidak apa-apa, itu hanya sekedar ujian." Anak-anak itu diciptakan untuk sesuatu yang lebih besar lagi dalam hidup ini.

Katakan pada mereka, tidak penting berapapun nilai ujian mereka, Anda mencintai mereka dan tak akan menghakimi mereka.

Lakukanlah ini, dan di saat itu, lihatlah anak Anda menaklukkan dunia. Sebuah ujian atau nilai rendah tak akan mencabut impian dan bakat mereka.

Dan mohon, berhentilah berpikir bahwa hanya dokter dan insinyur yang bahagia di dunia ini.

Hormat Saya

Kepala Sekolah

Artikel keren lainnya:

Keterampilan Menjelaskan Materi Kepada Siswa

Menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Muatan materi yang disampaikan dapat dimulai dengan memberikan pengertian untuk mengajak siswa berfikir logis dan sistematis. 

Tujuannya adalah melatih siswa agar mandiri dalam menentukan keputusan dan menanamkan sikap cara berfikir yang benar dalam memecahkan masalah. 2 Komponen Keterampilan Menjelaskan:

A. Menganalisis & Merencanakan Penjelasan
Analisis merupakan aktivitas yang terdiri dari serangkaian kegiatan seperti, mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu dan kemudian dicari kaitannya lalu ditafsirkan maknanya. Prosesnya bisa dimulai mengamati sesuatu secara mendetail dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut. Sedangkan merencanakan menurut KBBI mengandung arti membuat rencana, mereka-reka, mengupayakan dan menceritakan. 

Adapun yang terdapat dalam proses menganalisis dan merencanakan diantaranya:

1. Menganalisis masalah secara keseluruhan
Hal ini agar informasi yang diperoleh tidak sepotong-sepotong tetapi mencakup semua aspek sehingga data yang diperoleh siswa juga utuh.

2. Menentukan hubungan antara unsur-unsur
Dimaksudkan agar penjelasan yang disampaikan saling menguatkan dengan demikian dapat memancing siswa untuk berpikir logis dan runut. 

3. Menggunakan generalisai yang sesuai dengan Penerima pesan (siswa) 
Kalimat atau kata dan istilah yang disampaikan agar memperhatikan kemampuan siswa atau yang dipahami oleh siswa sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam mengartikan informasi yang disampaikan.

4. Penjelasan relevan dengan masalah siswa
Ini merupakan metode guru dalam menyajikan materi, guru harus lebih naratif artinya narasi yang disampaikan terkait dengan kompetensi siswa terutama pada tiga aspek yakni pengetahuan, sikap dan keterampilan. 

5. Penjelasan mudah diterima siswa
Agar penjelasan mudah dicerna dan diterima oleh siswa maka bahasa yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan siswa, tidak perlu terlalu ilmiah namun tetap memiliki nilai pendidikan dan jangan pula terlalu sederhana karena menyebabkan siswa malas berpikir

6. Penjelasan cocok dengan pengetahuan siswa
Kegiatan menjelaskan pada prinsipnya adalah mengajak lawan berbicara untuk berpikir, begitupula guru mengajak siswa untuk berpikir memahami dan mengerti dengan materi yang disampaikan. Membuka wawasan siswa untuk menemukan pengetahuan baru sehingga membawa perubahan pada pola pikir siswa, tentunya tetap mempertimbangkan pengetahuan siswa.

B. Menyajikan Penjelasan

Menyajikan adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Arti dari menyajikan dapat masuk ke dalam jenis kiasan sehingga penggunaan menyajikan dapat bukan dalam arti yang sebenarnya. Menyajikan memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga menyajikan dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.

Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam kegiatan menyajikan penjelasan antara lain:
  1. Kejelasan
  2. Menggunakan contoh dan ilustrasi
  3. Memberikan penekanan
  4. Pengorganisasian
  5. Umpan balik


Artikel keren lainnya:

Proses Penilaian Autentik Dan Hasil Belajar

Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Permendikbud No.81A. 

Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 

Jika dilihat dari sisi istilah, penilaian merupakan sinonim dari assessment, pengukuran, pengujian atau evaluasi. Sedangkan Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. 

Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. 

Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. 

Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. 

Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. 

Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. 

Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. 

Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. 

Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. 

Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. 

Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. 

Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan. 

Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik 

Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah. Penilaian autentik terdiri atas berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. 

Mengapa Harus Menggunakan Berbagai Teknik Penilaian? 

Berorientasi pada karakteristik kompetensi Sikap (Krathwohl) : Menerima, Menjalankan, Menghargai, Menghayati, Mengamalkan. Kompetensi Keterampilan (Dyers) : Mengamati, Menanya, Mencoba, Menalar, Menyaji, Mencipta. Dan Kompetensi Pengetahuan (Bloom & Anderson): Mengetahui, Memahami, Menerapkan, Menganalisa, Mengevaluasi, Mencipta.

Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka. 

Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah. 

Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. 

Penilaian autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru. 

Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. 

Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu: 
  1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran. 
  2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan. 
  3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik. 
  4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah. 

Jenis-jenis Penilaian Autentik 

Penilaian Kinerja 

Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. 

Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja. 
  1. Daftar cek (checklist). 
  2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). 
  3. Skala penilaian (rating scale). 
  4. Memori atau ingatan (memory approach). 

Penilaian Proyek 

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. 

Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian proyek. 
  1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan. 
  2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik. 
  3. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik. 

Portofolio 

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. 

Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini. 
  1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio. 
  2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat. 
  3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran. 
  4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya. 
  5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu. 
  6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan. 
  7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio. 

Tes tertulis

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. 

Artikel keren lainnya: